PENGAKUAN DOSA
(Maz. 32 : 1 – 11)
PENDAHULUAN:
- Keluarga piknik ke Camplong, pukul anak marah, tak mau mengaku
- Sering orang Kristen keras hati, tak mau mengakui dosanya
TEMA : Kita harus mengaku dosa kita kepada Allah
KALKUN : Jikalau kita sungguh mempertimbangkan empat dorongan pengakuan dosa dalam Mazmur 32 kita akan bertindak mengaku dosa kita
I. ALLAH MENOLONG ORANG UNTUK MENGAKU DOSANYA (3-4)
- Sering kita menyembunyikan dosa dari diri, orang lain dan Allah
- Siang malam Allah menempelak hati ………….. “TanganMu ………………. (4a)
- Ia mengambil damai hati kita (3b)
- Susah hati mendatangkan penyakit ………. demam (4b)
II. ALLAH MENGAMPUNI ORANG YANG MENGAKU DOSANYA (5)
- Doa pengakuan mutlak untuk pengampunan (Amsal 28:13)
- Mengaku apabila Ia dekat (Yes. 55:6)
- Pengakuan harus jujur dan lengkap (5a)
- “Mengampuni” …………. nasa ………….. “Mengangkat dan bawa dari” (5c)
- Segala dosa kita dilemparkan jauh (Yes. 38:17)
- Seberapa jauh? Sejauh Timur dari Barat (Maz. 103:12)
- Kemana? Ke tubir-tubir laut (Mik. 7:19)
III. ALLAH MEMELIHARA ORANG YANG MENGAKU DOSANYA DARI HUKUMAN (6–7)
- Hukuman sekarang, akhir zaman tak sampai kepadanya (6b)
* “banjir besar” kiasan untuk hukuman pada dosa (Nah. 1:8)
CT : Nuh selamat …………… Yunus selamat …………. karena mengaku
- Allah pemelihara, pelindung orang yang mengaku dosanya (7c)
- Memelihara dari kepicikan
- Pelihara, melindungi dosa ……… Allah tak pelihara …………
- Orang yang melindungi dosanya ………….. tak boleh beruntung
IV. ALLAH MENGELILINGI ORANG YANG MENGAKU DOSANYA DENGAN KEMURAHAN (8 – 10)
- Mengajar jalan yang patut kita ikuti (8a)
- MataNya selalu menyertai kita (8b)
- Mengurapi kita dengan sukacita (11a)
- Memberi kebahagiaan pengampunan dosa (1-2)
KESIMPULAN:
- Agustinus, sebelum mati menulis Maz 32 di tembok di muka tempat tidurnya
- Mungkin saudara keras hati, tidak mau mengaku dosa hari ini
- Ingat 4 dorongan pengakuan dosa ini
UNDANGAN:
- Berdoa di hati, minta Tuhan mengampuni dosa
- Berjanji pada Tuhan untuk membereskan dengan teman
TUGAS PENDENGAR:
- Pada minggu ini kunjungi/surati teman, mengakui dosa
- Bersedia memberi kesaksian tentang kemenangan saudara
PENGAKUAN DOSA
Kita semua mempunyai pengalaman yang sungguh memalukan. Kami juga. Pada waktu anak-anak kami kecil, kami sekeluarga sering naik scooter Lambretta dan pergi berpiknik. Biasanya kami pergi ke Camplong, satu tempat indah di selat Madura kurang-lebih 20 kilometer sebelah barat Pamekasan. Di Camplong anak-anak kami senang kalau kami membawa sepeda motor di pantai dan jalan mondar-mandir. Pada suatu hari waktu kami mondar-mandir di pantai, scooter kena pasir yang halus sekali dan langsung macet dan mati mesinnya. Anak berteriak, dan karena amarah kami pada sepeda motor, pasir dan kebodohan kami sendiri, saya pukul anak kami.
Kemudian, sesudah pulang, kami sadar akan kesalahan kami kepada anak dan dosa kami pada Tuhan. Namun kami tidak mau mengaku. Untuk mengaku kepada anak yang berumur lima tahun, kami merasa tidak perlu. Kami katakan kepada diri sendiri, “Tidak apa-apa.” Mengaku kepada Tuhan juga, kami tidak mau karena kalau perlu mengaku pada Tuhan nanti jelas harus dibereskan dengan anak kami.
