MEMBALAS KASIH ALLAH
(Mal. 1 : 1 – 4 : 5)
PENDAHULUAN:
- “ Aku kasihmu!” – 1:2; “Aku tak berubah ………..” – 3:6
- 2:5, :Jangan Ku mukul bumi sehingga musnah” Kenapa? Kas / musnah
- Balas jasa ……….. guna ……….. budi ……….. kasih?
TEMA : Bagaimana mulai membalas kasih Allah?
KALKUN : Untuk dapat membalas kasih Allah kita terlebih dahulu harus mengambil 4 langkah yang digaris-bawahi dalam Kitab Maleakhi.
I. MENYADARI KEADAAN KITA YANG SEBENARNYA
- Mereka tidak menghormati Tuhan (2:2)
- Kawin campur dan perceraian (3:11-14)
- Mencurigai Firman dan keadilan Allah (2:17,3:14,16)
- Menahan perpuluhan dan persembahan (3:8)
II. MEMAHAMI SIKAP ALLAH TERHADAP DOSA
- Tidak suka kamu / tidak berkenan terima persembahan (1:10)
- Tuhan membenci perceraian (2:17)
- Allah tidak bersekutu dengan penipu (2:7)
III. MENGERTI HUKUMAN ALLAH TERHADAP DOSA
- Membuat kamu hina dan rendah (2:9)
- Melenyapkan segenap keturunan (2:12)
- Memurnikan demi percobaan (3:2-3)
- Mengutuk (3:9)
IV. MENYATAKAN PERTOBATAN DENGAN SIKAP BARU
- Mendengarkan dan memberi perhatian (2:2)
- Jagalah dirimu – jangan tidak setia (2:15)
- Takutilah Tuhan (3:5)
- Kembali kepada Tuhan (3:5)
KESIMPULAN:
- “Aku kasihmu 10!” Pertanyaan, “Apakah kamu mengasihi aku?”
- “Ya” ……. Dengarkanlah, janganlah, takut,kembalilah ……….. Balas kasih!
MEMBALAS KASIH ALLAH
(Mal. 1 : 1 – 4 : 5)
“Aku mengasihi kamu …………!”. demikianlah pernyataan Allah yang pertama dalam kitab Maleakhi. Pada 3:6 kita mendengar ucapan lain, “Bahwasanya Aku, Tuhan, Tidak berubah dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap” Dan pada ayat terakhir tertulis “………….. supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah”. Aneh bukan? Ayat pertama penuh dengan kasih tetapi ayat terakhir mengancam kemusnahan. Kenapa demikian? Karena, kelihatan, bani Israel tidak tahu atau tidak mau membalas kasih Allah.
Dan hal ini mengherankan. Secara manusia kita semua mengerti kepentingan membalas budi, membalas jasa. Hal ini kita anggap lazim. Namun Allah memberkati kita terus menerus dengan ribuan berkat dan kita lupa membalas kasihNya.
Nabi Maleakhi, dalam kitab pendeknya, dapat menolong kita mengambil langkah-langkah tepat agar akhirnya kita dapat membalas kasih Allah yang sungguh mencintai kita. Untuk dapat membalas kasih Allah, kita terlebih dahulu harus mengambil empat langkah yang digaris-bawahi Nabi Maleakhi. Marilah kita menyelidiki langkah-langkah ini.
I. MENYADARI KEADAAN KITA YANG SEBENARNYA
Orang Yahudi pada masa Maleakhi, 500 tahun sebelum Masehi, cukup aktif dalam agamanya. Mereka menjalankan semua upacara agama yang wajib. Tetapi mereka tidak menghormati Tuhan (2:). Dalam 1:7 kita melihat bahwa mereka dengan sengaja menghina meja Tuhan. Sangkanya, “meja Tuhan boleh dihinakan!”. Bagaimana mereka menghina meja Tuhan, yaitu tempat di mana mereka membawa persembahan? Mereka membawa roti cemar ke atas mezbah Tuhan. Mereka mempersembahkan binatang buta. Mereka membawa binatang yang timpang dan sakit (1:7-8). Perbuatan ini menghina Tuhan.
Kita juga berbuat hal yang sama apabila kita memberi kepada Tuhan harta dan waktu kita yang sisa. Persembahan yang pantas untuk Allah adalah sepuluh persen pertama dari pendapatan kita dan sepertujuh waktu kita yang pertama. Hari minggu dalam bahasa Arab disebut Hari Ahad, yaitu hari pertama. Hari pertama tiap minggu harus diberikan kepada Tuhan. Bila kita tidak memberi persembahan utama yang terbaik kepada Tuhan, kita menghinaNya.
