PERPULUHAN (Maleakhi 3:7-12)
PENDAHULUAN:
- Orang Kristen wajib membayar perpuluhan kepada Tuhan
TEMA : Seluk beluk perpuluhan
KALKUN : Dengan menjawab beberapa pertanyaan mengenai perpuluhan, kita akan lebih mengerti akan tanggung-jawab kita
I. MENGAPA MEMBAYAR PERPULUHAN
Perintah Tuhan
II. BERAPA BESARNYA PERPULUHAN
10% dari seluruh penghasilan
III. DI MANA MEMBAYAR PERPULUHAN
Di tempat pekerjaan Tuhan
IV. KAPAN MEMBAYAR PERPULUHAN
Dengan teratur
KESIMPULAN
Membayar perpuluhan berarti menjadi berkat bagi orang lain dan juga saudara sendiri
PERPULUHAN
Jacky Kennedy adalah bekas isteri presiden Amerika Serikat. Setelah suaminya meninggal dunia, ia menikah lagi dengan Onassis, raja kapal Yunani yang kaya raya. Jacky menerima hadiah intan berlian seharga 2000 milyard rupiah. Hadiah pernikahannya yang baru. Selain itu tiap tahun Onassis memberikan 500 milyard rupiah khusus untuk keperluan perawatan kecantikan Jacky. Nah, kita lihat betapa kayanya Jacky, tetapi juga betapa ……….. borosnya dia!
Di sini kita bisa mengatakan bahwa dia itu bodoh karena memboroskan begitu banyak uang. Tetapi di sini juga kita, walau tidak sama kaya dengan Jacky, barangkali sama bodoh dengan dia dalam hal mempergunakan uang kita. Maksud saya, mungkin semua uang yang kita punya sudah kita pergunakan untuk diri sendiri saja!
Alkitab menegaskan berulang kali bahwa orang Kristen wajib membayar perpuluhan kepada pekerjaan Tuhan dari segala hasil yang didapatnya. Banyak di antara kita masih kabur dengan soal perpuluhan ini. Kita berpikir, masuk gereja dan ikut kebaktian itu memang suatu tanggung-jawab kita, memberitakan Injil juga suatu tanggung-jawab kita …….. tetapi kalau mengenai soal keuangan? Wah, Tuhan jangan ikut campur, itu urusan pribadi saya. Tuhan jangan mengutik-ngutik keuangan saya.
Bagaimana duduk perkara yang sebenarnya? Hari ini kita akan berusaha menjawab beberapa pertanyaan mengenai perpuluhan ini dari dalam Alkitab sendiri. Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini sudah ada dalam pikiran saudara. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini saya yakin kita akan lebih mengerti mengenai perpuluhan dan tanggung-jawab kita. Marilah kita membahasnya satu per satu.
Pertanyaan I: Mengapa membayar perpuluhan?
Saya akan menjawab pertanyaan ini dengan membuka Alkitab. Dalam kitab Maleakhi pasal tiga dikatakan bahwa orang-orang Yahudi telah menyimpang dari ketetapan Tuhan dan tidak memeliharanya. Mereka bertanya kepada nabi Maleakhi, “Bagaimana kami menyimpang dari ketetapan Tuhan?” Maleakhi menjawab, “Kamu sudah menipu Allah. Kamu menipu Allah mengenai persembahan perpuluhan dan persepuluhan khusus!. Allah sudah berfirman supaya persembahan perpuluhan itu dibawa ke rumah perbendaharannya, tetapi kamu tidak membawanya!”
Dalam hal ini mereka sudah berdosa kepada Tuhan: tidak memberikan perpuluhan. Padahal perpuluhan adalah suatu perintah dari Tuhan. Setiap kali kita tidak memberikan perpuluhan, berarti setiap kali pula kita tidak menaati Firman Tuhan. Sebaliknya setiap kali kita memperhatikan dan memberikan perpuluhan ini, berarti kita menaati Firman Tuhan.
Siapakah di antara saudara yang mau menjadi tak taat? Saya kira tidak ada. Kita tidak mau menjadi orang perzinah, pencuri, penjudi, tukang berkelahi, pendusta, pemarah, dan sebagainya. Tetapi kita juga harus hati-hati, meskipun kita tidak mau menjadi pencuri uang tetangga kita, namun sering kita sudah mencuri dari………Allah. Yaitu, pada saat kita tidak membayar perpuluhan kita kepadaNya.
