PENYEMBAHAN (Wahyu 4:1 – 5:14)
PENDAHULUAN:
- Memuliakan Allah sama dengan menyembah Allah
TEMA : Penyembahan Dalam Sidang Jemaat
KALKUN : Dengan membahas penyembahan dari 4 sudut kiranya kita akan tergerak menjadi sidang yang penyembahan Allah.
I. PENYEMBAHAN DITUJUKAN KEPADA TRITUNGGAL
- Di sorga Allah Bapa disembah (4:8)
- Di sorga Roh Allah disembah (4:5)
- Di sorga Tuhan Yesus disembah (5:12)
- Tritunggal disembah bersama-sama (5:13b)
II. PENYEMBAHAN MEMILIKI SIFAT-SIFAT KHUSUS
- Tidak memuat permintaan
- Tingkat pertama penyembahan, bersyukur
- Tingkat kedua, memuji-muji PribadiNya
- Tubuh ikut menyembah, tersungkur
III.PENYEMBAHAN MENGHASILKAN BERKAT-BERKAT KHUSUS
- Pengarahan – perhatian dari diri sendiri
- Ketaatan pada kehendak Allah (Keluaran 34:14)
- Mengangkat jiwa sidang jemaat
- Suasana sorga dalam sidang jemaat
- Membawa kemuliaan pada Allah (Mazmur 50:23)
IV. PENYEMBAHAN AKAN DILAKSANAKAN SELAMA-LAMANYA (5:8-14)
- Penyembahan ketua-ketua dan empat makhluk
- Penyembahan ribuan laksa malaikat
- Penyembahan semua makhluk di bumi dan di sorga
- Penyembahan empat makhluk, “Amen”
KESIMPULAN:
- Kalau sidang jemaat ini menuju ke sorga, bersiaplah untuk menjadi sidang penyembahan Allah.
P E N Y E M B A H A N
Sering orang-orang bertanya pada dirinya sendiri: “Apakah maksud utama dari adanya manusia?” Jawaban yang betul ialah: Muliakanlah Allah dan nikmatilah Dia sampai selama-lamanya.
Inilah maksud utama diciptakannya manusia. Untuk memuliakan Allah. Atau kita bisa pakai istilah lain: menyembah Allah.
Allah menghendaki semua orang menyembah Dia. Itulah sebabnya Ia menciptakan kita. Karena manusia telah jatuh ke dalam dosa, Kristus datang dan mati di kayu salib supaya manusia dapat menyembah Allah kembali. Manusia dijadikan baru melalui Yesus Kristus. Tetapi terlalu sering sidang jemaat Kristus, atau orang-orang Kristen kurang sekali menyembah Allah.
Hari ini kita akan menyelidiki penyembahan dalam sidang jemaat. Jika kita membahas penyembahan dari empat segi tertentu, maka kita akan tergerak untuk menjadi penyembahan-penyembahan Allah. Alangkah indahnya bila orang luar mengatakan tentang kita, inilah orang-orang yang menyembah Allah! Memang seharusnya kita mempunyai sebutan demikian. Sebab itu marilah kita mulai melihat penyembahan ini dari 4 (empat) segi tertentu, supaya kita dapat sungguh menjadi penyembahan-penyembahan Allah.
Segi pertama: Penyembahan ditujukan kepada Allah Tritunggal
Mari kita membuka kitab Wahyu pasal 4 dan 5. Kita akan berkosentrasi pada kedua pasal ini. Kita akan melihat bahwa ketiga oknum dari Allah yang Mahaesa, yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh, sama-sama disembah.
Dalam Wahyu 4:8, 11 kita melihat bahwa Allah Bapa disembah. Ayat 8 berbunyi, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” Di sini kita melihat ucapan dari keempat makhluk ketika mereka menyembah Allah. Lalu ayat 11 berbunyi, “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.” Inilah ucapan ke 24 tua-tua ketika mereka menyembah Allah. Jadi dari kedua ayat ini kita melihat bahwa penyembahan yang dilakukan di sorga ditujukan kepada Allah Bapa pencipta alam ini.
Tetapi penyembahan itu tidak hanya bagi Allah Bapa saja. Bacalah Wahyu 5:11-12, “Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring. “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” Di sini kita lihat Anak Domba yaitu Yesus Kristus, yang disembah. Sehingga penyembahan yang Alkitabiah ialah penyembahan yang juga ditujukan kepada Yesus Kristus.