Aneh juga, tetapi kami bergumul dengan persoalan ini beberapa jam sebelum kami sedia mendekati anak kami dan minta maaf atas kemarahan kami.
Kami yakin bahwa bukan kami saja, tetapi banyak orang Kristen bergumul dengan hal yang sama, karena keras hati, kita sering tidak mau mengaku dosa kita. Akibatnya kita menghalangi berkat-berkat Allah. Pada hari ini kami ingin berkhotbah tentang hal mengaku dosa kepada Allah. Inilah satu hal yang harus kita jalankan kalau kita ingin menikmati semua berkat Allah.
Mazmur 32 dengan indah membicarakan pokok ini. Sebetulnya pemazmur mengemukakan beberapa dorongan untuk mengaku dosa. Jika kita sungguh mempertimbangkan dorongan-dorongan ini, kami yakin kita sekalian akan rindu mengaku dosa kita dan kembali menikmati berkat-berkat Allah. Marilah kita menelaah dorongan-dorongan ini satu demi satu. Dorongan yang pertama ialah:
I. ALLAH MENOLONG ORANG UNTUK MENGAKU DOSANYA (3-4)
Dalam ayat 3a Daud mengatakan, “Selama aku berdiam diri ………………”
Kelihatan Daud menyembunyikan dosanya. Dia tidak mau mengakuinya sama sekali, kita juga sering berbuat demikian. Kita berusaha menyembunyikan dosa kita dari diri kita sendiri, orang lain dan Allah. Untuk menyembunyikan dosa kita pada diri sendiri kita mengatakan, “Dosa ini tidak apa-apa. Jangan pusing, “Atau mungkin kita mengatakan “Maklum, kami salah, tetapi kami akan tetap berusaha supaya kehidupan kami lebih baik.” Atau kita mengingat diri bahwa dosa orang lain lebih besar dari dosa kita. Juga sering kita menyembunyikan dosa pada diri sendiri dengan mendefinisikan dosa sebagai, “kelemahan saja.”
Seorang misionari di Zaire beberapa tahun yang lalu sedang bersiap-siap untuk duduk pada meja makan di rumahnya. Sebelum ia duduk kakinya terpeleset dan ia mengeluh, “Pembantu kami tidak membersihkan kulit-kulit pisang yang jatuh di lantai.” Ia mengambil senter dan waktu ia mulai mencari kulit pisang, ia melihat bahwa kakinya tidak terpeleset kulit pisang, tetapi pada seekor ular. Ini menggambarkan dosa kita. Kita menganggap dosa kita sebagai “kelemahan” walaupun semestinya disebut “kejahatan” yang harus sungguh-sungguh kita tangani.
Tetapi walaupun kita berusaha menyembunyikan dosa, Allah siang malam menekan kita (4a). Dia menempelak hati kita dan tanganNya mendesak kita. Dalam ayat 3b kita membaca, “………….. aku mengeluh sepanjang hari; …………….”. Dari ini jelas baik damai sejahtera maupun sukacita diambil dari Daud. Dalam ayat 3a ia menyatakan bahwa “tulang-tulangku menjadi lesu” atau tua. Maksudnya ia merasa seperti seorang yang tua sekali yang tidak bersemangat lagi, inilah yang dikerjakan Allah bila kita berdosa. Allah ingin kita mengaku dosa kita. Demikian Dia mengambil dari kita damai, sukacita dan semangat.
Kemudian dalam ayat 4b kelihatan bahwa susah hati Daud mendatangkan penyakit, atau paling sedikit demam. Katanya, “Sumsumku menjadi kering, seperti teriknya musin panas.” Untuk sumsum terjemahan lama memakai istilah “airku” yang mungkin berarti “kekuatanku hilang, yaitu menguap seperti air pada musim kemarau.”