Ada satu ayat dalam Alkitab mengatakan bahwa Allah di dalam kekayaannya telah mengaruniakan kepada kita segala sesuatu yang baik untuk dinikmati. Bagaimana kita membalas budi kebaikan Tuhan ini? Bagaimana kita dapat membalas kasih Tuhan dan menyatakan kasih kita kepadaNya pula? Dengan perpuluhan kita kepadaNya. Jadi kita wajib membalas budi dan kasih Allah ini dengan membawa perpuluhan kepadaNya. Selain itu – dengan membawa perpuluhan – berarti juga kita menaati firmanNya, bukan?
Mari kita lihat ayat lain dalam Alkitab.
Dalam Injil Yohanes tertulis perkataan Tuhan Yesus” “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku……” Saya sering merenungkan ayat ini. Kasih kita kepada Allah bisa diukur dengan ayat ini. Seberapa jauh kita mau menaati Firman Allah, sebegitu juga besarnya kasih kita kepada Allah. Jadi kita membuktikan kasih kita kepada Allah dengan menaati firman-Nya.
Ada satu cara yang gampang buat menaati perintah Tuhan. Kita mesti menyadari bahwa ada ayat lain berbunyi: “Jikalau kamu mengakui Aku (Yesus Kristus) sebagai Tuhan, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Jadi, kita bisa dengan mudah menaati perintah-perintah Tuhan kalau kita sungguh menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan yang harus dituruti perkataanNya.
Sering dalam kebaktian saya menanyakan, “apakah disini ada orang yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan?” Wah, semua tangan akan diacungkan ke atas. Tetapi bila saya bertanya lagi, “siapakah di sini yang banyak menaati perintah Tuhan Yesus?” Sedikit sekali tangan yang diacungkan. Padahal bila seseorang mengakui Yesus itu Tuhan, berarti dia menaati perintah-Nya.
Sekarang, berapa banyak di antara saudara yang menaati Tuhan dengan memberikan perpuluhan?
Saya merasa kebanyakan orang Kristen belum sungguh menaati perintah Tuhan ini.
Jadi, mengapa kita harus memberi perpuluhan? Untuk menaati Firman Tuhan, untuk membalas kasih Allah, dan supaya tidak menjadi pencuri (uang Allah).
Pertanyaan II: Berapa besarnya memberi perpuluhan?
Istilah perpuluhan berarti 10%. Memberi perpuluhan berarti memberi sebesar 10% dari seluruh hasil bersih kita. Saya senang melihat di dalam Alkitab bahwa soal perpuluhan tidak dimulai dengan rasul Paulus. Perpuluhan ini bukan ide Paulus. Kalau begitu, perpuluhan didasarkan pada apa?
Sebenarnya perpuluhan sudah ada sejak zaman kitab Kejadian. Perpuluhan dimulai sejak Abraham, dan juga Yakub. Apakah saudara ingat peristiwa Yakub main sandiwara dan menipu ayahnya, Ishak? Karena takut dibunuh oleh kakaknya, Esau, maka ia melarikan diri untuk menyelamatkan jiwanya. Ia lari sampai jauh sekali ke Haran. Di sana hari sudah malam – di suatu tempat di tengah perjalanannya ke Haran itu – dan Yakub tidur di tanah dengan berbantal batu. Pada waktu tidur itulah Yakub bermimpi: ia melihat ada suatu tangga yang tinggi sekali menuju sorga, dan banyak malaikat naik turun pada tangga itu. Ketika ia bangun, ia heran sekali karena mimpi itu. Lalu ia berjanji untuk “mempersembahkan sepersepuluh kepada Tuhan dari segala sesuatu yang Tuhan berikan kepadanya.”
Sebetulnya Yakub – setelah ia bangun – menyadari bahwa Tuhan ada di dekatnya, Tuhan menyertainya walaupun di tengah jalan. Ketika ia meninggalkan rumahnya ia merasa Tuhan “tertinggal” di rumahnya itu. Tetapi sekarang ia yakin Tuhan selalu ada di sisinya. Karena itu ia tahu bahwa Tuhan menyertai dan melindunginya. Lalu ia berjanji kepada Tuhan untuk memberikan perpuluhan dari segala hasilnya.
