NASKAH ALKITAB
PENDAHULUAN:
- Alkitab buku paling laris di dunia
- Di mana naskah asli? Mungkin dipalsu / diubah?
TEMA : Naskah-naskah Alkitab
KALKUN : Dengan membahas naskah-naskah Alkitab dari 3 sudut kita akan melihat betapa kokoh dasar kepercayaan kita
I. PEMELIHARAAN ALLAH PADA FIRMANNYA
- Allah mengilhami Akitab kita
- Firman Allah kekal
II. CARA KUNO PENYALINAN DARI NASKAH ASLI
- Papyrus
- Vellum
- Percetakan
III. PENYELIDIKAN NASKAH-NASKAH KUNO ALKITAB
- Kodeks-kodeks…….naskah dari kulit
- Kodeks-kodeks…….naskah dari Papyrus
- Kutipan-kutipan bapa-bapa rasuli
- Naskah-naskah yang bukan Kristen
KESIMPULAN:
- Ahli-ahli sejarah yang bukan Kristen percaya akan kemurnian Alkitab
- Alkitab yang kita pegang sesuai dengan naskah asli
NASKAH ALKITAB
Saudara mempunyai sebuah Alkitab, bukan? Alkitab adalah buku yang paling laku di dunia. Tidak ada buku lain yang pernah lebih laris dari pada Alkitab sendiri. Buku novel Romeo dan Yuliet tidak, majalah Time tidak, bahkan ensiklopedia Amerikana tidak selaris Alkitab. Alkitab satu-satunya buku yang terlaris dan terbanyak dicetak, sejak dulu sampai sekarang.
Sebetulnya berapa buah Alkitab yang terjual setiap tahun? Tidak kurang dari 50 juta buah. Atau lebih dari 100 buah setiap detik. Setiap hari, siang malam. Sehingga bila saya selesai berkhotbah selama kira-kira setengah jam di sini, sudah berapa ribu Alkitab terjual habis lagi.
Yang menjadi pertanyaan ialah, walaupun Alkitab begitu laris terjual, apakah isinya dapat dipertanggung-jawabkan? Apakah isi Alkitab itu bisa dipercaya? Apakah isinya betul?
Sering orang bertanya, mana naskah asli Alkitab? Kalau tidak ada naskah aslinya, saya tidak mau percaya kepada si Alkitab yang dicetak sekarang ini. Siapa tahu sudah tidak betul lagi, bukan?
Seperti orang mengontrak rumah, mana surat kontak aslinya? Kalau kuitansi, mana kuitansi aslinya? Nah, kalau Alkitab, mana naskah aslinya? Ini sebuah pertanyaan yang tidak jarang dilontarkan kepada kita orang Kristen.
Apakah saudara tahu, di mana naskah asli Alkitab berada? Begini. Pertama sekali saya ingin mengatakan kepada saudara bahwa naskah asli Alkitab tidak ada! Bukan tidak pernah ada, tetapi sudah tidak ada lagi. Tetapi walaupun demikian saudara jangan terburu-buru ambil keputusan untuk tidak mempercayai isi Alkitab yang sekarang ada di tangan saudara. Di samping itu saya ingin menambahkan bahwa naskah asli dari kitab-kitab suci agama lain juga tidak ada. Banyak orang masih percaya kepada kitab suci yang lain meskipun naskah aslinya tidak ada. Nah, naskah asli Alkitab, kitab suci orang Kristen, juga tidak ada.
Tetapi naskah-naskah kuno Alkitab yang tidak ternilai harganya ada! Naskah-naskah itu masih disimpan dan dipelihara baik-baik di beberapa tempat di dunia ini, dan saudara bisa melihatnya kalau mau pergi ke tempat itu.
Dengan mengadakan beberapa penyelidikan tentang naskah-naskah kuno Alkitab ini, saudara dapat mempercayai isi Akitab sekarang. Dan sesungguhnya Alkitab itu wajib dipercayai!
Pertama, lihatlah pemeliharaan Allah sendiri terhadap firmanNya (Alkitab). Alkitab ini adalah Firman Allah! Allah sendiri yang sebenarnya mengarang buku ini. Oleh karena itu Ia juga memelihara buku ini.