Pekerjaan Allah di sini tidak lain dari seorang ayah yang memukul atau mendisiplin anaknya sampai anaknya mengakui. Mungkin disiplin ini akan memakan beberapa waktu tetapi karena ayah mencintai anaknya ia akan bertindak keras pada anaknya. Dia tidak akan mengijinkan anaknya mengalami damai dan sukacita sampai soal dosanya dibereskan. Demikianlah kasih Allah kepada kita. Dia, melalui disiplin, sungguh menolong kita untuk mengaku dosa kita. Walaupun kita, dengan segala macam tipu daya dan usaha mencari jalan untuk memghindari menghadapi dosa kita, Allah tetap berjuang agar akhirnya kita mengaku. Kenyataan bahwa Allah selalu menolong kita mengaku dosa kita seharusnya mendorong kita untuk mengaku dosa kita.
Sekarang kita akan menelaah dorongan kedua yang akan mendesak kita mengaku dosa, yaitu:
II. ALLAH MENGAMPUNI ORANG YANG MENGAKU DOSANYA (5)
Ayat 5 berbunyi, “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata; “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaran,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.”
Alkitab sangat jelas mengenai keharusan pengakuan mutlak jikalau kita ingin mengalami pengampunan dosa. Pengarang Amsal menekankan bahwa “siapa yang menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi orang yang mengakui dan meninggalkannya akan disayangi” (Amsal 28:13). Pengakuan mungkin menyebabkan kehilangan muka bagi kita dan memang sukar sekali, tetapi tidak ada jalan lain. Pengakuan dosa selalu mendahului pengampunan.
Pantas juga untuk mengaku dosa pada waktu tangan Tuhan menekan kita seperti dikatakan dalam ayat 4. Pada saat yang demikian, Dia dekat pada kita. Nabi Yesaya memberi nasihat ini, “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat” (Yes. 55:6). Ada waktu bila Tuhan dekat sekali pada kita. Pada saat yang demikian ini kita perlu bergerak dan mengaku dosa kita. Jikalau kita mengeraskan hati, Ia juga dapat membiarkan kita dan keadaan rohani kita akan menjadi makin parah.
Pengakuan kita harus jujur dan lengkap. Daud, dalam ayat 5, memastikan bahwa ia akan mengaku kesalahannya. Lihat ia memakai istilah “kesalahan”. Berikutnya ia menyebutkan sebagai “pelanggaran-pelanggaran”. Artinya Daud akan mengakui segala dosanya, dan bukan satu saja. Dia tidak akan menyembunyikan dosanya lagi.
Dalam ayat yang sama ia menjelaskan apa yang akan terjadi apabila ia mengakui pelanggaran-pelanggarannya. Ia yakin Tuhan akan mengampuni kesalahannya. Salah satu istilah untuk mengampuni dalam Perjanjian Lama ialah “nasa” yang berarti, “mengangkat dan membawa dari orang berdosa.” Gambaran ini sungguh dapat menghibur apabila kita ingat bahwa dosa dapat disembunyikan dalam hati kita dan seperti yang diakui Daud dalam Mazmur 51:5, dosa dapat senantiasa berada di hadapan kita. Dosa yang mendiami kita dan tinggal di hadapan kita akan diangkat dan dibawa dari kita apabila kita diampuni.
Dan kemanakah dosa ini? Ia dilemparkan jauh dari hadapan Alalh yang berarti jauh dari kita juga (Yes. 38:17). Seberapa jauh? Menurut Maz. 103:12, “Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” Indah luar biasa pengampunan yang Allah sediakan buat orang yang mengakui dosanya. Dosa-dosa kita yang kita sembunyikan dalam hati akan sungguh disembunyikan Tuhan asal kita mengakuinya. Dalam Kitab Mikha 7:19 kita mengetahui bahwa dosa-dosa kita dilemparkanNya ke tubir-tubir laut. Inilah pengampunan yang dimiliki oleh orang-orang yang sungguh mengaku dosanya. Semestinya pengampunan yang disediakan Allah merupakan dorongan yang besar bagi kita untuk mengakui dosa kita. Tetapi masih ada dorongan lagi dalam Mazmur 32, yaitu:
III. ALLAH MEMELIHARA ORANG YANG MENGAKU DOSANYA DARI HUKUMAN (6–7)
Kelihatannya pemazmur menganggap bahwa pengakuan dosa adalah semacam hukuman kepada diri sendiri dan jalan untuk menghindari hukuman pada akhir zaman. Dan siapa yang pernah mengaku dosanya akan bersaksi bahwa hal mengaku dosa tidak gampang dan dari satu segi merupakan semacam hukuman.