Dalam hal ini penting diketahui, yang perlu ialah persentase, bukan jumlahnya. Sebab perpuluhan berarti 10%. Tetapi manusia punya perhitungan yang keliru. Mari saya beri contoh.
Misalnya, dalam gereja saudara ada seorang yang memasukkan uang sebanyak Rp. 5,- ke dalam kantong perpuluhan. Ini karena memang dia tidak punya apa-apa, dia orang miskin, dan Rp. 5,- itu adalah jumlah seluruh perpuluhannya. Kemudian ada seorang lain lagi datang ke gereja dengan naik mobil, bajunya bagus, perhiasannya dari emas. Dia orang kaya, dan dia memasukkan uang sebanyak Rp. 1000,- ke dalam kantong perpuluhan gereja. Kita pikir apa? Wah, moga-moga orang yang memasukkan Rp. 1000,- ini akan datang lagi minggu depan. Puji Tuhan, orang semacam itu mau datang. Orang itu pulang, naik mobilnya dan pergi. Ketika minggu depan ia datang lagi, kita menyambutnya dengan hangat dan penuh hormat.
Tetapi si miskin tadi, orang yang memberi Rp. 5,- ketika minggu depan ia kembali lagi ke gereja, disambut dengan acuh tak acuh.
Pertanyaan saya: apakah orang kaya yang naik mobil itu yang sungguh-sungguh mendukung gereja dengan memberi perpuluhannya? Dan orang yang miskin sehingga perpuluhannya hanya berjumlah Rp. 5,- itu tidak? Nah, kita lihat bahwa cara kita memperhitungkan soal ini kurang betul.
Cara Allah menghitung lain dari cara kita menghitung. Allah ingin melihat berapa prosen yang diberikan? Prosentase, bukan jumlah uangnya. Mungkin orang miskin itu memperoleh hasil Rp. 50,- pada minggu itu sehingga ia memberikan Rp. 5,- Tetapi orang kaya itu yang dalam minggu itu memperoleh hasil Rp. 2 juta, hanya memberikan Rp. 1000,- Menurut pandangan manusia, si orang kaya memberikan lebih banyak. Tetapi dalam perhitungan Allah, si orang miskinlah yang memberikan lebih banyak, yaitu 10 % dari seluruh hasilnya. Sedangkan orang kaya itu hanya memberikan 0,05 % dari seluruh hasilnya. Jadi, si miskin sebenarnya memberikan 200 x lebih banyak dari orang kaya itu. Yang memberikan Rp. 5,- adalah lebih banyak dari sudut prosentase.
Allah tidak melihat jumlah uangnya. Ia hanya melihat jumlah prosentasinya. Si kaya itu seorang pencuri di hadapan Allah. Dia sudah mencuri dari Tuhan sebab tidak memberikan 10%. Tetapi si miskin adalah orang jujur di hadapan Allah, sebab memberikan 10%.
Nah, bagaimana dengan kita? Bila kantong perpuluhan di gereja dijalankan, berapa banyak saudara memberi? Kalau minggu ini penghasilan saudara kosong, dan saudara tidak memasukkan sepeserpun ke dalam kantong perpuluhan, saudara masih memuliakan Allah. Tetapi bila minggu ini saudara mendapat Rp. 10,000,- dan hanya memasukkan Rp. 25,- maka saudara tidak memuliakan Allah. Tuhan tidak mengharapkan Rp. 1,- atau Rp. 5,- atau Rp. 1 juta, tetapi Allah mengharapkan 10%. Sepuluh persen dari seluruh penghasilan bersih kita.
Ada sebuah ceritera indah mengenai hal ini. Pada suatu hari Tuhan Yesus duduk di Bait Allah. Ia memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar ke dalamnya. Lalu datanglah seorang janda yang miskin memasukkan hanya 2 duit ke dalam peti. Tuhan Yesus memanggil semua muridNya lalu ia memberitahukan bahwa sebenarnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang-orang yang kaya tadi. Orang kaya itu memberi dari kelebihannya, tetapi janda miskin itu memberi dari kekurangannya. Semua yang ada padanya yaitu seluruh nafkahnya sudah diberikannya kepada Allah.