Mereka juga mengecewakan Tuhan dalam hal mereka kawin campur. Mereka “…………. telah menjadi suami anak perempuan allah asing” (2:11). Menurut Maleakhi dengan perbuatan ini mereka, “………… berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan di Israel dan di Yerusalem ………… tempat kudus dinajiskan ………….” (2:11). dan bukan itu saja tetapi sebagian di antara mereka tidak setia kepada isteri dan kelihatan menceraikan (2:14). Tetapi ternyata mereka tidak sadar akan dosa ini.
Pasa masa kini sudah kelihatan juga pada umat Kristen hal yang sama. Pemuda-pemudi kita memberanikan diri untuk nikah dengan seorang yang bukan Kristen. Dan laki-laki yang sudah berkeluarga main-main dengan perempuan lain dan menceraikan isterinya yang menerima lamarannya dan janjinya pada masa mudanya. Dan orang Kristen yang berbuat demikian masih dapat dilihat di gereja pada hari Minggu dan tidak merasa ada apa-apa.
Kita harus menyadari bahwa kawin campur dan perceraian adalah dosa di hadapan Allah.
Dosa ketiga yang disinggung nabi Maleakhi ialah kecurigaan mereka terhadap Firman Allah dan keadilan Allah. Mereka menuduh bahwa, “Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata Tuhan; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum “Adalah sia-sia beribadah kepada Allah ………..” “………..bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allahpun, mereka luput juga,” (3:15) katanya.
Menurut penilaian mereka segala sesuatu dalam Alkitab terbalik …………. yang jahat baik, Allah Maha Ada tidak ada, orang fasik tidak dihukum, Allah yang adil sekarang tidak adil. Dan tuduhan-tuduhan ini mereka bicarakan satu sama lain, kelihatannya setiap hari. Mereka bukan saja mencurigai Firman Allah dan keadilan Allah tetapi mereka berani menyampaikan kecurigaan kepada orang lain.
Akhirnya mereka menjadi penipu dan pencuri …………… bukan kepada manusia melainkan kepada Allah. Mereka menahan persepuluhan dan persembahan. “Bolehkah manusia menipu Allah?” Allah bertanya. Dan mereka langsung balas bertanya, “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” dosanya jelas sekali, “Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!” (3:8).
Beberapa waktu yang lalu kami menyaksikan seorang pencopet ditangkap oleh seorang penumpang dalam bis kota di Jakarta. Semua orang di tempat perhentian bis berkumpul mengelilinginya dan seorang laki-laki menampar pipinya. Rasanya semua orang yang melihat pencopet ini jengkel dan marah. Semua menganggap keji dan najis. Tiada seorangpun menyukai seorang penipu. Dan demikianlah juga kita apabila kita tidak memberi persepuluhan kita kepada Tuhan.
Langkah pertama yang harus kita ambil kalau kita ingin membalas kasih Allah ialah menyadari keadaan kita yang sebenarnya. Tanpa sungguh sadar akan kedudukan kita di hadapan Allah kita belum siap untuk langkah berikutnya. Dan langkah berikutnya ialah:
II. MEMAHAMI SIKAP ALLAH TERHADAP DOSA
Seperti kita lihat tadi, orang Yahudi rajin memberi persembahan kepada Allah, tetapi persembahan yang jelek. Dan bagaimana tanggapan Allah terhadap persembahan mereka? Katanya, “Aku tidak suka kepada kamu, ……….. dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu” (1:10). Dalam ayat yang sama diusulkan agar seorang menutup pintu Bait Allah supaya orang tidak menyalakan api pada mezbah dengan percuma.
Bagaimana perasaan kita kalau kita membawa hadiah pada seseorang. Bila ia melihat kita ia menutup telinganya dengan tangannya, berpaling dari kita dan menolak menerima hadiah kita. Jelas kita akan sungguh tersinggung. Namun inilah yang Allah perbuat apabila kita membawa kepadaNya persembahan sisa, yaitu sisa waktu dan sisa uang kita. Kita merasa Allah senang dengan kita, sama seperti orang Yahudi merasa mereka berbuat baik walaupun sebetulnya Allah berpaling dari mereka dan menolak mereka.
Orang Yahudi tidak merasa apa-apa dengan perceraian tetapi ayat 2:7 menegaskan bahwa Allah “membenci perceraian”. Amsal 6 mengatakan ada tujuh hal yang dibenci Tuhan: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara. Pada daftar dosa yang dibenci Tuhan ini kita dapat menambah satu lagi, yaitu perceraian.
Tentang kecurigaan mereka terhadap Firman Allah dan keadilan Allah kita membaca bahwa Allah disusahi. Dengan kata lain ucapan-ucapan mereka tentang hal yang jahat diberkati dan orang jahat tidak dihukum menjemukan dan membosankan Tuhan. Dia dilelahkan oleh semua pandangan mereka yang mereka anggap penemuan baru tetapi sebetulnya konsep-konsep kosong belaka.