Coba perhatikan ayat 6. Ayat ini berhubungan erat dengan ayat sebelumnya. Kita dianjurkan untuk berdoa pada waktu Tuhan dapat ditemui, yaitu mengaku dosa pada waktu Tuhan bekerja dalam hati kita. Jika demikian, katanya, kita tidak akan dilanda oleh banjir besar. “Banjir besar” adalah kata kiasan untuk hukuman pada dosa. Hal ini disinggung dalam Nahum 1:8. dan jelas hukuman terbesar yang pernah melanda dunia terjadi pada zaman Nuh. Nuh diselamatkan dari air bah karena ia mengaku dosa generasinya dan mendapat anugerah dari Tuhan. Kita tahu bahwa Allah memakai air untuk menghukum Yunus juga ………… bukan air banjir tetapi ia dilemparkan ke dalam air sampai ia mengaku dosanya. Tekanan ayat 6 ialah kita akan diselamatkan dari segala macam hukuman asal kita mengaku dosa kita.
Konsep yang sama dikemukakan dalam ayat 7. Allah adalah tempat persembunyian bagi orang yang mengaku dosanya. Ia akan dijaga dari kesesakan, akan dikelilingi dengan adanya Allah sendiri sehingga akan luput dan bersorak. Allah betul-betul menjadi pemelihara dan pelindung kita apabila kita mengaku dosa kita. Dan sebaliknya jika kita melindungi dosa kita, Allah tidak melindungi kita dari hukuman. Jika kita memelihara dosa kita Allah tidak akan memelihara kita bila hukuman datang kepada kita.
Pelajaran ini jelas! Orang yang menyembunyikan dosanya tidak beruntung. Orang yang membuka dosanya sudah menghukum diri dan dengan demikian akan terlepas dari hukuman Allah baik sekarang maupun pada masa depan.
Akhirnya kita dapat menggali dari Mazmur 32 bahwa Allah mengelilingi orang yang mengaku dosa dengan kemurahan. Marilah kita mempelajari dorongan ini.
IV. ALLAH MENGELILINGI ORANG YANG MENGAKU DOSANYA DENGAN KEMURAHAN (8 – 10)
Ada empat macam kemurahan Allah yang dialami orang yang mengaku dosanya. Pertama, dalam ayat 8a sudah jelas bahwa orang ini ditunjukkan jalan yang cocok baginya, jalan yang harus ditempuhnya. Sering ada orang yang bingung mengenai kehendak Allah baginya. Dia mencari keterangan ke mana-mana dan nasihat tentang kehendak Allah, malahan ia berdoa tentang hal ini tetapi semuanya masih gelap. Mungkin ia dihalangi dari mengetahui kehendak Allah karena soal dosa yang belum diakuinya. Dari nas kita jelas bahwa orang yang mengalami kemurahan pertama ini, yaitu Allah menunjukkan jalan hidup.
Allah bekerja memimpin kita kepada jalan keselamatan. Sesudah selamat, Ia masih ingin dan rindu memimpin kita. Dia mau menunjukkan jalan yang benar buat kita, tetapi terlalu sering dosa yang berada dalam hati kita menghalangi Allah dari membantu kita dalam hal ini.
Kemurahan kedua ialah bahwa Allah selalu menjaga kita. Ayat 8c dalam Terjemahan Lama berbunyi, “………………… mataKu menyertai kepadamu.” Inilah gambaran indah tentang pemeliharaan Allah, bukan dari bahaya saja tetapi terus-menerus dalam semua hal. Mungkin saudara pernah menyaksikan satu pementasan sekolah di mana anak saudara sendiri mengambil peranan. Walaupun terpaksa duduk jauh di belakang gedung dan banyak anak berdiri di atas panggung, namun mata saudara dapat menangkap anak saudara sendiri. Demikian juga Allah, bahkan lebih dari itu. Kita hanya dapat memperhatikan satu orang saja pada waktu yang sama, tetapi mata Tuhan dapat menyertai tiap anakNya. Betapa indah untuk merenungkan bahwa tiap hari, tiap jam tiap saat mata Tuhan tertuju kepada kita asal dosa kita dibereskan.