Beberapa hari yang lalu, berhubung sesuatu urusan, saya harus mencari surat akte pernikahan saya dengan isteri saya. Saya menemukannya dalam laci di sebuah map yang dibungkus dengan rapi. Memang saya menyimpan surat nikah itu baik-baik sebab surat itu sangat berharga bagi saya. Ini sama dengan Alkitab. Buku ini sangat berharga bagi Allah. Allah tidak mau buku-Nya rusak atau hilang. Maka Ia memeliharanya dengan sungguh-sungguh.
Bagaimana asal mula terjadinya Alkitab itu? Orang yang menulis Alkitab itu adalah orang-orang yang dipimpin atau digerakkan oleh Roh Kudus, Roh Allah sendiri. Bukan dari akal melainkan oleh Roh Allah. Mereka digerakkan, maka mereka menulis.
Ayat-ayat dalam Alkitab sendiri banyak memberitahukan bagaimana Allah mengarang AlkitabNya. Ada sebuah ayat yang mengatakan bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah. Artinya Allah bernafas keluar, menyebabkan orang itu menulis sesuai dengan pimpinan Allah. Ayat lain mengatakan bahwa Allah berbicara melalui perantaraan nabi-nabi. Artinya, ini seperti saya menyuruh menyampaikan pesan. Saya berbicara kepada pembantu saya dan menyuruhnya pergi menyampaikan perkataan saya itu kepada seorang teman saya, Pak Cahya. Dengan kata lain saya berbicara kepada Pak Cahya melalui perantaraan pembantu saya.
Berapa lama firman Allah bisa bertahan? Nabi Yesaya mengatakan bahwa rumput akan kering, bunga akan layu, tetapi firman Allah ini tetap. Yesus Kristus sendiri berkata bahwa langit dan bumi akan lenyap, tetapi firmanNya tidak akan lenyap. Rasul Petrus mengatakan bahwa firman Allah adalah ibarat benih yang tidak dapat mati. Nabi Daud di dalam kitab Mazmur mengatakan bahwa firman Allah ini tetap selama-lamanya di sorga! Berarti firman Allah tidak dapat dibinasakan.
Dalam kitab Perjanjian Lama ada sebuah kejadian. Nabi Yeremia mendapat ilham dari Allah, lalu ia menuliskannya kepada selembar kertas. Kertas gulungan yang panjang. Kemudian gulungan yang berisi tulisan firman Allah itu dibawa kepada raja. Raja sedang duduk di luar istana, di halaman. Nabi datang dengan gulungan tadi, dan mulai membacakan firman Allah kepada raja. Setelah mendengar isinya raja itu menjadi marah sekali. Gulungan itu diambilnya, dipotong-potong lalu dibakarnya ke dalam api sampai habis semua! Kelihatannya firman Allah dapat dibinasakan, bukan? Tetapi Allah berfirman lagi kepada nabi Yeremia. Allah mengatakan bahwa raja itu sombong dan bodoh. Tidak apa-apa. Nabi di suruh mengambil kertas dan pena lagi, lalu Allah memberi wahyu lagi kepadanya untuk ditulis. Nyata di sini bahwa seorang raja pun tidak bisa membinasakan firman Allah. Alkitab yang kita miliki itu kekal adanya. Mencoba membinasakan Alkitab sama halnya dengan mencoba membinasakan Allah sendiri. Sebab Alkitab adalah firmanNya!
Nah, kita sudah tahu bahwa Alkitab diilhamkan Allah kepada orang-orang yang digerakkan oleh Roh-Nya untuk menulis. Tetapi bagaimana Alkitab itu mula-mula ditulis, dan kemudian disalin menjadi banyak naskah, sehingga sekarang ini kita mempunyai Alkitab yang dicetak secara moderen? Inilah yang akan kita selidiki juga.