Dalam 2:7 mereka disuruh untuk kembali kepada Tuhan. Mereka sama sekali tidak mengerti. Mereka bertanya, “Bagaimana kami dapat kembali?” Maksudnya kami tidak pergi dari Tuhan. Kami masih dekat pada Dia. Tetapi Tuhan mengatakan mereka sudah jauh dari Dia. Dan Dia tidak bersekutu dengan mereka karena mereka adalah penipu. Mereka menipu Tuhan dalam hal persepuluhannya.
Sering seorang Kristen menjadi penipu dengang menahan persepuluhannya. Dia tidak sadar, tetapi ia meninggalkan Tuhan dan Tuhan tidak akan bersekutu dengan Dia. Ini menyatakan sikap Allah terhadap orang yang tidak memberi persepuluhan. Dia memisahkan diriNya jauh dari orang itu. Allah paling tidak menyukai seorang penipu. Ingat inilah sifat utama dari musuh besar Allah, yaitu iblis.
Langkah ketiga yang harus kita ambil sebelum kita dapat membalas kasih Allah ialah kita harus:
III. MENGERTI HUKUMAN ALLAH TERHADAP DOSA
Terlalu sering kita merasa Allah tidak memperhatikan dosa kita. Kelihatan Ia acuh-tak-acuh terhadap perbuatan kita. Tetapi itu bukan apa yang kita lihat dalam kitab Maleakhi. Berulang kali Allah menyatakan hukuman yang akan menimpa orang-orang yang berdosa.
Mereka menghina nama Allah dan meja Allah menurut pasal satu. Dalam 1:9 kita membaca balasan Tuhan, “………… Akupun akan membuat kamu hina dan rendah ………….”. Allah akan menjadikan berkat-berkat yang mereka alami menjadi kutuk bagi mereka, malahan Ia akan menjadikan mereka menjadi kutuk (2:). Hukuman Allah kepada korban-korban yang mereka persembahkan sungguh ngeri.
Tuhan akan mematahkan lengan mereka dan kotoran dari korban mereka akan Tuhan lemparkan ke muka mereka. Dia akan menyeret mereka ke kotoran korban-korban hari rayanya (2:3). Bukankah jelas bahwa Tuhan mengamuk sehingga Ia menghukum mereka karena persembahan-persembahan mereka yang jelek ?
Pernikahan dengan anak-anak perempuan asing begitu dibenci Tuhan sehingga Ia mengancam “……………… melenyapkan dari kemah-kemah Yakub segenap keturunan orang yang berbuat demikian” (2:12). Mungkin maksudnya bahwa orang yang menikah dengan putri asing harus dibuang dan diasingkan dari orang Israel. Atau mungkin artinya mereka akan dibunuh oleh Tuhan sendiri. Hukuman tentang perceraian jelas, Ia katakan, “………….jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!” (2:16).
Dia akan membersihkan kecurigaan mereka akan Firman Allah dan keadilan Allah. Dia akan memurnikan mereka. Bagaimana? Sama seperti tukang pemurni logam memurnikan dan mentahirkan perak. Mereka akan dicobai dengan api berulang kali sampai mereka tidak menuduh Allah lagi atau mencurigai Dia. Untuk menekankan hukuman ini Nabi Maleakhi juga memakai gambar tukang penatu yang harus memakai sabun yang berkhasiat untuk membersihkan kotoran dari baju (3:2-3). Kita sudah tahu rasa sakitnya yang kita alami bila buih sabun masuk mata kita. Demikian hukuman yang akan dialami oranag Yahudi, yang bertujuan memurnikan mereka, juga akan menyebabkan mereka mengalami rasa sakit.
Akhirnya, karena penipuan akan hal perpuluhan, Tuhan akan mengutuk mereka. Kita di Indonesia biasanya sangat takut kalau dikutuk oleh seorang dukun, apalagi oleh Allah semesta alam. Allah, yang rindu mencurahkan berkat pada kita, terpaksa mengutuk kita karena kita menahan berkat dari Dia.
Siapa berani mengatakan bahwa Allah kita mengabaikan hukuman atas dosa? Oh saudara, larikanlah dirimu dari murka Allah yang pasti akan jatuh padamu yang memeluk dosamu dan terus melanggar hukumNya.
Dan mengertilah bahwa sebelum kita bisa mulai membalas kasih Allah kita harus mengerti hukuman Allah terhadap dosa. Akhirnya, sebagai langkah keempat dalam proses ini, kita harus:
IV. MENYATAKAN PERTOBATAN DENGAN SIKAP BARU
Jikalau kita sudah menyadari keadaan kita yang sebenarnya, sudah memahami sikap dan hukuman Allah terhadap dosa kita dan ingin berbaik kembali dengan Allah, bagaimana seharusnya kita menyatakan pertobatan yang sungguh-sungguh? Sebetulnya pertobatan yang murni akan nyata dalam sikap yang baru.