Tetapi dalam Wahyu 4:5 kita lihat bahwa Allah Roh juga disembah. Ayat itu berbunyi: “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.” Dalam ayat lain kita bisa membaca bahwa Roh Allah itu juga menjadi satu dengan Allah Bapa yang duduk di atas takhta, dan juga menjadi satu dengan Allah Anak (Wahyu 5:6). sehingga kita bisa melihat ketiga oknum ilahi ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau menyembah Allah berarti menyembah ketiga oknum Allah: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Karena Roh Kudus selalu bersama-sama dengan Bapa dan Anak, karena puji-pujian yang ditujukan kepada Bapa dan Anak juga ditujukan kepada Roh yang berada di tengah-tengah takhta itu.
Jadi pada waktu menyembah Allah, kita bisa mengatakan, seperti yang berabad-abad diucapkan orang-orang Kristen dalam menyembah kepada Tritunggal: “Allah Tritunggal yang mulia! Kami anak-anakMu mengangkat jiwa kami kepadaMu, dan memuji kemuliaan Dikau yang tiga berganda yang selamanya mulia. Ya Allah yang Mahaesa, kami memuji Dikau!”
Segi kedua: Penyembahan memiliki sifat-sifat tertentu.
Sifat penyembahan lain dari pada sebuah doa biasa. Dalam penyembahan tidak mengandung permintaan. Jikalau memuat permintaan, maka itu bukan penyembahan lagi, bukan penyembahan yang sempurna. Melainkan sudah menjadi semacam doa. Dalam doa boleh meminta. Tetapi bila saudara menyembah Tuhan, singkirkanlah segala macam permintaan dari ucapan saudara.
Kebanyakan buku nyanyian gereja kita berisi nyanyian permintaan atau nyanyian pengajaran. Nyanyian semacam ini bukan pujian. Sering kita mengatakan, mari kita memuji Tuhan, akan tetapi kemudian kita membuka nyanyian yang berisi permintaan. Ini bukan memuji Tuhan, melainkan meminta kepada Tuhan melalui nyanyian. Misalnya: “jangan aku dilalui, Tuhan,” atau “Tinggallah dalam hatiku yang kerinduan, Tuhan,” atau “Dengarlah doaku ………..” dan sebagainya. Semua ini adalah permintaan.
Tetapi penyembahan adalah memuji Tuhan, meninggikan Dia. Pujian terhadap Tuhan memang ada beberapa tingkat. Pertama, di dalam penyembahan kita mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan oleh karena segala berkatNya. Istilahnya di sini ialah bersyukur. Kalau kita mulai memikirkan untuk mengucap syukur kepada Allah, ini bagus! Sebab ini adalah sebagian dari penyembahan. Paulus mengatakan bahwa segala yang diciptakan Tuhan itu baik, suatupun tiada yang haram, asal diterima dengan ucapan syukur. Jadi rasul Paulus pun mendorong kita mengucapkan syukur atas segala sesuatu yang kita terima dari Allah Bapa. Kita seyogyanya mengucapkan syukur atas segala makanan yang kita terima. Atas rumah yang kita diami. Atas keselamatan yang kita nikmati, dan atas sorga yang akan kita tempati. Atas pengampunan bagi dosa kita setiap hari. Atas penyucian hati kita. Ini semua pengucapan syukur yang baik sekali disampaikan kepada Allah Bapa, Anak dan Roh.
Ada tingkatan kedua dalam menyembah Allah, yaitu memuji-muji kepribadian Allah. Kalau kita bersyukur, kita bersyukur karena menerima sesuatu dari Allah. Kita berterima-kasih karena diberi sesuatu oleh Dia. Tetapi di sini kita memuji-muji Dia karena kita mengetahui siapakah Dia. Saya beri contoh: misalnya, isteri saya datang kepada saya dan memberi hadiah sebuah baju kepada saya. Saya akan mengatakan kepadanya, terima kasih sayang! Tetapi bila isteri saya datang kepada saya, walaupun ia tidak memberi apa-apa kepada saya, saya bilang kepadanya, oh isteriku kau baik sekali, kau setia dan panjang sabar, kau isteri yang bijaksana saya cinta kepadamu! Nah, ini baru “penyembahan” tingkat yang lebih tinggi. Kita memuji-muji kepribadiannya.