Ayat-ayat lain menyebut kemurahan ketiga, yaitu sukacita yang dialami orang yang mengaku dosanya. Tampaknya orang ini diurapi dengan sukacita. Dalam ayat 11 ia disuruh bersukacita dan bersorak-sorai. Menurut ayat 7 dalam terjemahan lama Allah mengelilingi kita dengan “………… nyanyian kelepasan yang ramai-ramai.” Ini bukan sukacita yang sementara, seperti yang dialami seorang karyawan apabila ia menerima kenaikan gaji atau seorang anak apabila ia mendapat permainan baru. Sukacita ini berasal dari Tuhan, murni adanya dan kita miliki karena dosa kita sudah dibereskan. Sukacita ini tidak dapat diberi atau dibeli oleh orang dalam dunia ini. Ia datang langsung dari Allah sendiri.
Kemurahan keempat diuraikan dalam ayat 1-2. dalam susunan Mazmur ini Daud mulai dengan menjelaskan berkat utama dari seorang yang mengakui dosanya, kemudian menjelaskan kesusahannya, pengakuan dan beberapa berkat tambahannya. Tetapi dari segi positif ayat 1-2 merupakan kesimpulan dan juga hasil utama dari pengakuan dosa. Pokoknya orang yang mengakui dosanya disebut “berbahagia” oleh Daud.
Dua ayat ini menjelaskan kenapa ia berbahagia. Karena dosanya ditutup. Tetapi sekarang ditutup Tuhan oleh air laut, bukan ditutup oleh diri sendiri. Dosa ini tidak diperhitungkan sebagai pelanggarannya lagi. Dulu ia harus bertanggung-jawab atas dan dosanya sendiri. Tetapi sekarang lain. Tuhan tidak memperhitungkan dosa-dosanya lagi. Semuanya beres. Kebahagiaannya ditambahkan padanya karena ia “tidak berjiwa penipu” lagi. Dulu ia menipu diri sendiri, orang lain dan berusaha menipu Allah, dengan menyembunyikan dosanya. Sekarang semuanya dibuka. Sekarang ia disebut sebagai orang yang jujur dan tulus hati. Kebahagiaan ini hanya datang sebagai akibat pengakuan dan pengampunan dosa (1).
KESIMPULAN:
Agustinus, Bapak Gereja yang hidup pada abad keempat, sebelum meninggal, meminta Mazmur 32 ditulis pada tembok di muka tempat tidurnya supaya ia dapat terus-menerus membacanya. Dan menurut ceritera ia sering menangis apabila ia membaca Mazmur ini. Hal itu dapat dimaklumi, karena Mazmur ini sungguh menguraikan anugerah Allah bagi kita. Daripada meninggalkan kita apabila kita berdosa, Ia terus bekerja. Ia menolong kita agar kita mau mengaku dan kemudian mengampuni kita sesudah mengaku. Lagipula Ia menghindarkan kita dari hukuman dan membanjiri kita dengan kemurahan.
Mungkin saudara bertahun-tahun menyembunyikan satu dosa dalam hati saudara. Mungkin hati saudara makin keras. Pertimbangkanlah dorongan-dorongan ini. Jikalau saudara sungguh merenungkan dorongan-dorongan dalam Mazmur 32, kami yakin saudara akan rindu segera mengaku dan membereskan dosa saudara.
Kami mengajak saudara berdoa dalam hati sekarang ini. Secara tenang akuilah dosa saudara kepada Tuhan, minta Dia mengampuni dosa saudara serta sekaligus berjanji untuk segera membereskan dosa itu dengan orang yang saudara lukai atau rugikan sebagai akibat dosa saudara.