Yesus Kristus disalibkan pada kira-kira tahun 33 Masehi. Pada waktu itu tidak ada kertas moderen seperti kertas yang biasa kita dapatkan di mana-mana sekarang. Lalu bagaimana orang-orang di zaman itu bisa menulis? Mereka memakai sejenis tumbuh-tumbuhan yang bernama papyrus.Tumbuh-tumbuhan itu banyak tumbuh di Mesir. Papyrus dipotong-potong, dan dianyam seperti tikar, tetapi dengan sangat halus sekali serta ditekan, sampai menjadi bentuk kertas yang lebarnya kira-kira 2 M dan panjangnya bisa menjadi 30 90 M. Kertas papyrus yang sangat panjang ini digulung. Kalau mau membaca tulisan yang ada di dalamnya, mereka harus membuka gulungan kertas itu lebih dahulu. Demikianlah pada saat itu orang harus memakai kertas papyrus untuk menulis sesuatu.
Kira-kira pada sekitar tahun 750 Masehi, beberapa ahli purbakala masuk ke Mesir dan mereka mulai mencari sisa-sisa kertas kuno ini. Dan suatu hari beberapa orang Arab yang menggali daerah itu mendapat sepuluh gulungan kertas yang terbuat dari papyrus. Sayang sekali mereka tidak mengerti tentang kertas papyrus. Gulungan-gulungan itu dibakarnya. Namun di tempat lain para ahli purbakala menemukan gulungan-gulungan papyrus yang lain. Inipun secara kebetulan.Biasanya orang-orang Mesir mempunyai tempat sampah. Dan mereka membuang kertas-kertas papyrus itu ke tempat sampah. Tempat sampah-tempat sampah itu kemudian tertutup oleh pasir yang banyak terdapat di Mesir, yang tertiup angin keras, sehingga tempat-tempat itu tertimbun oleh pasir bermeter-meter tingginya. Demikianlah oleh kehendak Allah kertas-kertas papyrus yang memuat tulisan firman Allah terlindung di dalam pasir tadi sampai beberapa abad lamanya.
Suatu hari, seorang pekerja yang menggali pasir menemukan bangkai buaya yang diawetkan. Barangkali buaya itu disembah sebagai dewa sehingga diawetkan. Pekerja itu jengkel sekali lalu bangkai buaya dilemparkannya ke tanah. Apa yang terjadi? Bangkai itu pecah, dan…….keluarlah dari dalam tubuhnya kertas-kertas papyrus yang banyak sekali! Rupanya dulu orang-orang memasukkan kertas-kertas papyrus ke dalam tubuh buaya yang diawetkan itu. Inilah suatu penemuan yang hebat sekali pada saat itu.
Selain dari pada itu, tinta untuk menulis pada kertas papyrus itu terbuat dari getah pohon yang dicampur dengan arang dan air, sehingga cukup tahan lama melekat pada kertas itu. Umur papyrus ada yang sampai 2000 tahun, dan ditulis dalam bahasa Yunani, walaupun ditemukan di Mesir. Sebabnya, bahasa Yunani adalah bahasa yang umum dipakai pada zaman itu. Demikianlah Alkitab pertama ditulis pada kertas papyrus.
Tetapi sesudah kertas papyrus, ada kertas jenis lain yang lebih kuat yang dipakai oleh manusia untuk menulis. Kertas ini disebut: vellum. Vellum adalah kertas yang dibuat dari kulit binatang, biasanya kulit kambing atau sapi. Kulit itu dibersihkan sampai halus sekali, dan digosok dengan kapur halus sehingga menjadi kertas putih yang mulus sekali. Di atas kertas vellum inilah Alkitab juga ditulis.
Akan tetapi ada perkembangan baru. Kalau sebelumnya untuk menulis atau menyalin sebuah buku orang harus menulisnya huruf demi huruf dengan tangan, maka pada sekitar tahun 1400-an manusia menemukan mesin cetak. Nah, pada tahun 1456 seorang bernama Yohanes Gutenberg mencetak Alkitab yang pertama di dunia. Ia orang Jerman.
Sebelum ditemukan percetakan dan kertas biasa seperti sekarang, Alkitab harus disalin dengan tangan dan harganya mahal sekali. Jumlahnyapun tidak sebanyak sekarang. Sesudah ditemukan percetakan, maka ribuan bahkan jutaan Alkitab dicetak dan semua orang dapat membelinya dengan harga murah.