Sikap baru yang diharapkan dari orang Yahudi akan dilihat dalam perhatian mereka terhadap Firman Tuhan. Dulu mereka tidak mendengarkan dan memperhatikan (2:2). Memang mereka mendengar, tetapi sekarang mereka harus “mendengarkan”. Seorang anak dapat mendengar orang tua memanggilnya, tetapi orang tua tidak puas demikian saja. Ia menginginkan anak mendengarkannya. Sering kami harus mengatakan kepada anak kami, “Are you listening?”. Kita akan menyatakan pertobatan ilahi apabila kita “mendengarkan” Firman Allah.
Tentang soal perceraian, kita harus kembali dan menjadi “………… setia terhadap isteri dari masa muda …………..” (2:15) kita. Kesetiaan dalam hal rumah tangga adalah tanda bagi Allah bahwa kita sungguh bertobat. Kita harus setia karena isteri kita adalah teman seiman kita. Kepadanya kita sudah berjanji pada waktu pernikahan. Demikianlah seorang Kristen akan “jaga diri” (2:15).
Seorang yang sungguh bertobat tidak akan mencurigai Firman dan keadilan Allah. Sebaliknya kita harus menjadi takut kepada Allah (3:5). Allah bukan Sinter Klaus yang memberi kita segala permintaan kita. Ia juga bukan algojo yang hanya tahu menghukum kita. Dia lebih kuat dari semua. Ia penuh dengan kasih pada kita dan ingin memberkati kita. Tetapi Ia suci dan adil. Kita sering tidak dapat melihat maksudNya atau mengerti cara Dia bekerja. Tetapi seorang yang bertobat akan takut akan Dia, akan menghormati Allah dan tidak akan meragukan pekerjaan tanganNya dalam alam semesta ini.
Bagaimana pertobatan si penipu? Yang sangat indah ialah orang itu diundang kembali. “Kembalilah kepadaKu, maka Aku akan kembali kepadaMu” (3:7). Penipu dalam hal perpuluhan harus mengambil jejak pertama. Bila ia bertobat dan maju terhadap Tuhan, Tuhan akan kembali kepada dia. Dia menyatakan kesungguhan pertobatannya dengan mulai memberi perpuluhannya.
Ayat 3:8 sudah jelas. Seorang membuktikan kemurnian pertobatannya dan imannya bila ia sedia menyerahkan hartanya kepada Tuhan. Dia berani menyerahkan hartanya kepada Tuhan karena ia sama sekali tidak ragu-ragu lagi bahwa segala sesuatu yang dimilikinya sungguh berasal dari Tuhan. Ini juga menyatakan keyakinan bahwa Tuhan akan mencukupi segala kebutuhannya.
Demikianlah pertobatan yang diharapkan Tuhan. Dan bagaimana kita membalas kasihNya sesudah kita berbaik kembali? Kita terus mendengarkan FirmanNya, kita menjauhkan diri dari dosa-dosa seks dan hidup setia kepada isteri kita, kita hidup takut akan Allah, dan kita mulai memberi perpuluhan kepada Tuhan. Ada banyak lagi yang juga kita harus berbuat, tetapi dengan menjalankan hal-hal ini kita mulai membalas kasih Allah kepada kita.
KESIMPULAN
Ucapan Allah pertama dalam Kitab Maleakhi ialah, “Aku mengasih kamu!” hal itu tidak dapat diragukan. Yang menjadi pertanyaan besar ialah, “Apakah kita mengasihi Allah?” Pada pertanyaan itu, kebanyakan kita akan menjawab “Ya, kami mengasihi Dia!”. Jikalau demikian kita harus mulai membalas kasihNya. Kita harus membalas kasihNya dengan mempercayai FirmanNya. Kita harus menjaga diri dari dosa-dosa cabul. Kita harus takut akan Tuhan. Kita harus memberi perpuluhan. Apabila kita hidup begini secara rutin hari demi hari, kita akan mulai membalas kasih Allah.
UNDANGAN:
Kami yakin bahwa ada saudara-saudara dalam kebaktian hari ini yang sudah lama belum hidup membalas kasih Allah. Saudara masuk gereja sebagai tugas atau kewajiban, tetapi kehidupan saudara tidak terlalu berbeda dengan orang-orang Yahudi pada masa Nabi Maleakhi. Tetapi pada hari ini saudara ingin bertobat. Saudara ingin mulai membalas kasih Allah. Untuk saudara-saudara yang ingin berbalik kepada Tuhan kami akan minta saudara menunggu di gereja sesudah kebaktian selesai. Kami akan menemui saudara di bangku depan, memberi penjelasan tambahan kepada saudara dan berdoa dengan saudara. Mari kita berdoa.