Dalam Wahyu 4:8 ada contoh yang indah sekali bagaimana Allah di sorga disembah karena kepribadianNya: “”Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” Ini pujian yang indah sekali.
Untunglah dalam buku nyanyian gereja kita ada juga beberapa buah lagu yang berisi penyembahan terhadap Allah. Misalnya:
Tuhanku Yesus, Raja segenap alam
Allah serta Manusia
Hendak kusembah, kujunjung tinggi
Kau harta rohku yang baka
Indahlah bukit, indahlah sawah ladang
Kena embun gemerlapan
Tetapi Yesus, yang lebih indah
BagiKu penuh kegirangan
Nah, di sini sebuah nyanyian pujian yang betul-betul memuji Allah!.
Segi ketiga: Penyembahan menghasilkan berkat-berkat khusus.
Sebagian orang berpikir, kalau kita menyembah dan memuji Allah, maka Allah yang diberkati sedangkan kita tidak diberkati. Tetapi dalam Alkitab menekankan bahwa bila kita memberi, maka kita akan menerima. Bila kita memberi penyembahan kepada Allah, maka kita akan menerima berkat-berkat khusus.
Berkat pertama, hatinya terobati. Apa yang sering mengecewakan manusia? Bila ia melihat kepada dirinya sendiri. Hatinya jadi kecewa, dan kacau balau tanpa arah. Dalam dirinya sendiri manusia melihat persoalan-persoalan, melihat banyak kegagalan, melihat kekurangan dan kelemahan. Dan bila ia menoleh ke sekelilingnya, ke dunia ini, ia menjadi tambah kecewa. Terlalu sering dunia ini menyakiti hatinya. Kejam, tak kenal belas kasihan. Lalu ia jadi putus asa, diliputi rasa rendah diri, dan hatinya tambah luka. Tetapi melalui penyembahan ia dapat mengarahkan hatinya kepada Allah yang sempurna, yang penuh dengan belas kasih, yang penuh dengan kasih karunia, yang memperhatikan dia dan dapat mengobati hatinya. Allah yang sungguh indah buat jiwanya!
Berkat kedua, penyembahan memberi ketaatan kepada Allah. Kita semua ingin mentaati firman Allah, bukan? Itulah kerinduan kita yang mengikuti Tuhan. Nah, kalau saudara ingin menaati Allah, belajarlah menyembah Dia! Kitab Keluaran 34:14 berbunyi “Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.” Cemburu karena apa? Karena Allah mau kita menyembah Dia saja. Dan kalau kita menyembah Dia, berarti kita menaati firmanNya, kita beroleh berkat ketaatan. Memang sebagai anak-anakNya kita wajib menaati kehendak Allah.
Berkat ketiga, penyembahan menjadikan jiwa kita diangkat. Sering kita melihat suasana di dalam gereja suram, seakan-akan tidak ada semangat untuk berbakti kepada Tuhan. Mengapa? Mungkin banyak anggota gereja itu yang dilumuri oleh dosa. Mungkin pula gereja itu terlalu sibuk dengan segala macam kegiatan sehingga melupakan penyembahan terhadap Tuhan. Gereja harus belajar menyembah Allah. Jikalau gereja menyembah Allah, gereja itu akan menjadi umat Tuhan yang giat dan semangat. Suasana dalam gereja akan dipenuhi dengan sukacita. Wajah semua orang akan berseri-seri. Sebab melalui penyembahan jiwa kita diangkat lebih dekat kepada Tuhan. Dengan lebih dekat kepadaNya, jiwa kita lebih hangat dan menjadikan suasana di sekitar berubah cerah. Marilah gereja menyembah Allah, supaya gereja ini terkenal di mana-mana sebagai gereja yang anggota-anggotanya berseri-seri dengan kemuliaan Tuhan!
Berkat selanjutnya, penyembahan membawa suasana sorga turun. Sering kita menyanyi “Suasana sorga turunlah!” tetapi apakah kita menjadikan suasana itu datang dengan menyembah Tuhan? Dalam kitab Wahyu kita membaca bahwa suasana di dalam sorga sendiri penuh dengan penyembahan! Penyembahan dari umat Allah terhadap Yang Mahakuasa. Begitu pula kalau kita mau suasana sorga datang ke tengah-tengah kebaktian di gereja kita, kita harus belajar menyembah Dia. Ini berkat dari penyembahan: suasana sorga yang indah akan turun ke tengah-tengah kita.