Pertanyaan III: Di manakah kita membayar perpuluhan?
Memang secara lahiriah (yang kelihatan) kita memberi kepada manusia atau gereja, tetapi secara rohaniah sebetulnya memberi kepada Allah sendiri. Di mana kita bisa memasukkan perpuluhan?
Alkitab mengatakan, “Bawalah seluruh persembahan perpuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan………….. di rumahKu ……………..” (Maleakhi 3:10). Menurut ayat ini tempat kita memberi perpuluhan ialah di rumah Tuhan, ke dalam rumah perbendaharaan. Tetapi di mana perbendaharaan yang dimaksudkan itu bagi orang Kristen sekarang?
Saya merasa kita perlu memberi perpuluhan di tempat di mana kita mendapat pelayanan rohani, di tempat yang Injili. Jikalau saudara dilayani di suatu gereja, dan mendapat berkat-berkat rohani yang sungguh bermanfaat bagi kehidupan rohani saudara melalui gereja itu, dan gereja itu memang gereja yang hidup dan injili, nah! Di sanalah tempat saudara memberi perpuluhan. Perlu dijelaskan di sini bahwa rumah perbendaharaan bukanlah “kantongnya pendeta,” melainkan kas gereja, di mana pemakaiannya nanti diatur oleh gereja itu. Jadi perpuluhan yang diserahkan tidak menjadi milik pribadi sang pendeta seorang, melainkan kepunyaan gereja (Tuhan) yang nanti penggunaannya untuk berbagai-bagai keperluan gereja, terutama penginjilan.
Jadi, di gereja mana saudara mendapat makanan rohani yang baik dan bersekutu setiap minggu, di sanalah sebaiknya saudara memberikan perpuluhan itu. Pada pokoknya, saudara bisa memberi perpuluhan di gereja yang baik. Gereja yang baik ialah gereja yang mempunyai ketua-ketua yang lahir baru, injili, berkehidupan suci, dan sidangnya hidup suci juga. Sebab tentulah saudara (dan juga Allah) tidak senang uang perpuluhan saudara disalahgunakan oleh suatu gereja yang tidak baik, bukan?
Tetapi, sewaktu-waktu bila kita dipimpin oleh Roh Kudus, kita boleh saja memberikan perpuluhan kita ke tempat lain. Maksud saya, mungkin gereja lain yang baik juga. Atau, bisa juga memberi kepada suatu kegiatan injili yang menyelenggarakan kursus tertulis Alkitab, di mana kursus semacam itu membutuhkan biaya. Atau kepada suatu siaran radio injili, misalnya FEBC di Manila, Filipina. Atau gerakan penginjilan yang lain, seperti Operation Mobilisation dengan kapal Logosnya. Atau suatu sekolah Alkitab yang injili di mana sekolah itu melatih pemuda-pemuda untuk dididik menjadi hamba-hamba Tuhan. Dan bisa juga saudara memberikan perpuluhan kepada para hamba Tuhan seperti penginjil-penginjil yang hidupnya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Rasul Paulus, ketika sedang memberitakan Injil di daerah Asia Kecil, tidak ada suatu organisasi yang membiayainya. Tetapi orang-orang Kristen di Filipi sudah mengirimkan satu dua kali bantuan keuangan kepadanya. Dan Paulus menyebut bantuan itu sebagai “suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah” (Filipi 4:18).
Pertanyaan IV: Kapan membayar perpuluhan?
Kita sudah melihat mengapa memberi perpuluhan, berapa besarnya memberi perpuluhan, dan di mana memberi perpuluhan. Sekarang kita akan melihat kapan memberi perpuluhan?
Ada ayat yang memberi keterangan mengenai hal ini, sebagai berikut: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaknya kamu masing-masing – sesuai dengan apa yang kamu peroleh – menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah …………..” (I Korintus 16:2).
Kira-kira begini: setiap minggu kita memperoleh sesuatu hasil, baiklah setiap minggu kita menyisihkan perpuluhan dari hasil itu. Cara yang baik ialah memasukkan ke dalam kas (kolekte) gereja.