Alkitab yang pertama dicetak tadi, sekarang disimpan di dalam perpustakaan DPR Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat telah membeli Alkitab itu seharga $ 350.000,- atau kira-kira Rp. 210 juta. Harga yang sangat mahal untuk sebuah buku.
Demikianlah kita dapat melihat sejarah penulisan Alkitab. Dari sini kita melihat bahwa Alkitab yang kita miliki, tidak akan lenyap. Malahan sejak dari permulaan sampai sekarang jumlah yang diedarkan di seluruh dunia terus bertambah banyak.
Sekarang kita akan menyelidiki dari segi naskah-naskah Alkitab yang paling kuno. Bagaimana naskah-naskah kuno Alkitab menolong kita untuk mempercayai isi Alkitab yang sekarang kita punyai? Mari kita bahas satu per satu.
Nah, misalnya Perjanjian Baru ditulis sekitar 70 Masehi. Yesus berada di bumi sekitar 33 Masehi. Jadi antara tahun 33 s/d 70 Masehi Alkitab ditulis atau dicatat. Nah, antara tahun 70 sampai dengan 1456, Alkitab disalin dan diperbanyak lembar demi lembar, kata demi kata, huruf demi huruf dengan tangan, sebab belum ada percetakan, bukan? Alat tulisnya ialah tinta pena.
Oleh karena itu tidak terlalu banyak buku yang bisa dihasilkan, sebab belum ada percetakan. Namun bagaimanapun juga para sarjana sampai saat ini sempat mengumpulkan naskah-naskah kuno Alkitab sebanyak kurang lebih 4000 (empat ribu) naskah. Keempat ribu naskah kuno inilah yang dijadikan bahan penyelidikan atas isi Alkitab. Kita akan melihat naskah-naskah yang tertua lebih dahulu.
Kodeks Vaticanus. Kodeks berarti buku. Nah, kita sudah belajar tadi bahwa Roh Allah menggerakkan nabi-nabi dan orang-orang lain untuk menulis Alkitab. Roh Allah telah menggerakkan para rasul dan murid-murid Tuhan untuk menulis kitab Perjanjian Baru pada tahun 70 Masehi. Kodeks Vaticanus ini ditulis tahun 337 Masehi. Berarti jarak antara naskah yang kuno ini ada naskah aslinya ialah 267 tahun. Sebetulnya kodeks Vaticanus ini dibuat di sebuah kota lain, tetapi pada tahun 900 dibawa ke kota Roma. Demikianlah naskah ini masuk ke perpustakaan dan menjadi milik gereja Roma Katolik.
Yang aneh dengan kodeks ini ialah, orang Katolik pada saat itu tidak mengijinkan orang-orang lain melihatnya. Naskah itu disimpan dalam sebuah kamar di kediaman Sri Paus, yang dikunci rapat-rapat. Tak seorangpun boleh masuk dan melihat naskah tersebut. Namun banyak juga sarjana yang ingin melihatnya. Mereka ingin menyelidiki naskah tersebut. Karena itu mereka minta ijin kepada Paus untuk melihatnya. Paus menolak permintaan itu.
Pada suatu waktu Napoleon datang dan menangkap Paus. Beserta dengan buku-bukunya, Paus dibawa tertawan ke Perancis. Di sana buku-buku itu dibuka dan dilihat. Paus dipenjarakan selama 8 tahun, kemudian dikembalikan ke Roma beserta buku-bukunya juga.
Akhirnya ada seorang bernama Tischendorf datang kepada Paus dan mengutarakan niatnya untuk melihat naskah tersebut. Paus mengijinkan Tischendorf melihat naskah selama tiga jam saja. Setelah tiga jam dia harus pulang. Di luar pintu kamar di mana naskah tersimpan, ia diperiksa oleh para penjaga untuk memastikan bahwa ia tidak membawa catatan apa-apa. Bagaimanapun Tischendorf sudah berkesempatan masuk ke kamar itu, membuka dan membaca naskah tersebut.