Segi Keempat: Penyembahan akan dilaksanakan selama-lamanya
Dalam gereja masa kini, kita sering menekankan pentingnya penginjilan dan penggembalaan. Memang Alkitab mendorong kita untuk mengabarkan Injil Yesus Kristus. Gereja yang tidak menginjil berarti tidak mengindahkan perintah agung Tuhan Yesus sendiri. Di samping itu kita sering menekankan pentingnya penggembalaan juga. Banyak gereja mengeluh karena kurangnya tenaga gembala yang baik, yang dapat memajukan sidang itu. Memang penggembalaan juga penting sekali. Yesus menyuruh Petrus menggembalakan “domba-domba”Nya. Gereja yang tidak mempunyai penggembalaan yang baik adalah salah. Kalau ada penginjilan yang betul, harus ada penggembalaan yang betul juga.
Tetapi, kalau kelak kita sampai di sorga, kita tidak membaca adanya penginjilan atau penggembalaan lagi. Kecuali Yesus adalah Gembala Agung buat selama-lamanya. Sebaliknya kita membaca bahwa di sorga ada penyembahan! Inilah satu-satunya kegiatan yang berjalan terus. Yang dilakukan terus. Yang dilaksanakan selama-lamanya.
Saya kira kita bisa mengatakan bahwa di antara penginjilan, penggembalaan, dan penyembahan, maka penyembahan adalah yang terbesar. Mengapa? Karena penginjilan akan berhenti, penggembalaan akan ditiadakan, tetapi penyembahan akan dijalankan terus. Dalam Wahyu pasal 4 dan 5 ini saya melihat penyembahan yang sempurna, penyembahan yang menarik hati saya dan malahan yang menghangatkan hati saya. Saya harap hati kita semua.
Bagaimana penyembahan itu dijalankan di sorga?
Pertama, dalam Wahyu 5:8 kita melihat bahwa ada empat makhluk dan 24 tua-tua. Kurang terang siapakah keempat makhluk ini, apakah ia pelayan Allah atau mendapat tugas khusus atau bagaimana. Yang terang mereka berdiri di sekeliling takhta Allah. Lalu siapakah ke 24 tua-tua itu? Apakah mereka adalah wakil dari 12 suku bangsa Israel dari Perjanjian Lama dan 12 rasul Yesus dari Perjanjian Baru, juga kurang terang. Yang terang mereka duduk di atas 24 takhtanya masing-masing, di hadapan takhta Allah yang mulia.
Dari ayat-ayat selanjutnya kita lihat betapa berbobotnya penyembahan keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu. Bacalah Wahyu pasal 5 seluruhnya, terutama ayat 1-10.
Kedua, dalam Wahyu 5:11 dan seterunya kita membaca bahwa banyak sekali – berjuta-juta – malaikat, beserta keempat makhluk dan tua-tua itu, berkata dengan suara nyaring: “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” Ini penyembahan dari para malaikat.
Ketiga, dalam Wahyu 5:13-14 kita membaca bahwa semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” Dan keempat makhluk itu berkata: “Amin”. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah. Ini adalah penyembahan semua makhluk di alam semesta ini.
Lihatlah apa yang dilakukan oleh keempat makhluk dan tua-tua itu ketika mereka mendengarkan puji-pujian terhadap Allah dari semua makhluk di alam semesta ini: mereka mengucapkan “amin”! Dan tua-tua itupun tersungkur dan menyembah!
Betapa dahsyat dan indah dan mulia penyembahan terhadap Allah yang Mahakuasa!
Saudara, penyembahan akan dilaksanakan sampai selama-lamanya di sorga. Sebab itu langkah baiknya dalam sidang jemaat yang sedang menuju ke sorga ini, mulai hari ini belajar dan melatih diri menjadi penyembahan-penyembahan Allah. Marilah kita sungguh menjadi sidang jemaat yang menyembah, umat yang menyembah, umat yang mempersiapkan diri buat penyembahan kepada Allah yang hidup selama-lamanya.
Amin