Misalnya minggu ini kita mendapat hasil Rp. 5000,- maka sebelum kita memotong, memakai atau mempergunakan uang hasil itu untuk sesuatu yang lain (keperluan pribadi dan lain-lain) maka kita harus menyisihkannya lebih dahulu 10% dari Rp. 5000,- utuh, yaitu sebesar Rp, 500,- Nah, jumlah Rp. 500,- inilah yang dimasukkan ke dalam kas gereja sebagai perpuluhan.
Saudara bisa di rumah menyediakan sendiri sebuah amplop kosong yang luarnya ditulisi “PERPULUHAN.” Apabila saudara belum sempat memasukkan uang perpuluhan ke dalam gereja, maka setiap kali mendapat hasil bisa sementara menyisihkan dan menyimpannya dahulu ke dalam amplop khusus ini. Nanti bila saudara ke gereja, bisa memasukkannya ke dalam kas kolekte gereja. Demikianlah cara yang praktis untuk menyisihkan perpuluhan dan memberikannya kepada Tuhan.
Kapan memberikan perpuluhan? Pada hari pertama dalam minggu itu. Hari pertama ialah hari Minggu. Pada hari Minggu biasanya ada kebaktian di gereja, dan kita bisa mengikuti kebaktian sekaligus memasukkan uang perpuluhan kita.
Selain itu kita juga perlu dipimpin oleh Roh Kudus. Bisa juga pada hari lain selain Minggu. Roh Kudus menggerakkan hati kita buat memberikan perpuluhan, atau kita merasakan sesuatu beban, Roh Kudus akan menolong kita melihat adanya sesuatu kebutuhan pada seseorang atau pada sesuatu pekerjaan Tuhan, lalu menyuruh kita memberikan persembahan.
Saudara ingat ceritera mengenai nabi Elia dan janda di Sarfat? Elia pergi ke Sarfat dan menemui seorang janda di sana. Dengan muka dirundung kesedihan, janda ini keluar dari rumahnya dan disapa oleh Elia: “ Permisi, ibu. Di Israel sekarang sangat kering. Saya haus sekali. Dapatkah ibu memberi saya air?”.
Janda itu memberinya segelas air minum. Kemudian Elia meminta sepotong roti. Janda itu sebenarnya keberatan memberikan sepotong roti kepada Elia, sebab ia tidak mempunyai apa-apa kecuali sedikit tepung dan sedikit minyak yang disediakannya bagi dirinya sendiri dan bagi anaknya. Setelah bermaksud memakannya, mereka tahu tidak ada lagi yang akan dimakan, oleh sebab itu mereka akan mati. Pagi makan, siang mati! Tetapi toh janda itu memberikan sepotong roti yang diolahnya kepada Elia. Elia memberitahu janda itu bahwa ia tidak usah khawatir dengan potongan roti yang terakhir itu, Allah akan mencukupi kebutuhan mereka sehingga mereka tidak akan mati kelaparan, melainkan akan makan terus sampai kenyang selama musin kering itu. Dan memang kemudian Tuhan mencukupi.
Hari itu janda di Sarfat tersebut melihat kebutuhan. Kebutuhan Elia akan air dan roti. Dan ia dipimpin oleh Roh Allah untuk memberikan air dan rotinya yang terakhir kepada Elia. Pada hari itu juga. Ia tidak menunggu hingga hari Minggu lagi.
Dan apa akibatnya? Tuhan tidak merugikan janda itu. Sebaliknya Tuhan menolong si janda dan anaknya memperoleh makanan secukupnya sampai musim kering lewat.
Ya, Tuhan Yesus tidak berutang kepada kita. Apakah saudara mengerti? Yesus tidak pernah berutang kepada kita, apalagi akan merugikan kita.
Ada ayat dalam kitab Yakobus mengatakan: “Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang! Tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”
Nah, Alkitab mengajarkan kepada kita, apabila kita melihat suatu kebutuhan, kita harus memberikannya tanpa menunda lagi.
Apakah saudara memberikan perpuluhan dan persembahan saudara ketika Roh Allah menunjukkan kebutuhan kepada saudara? Ingat, dengan memberikan (sebagian) harta saudara kepada Tuhan, Tuhan tidak akan merugikan saudara. Sebaliknya saudara sendiri yang akan untung, dan pihak lain juga diberkati.
Amin.