Kemudian ada seorang lain bernama Tergelles minta ijin kepada Puas untuk melihat naskah itu juga. Sekarang Paus bersikap lebih baik. Orang ini diijinkan melihat naskah selama sembilan jam. Selama sembilan jam ia menyelidiki dengan seksama. Tetapi waktu sembilan jam masih terlalu sedikit.
Beberapa tahun kemudian Tergelles datang lagi, dan kali ini Paus mengijinkan melihat naskah selama 2 minggu. Walaupun ia diperbolehkan melihat naskah selama dua minggu, ia tidak diperbolehkan mencatat apa-apa dari naskah itu. Tetapi orang ini punya akal. Sudah tentu selama 2 minggu ia tidak bisa mengingat semua isi naskah tersebut, sebab naskah itu sangat tebal berisi seluruh Akitab. Maka setiap hari ia berusaha menghafalkan sebanyak mungkin. Setiap hari ia pulang ke rumahnya, dan di rumahnya ia mencatat apa yang berhasil dihafalkannya pada hari itu. Besok paginya ia masuk lagi ke kamar naskah tersebut dan menghafalkan yang lain. Demikianlah seterusnya selama 2 minggu.
Kemudian sesudah itu ia mencetak semua yang berhasil dihafal dan dicatatnya itu. Lalu disebarkannya ke dunia luar. Mendengar ini, Paus marah sekali! Tetapi, oleh karena sekarang banyak orang sudah mengetahui naskah tersebut, maka mau tidak mau Paus harus mengijinkan naskah tersebut dicetak. Begitulah naskah Vaticanus diperbanyak, dan diedarkan ke seluruh dunia. Inilah mengenai naskah kuno Alkitab yang sangat berharga, pada akhirnya diketahui oleh dunia luas dan cetakan salinannya sudah diedarkan ke mana-mana.
Mari kita lihat naskah kuno Alkitab yang lain. Kodeks Sinaiticus. Buku ini adalah naskah Perjanjian Baru. Bagaimana naskah ini dikenal? Sebenarnya Tischendorf berkunjung ke sebuah biara di Gunung Sinai. Pada waktu itu di sana tersimpan banyak naskah kuno. Di biara itu Tischendorf melihat ada sebuah naskah kuno sekali dalam sebuah keranjang. Belum pernah orang mendapatkan naskah semacam itu. Dia senang sekali sehingga dia menanyakan kepada rahib-rahib yang tinggal di biara tersebut, apakah ada lagi naskah-naskah lain semacam itu. Tetapi rahib-rahib itu tidak mau memberikannya lagi. Demikianlah Tischendorf pulang dengan membawa naskah yang tebalnya hanya 40 halaman saja.
Tujuh tahun kemudian dia kembali lagi ke biara tersebut. Tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Lima belas tahun kemudian dia kembali lagi ke sana. Kali ini ada seorang penjaga menunjukkan kepadanya setumpukan naskah kuno dibungkus dengan kain merah. Itulah naskah-naskah yang paling berharga! Maka pulanglah Tischendorf dengan membawa naskah tersebut. Kemudian Rusia membeli naskah itu dengan harga yang mahal. Naskah itu disimpan di perpustakaan Rusia selama 100 tahun. Sesudah itu kaum komunis berkuasa di negara Rusia. Mereka lebih suka kepada uang dari pada naskah kuno Alkitab. Maka naskah itu dijual lagi kepada negeri Inggris dengan harga setengah milyard rupiah! Mahal sekali, bukan? Belum pernah ada buku berharga semahal itu. Sekarang naskah tersebut menjadi milik gereja Prostestan di Inggris.
Kodeks Sinaiticus ini ditulis kira-kira pada tahun 400 Masehi. Tua sekali. Tetapi di samping naskah-naskah atau kodeks Vaticanus dan kodeks Sinaiticus ini, masih banyak kodeks lain yang umurnya sangat tua, dan membuktikan kebenaran isi Alkitab. Ada naskah sangat kuno yang ditulis sekitar tahun 200 Masehi. Jadi jaraknya hanya kira-kira 130 tahun dari waktu naskah asli tertulis. Naskah semacam ini lebih berharga karena umurnya lebih tua. Para ahli bisa mengetahui tahun berapa kira-kira sesuatu naskah ditulis, dari membandingkan tulisan huruf-hurufnya.
Ada pula naskah yang hanya memuat bagian Injil Yohanes pasal 1 ayat 1-14. Naskah ini ditulis tahun 200 Masehi. Sehingga jarak antara naskah kuno ini dengan naskah asli sangat dekat, yaitu 100 tahun saja. Ada lagi naskah kuno yang ditemukan dan memuat Injil Yohanes 18:31-38. salinan ini dibuat kira-kira tahun 130 Masehi. Tua sekali. Dan jaraknya dengan naskah asli hanya 30 tahun saja.
Apa maksud saya memaparkan naskah-naskah kuno Alkitab ini? Begini. Pertama, belum pernah ada di dunia salinan naskah kuno yang sebanyak naskah kuno Alkitab. Kita sekarang mempunyai 4000 naskah kuno ini. Ini lebih dari cukup untuk memeriksa isi Alkitab, apakah benar atau tidak? Ternyata semua isi naskah-naskah kuno ini sama satu dengan yang lain. Kalau begitu, apakah mungkin semuanya salah? Tidak, bukan? Ke 4000 naskah kuno itu mendukung kebenaran isi Alkitab yang kita punyai sekarang.
Kedua, kalau orang bisa percaya kepada salinan (naskah) kuno literatur yang lain, mengapa tidak bisa mempercayai naskah kuno Alkitab? Padahal naskah-naskah kuno Alkitab jauh lebih banyak dan jauh lebih tua dari pada naskah-naskah kuno dari literatur lain yang manapun juga di bumi ini!
Saya beri contoh. Saudara pernah mendengar nama William Shakespeare? Ia adalah seorang pujangga Inggris yang besar. Ia menulis banyak hasil karyanya pada kira-kira 400 tahun yang lalu. Tetapi apakah saudara juga tahu, naskah asli dari karangan-karangan Shakespeare itu juga tidak ada! Walaupun demikian, toh orang-orang masih percaya bahwa salinan-salinan yang dibaca sekarang benar-benar karangan Shakespeare! Namun orang-orang yang sama ini bisa datang kepada saya dan berkata, berhubung naskah asli Alkitab tidak ada, maka saya tidak bisa mempercayai bahwa isi Alkitab sekarang adalah benar-benar isi yang sesuai dengan aslinya! Aneh sekali, bukan? Tetapi naskah salinan karangan Shakespeare, meskipun aslinya juga tidak ada, masih dipercayai bahwa itu sesuai dengan aslinya. Tidak masuk akal!
Bagaimana dengan buku-buku karangan sejarah Herodotus, itu bapak sejarah? Dia seorang Yunani. Ahli-ahli sejarah menyebut dia adalah bapak sejarah. Sebetulnya dia hidup pada 450 tahun sebelum Masehi. Dia hidup sebelum Yesus hidup. Dia mengarang banyak buku sejarah. Dia berkelana ke Mesir, ke Timur Tengah, dan banyak berkeliling. Di tempat-tempat itu dia menyelidiki sejarah. Juga dia menulis buku sejarah khusus: sejarah Yunani.
Nah, orang-orang sangat menyukai Herodotus ini. Sehingga kita sekarang mempunyai beberapa salinan dan karangan Herodotus. Tetapi naskah salinan yang paling kuno dari buku-bukunya Herodotus dibuat pada tahun 900 Masehi. Berarti ada jarak kira-kira 1350 tahun lamanya antara Herodotus menulis naskah aslinya dan salinan naskahnya dibuat. Sekarang ini naskah aslinya juga tidak ada.
Nah, kalau saudara menanyakan ahli-ahli sejarah di Timur dan Barat sekarang ini, mengenai Herodotus, pasti mereka akan mengatakan percaya kepada Herodotus dan menyebut dia sebagai bapak sejarah! Mereka membaca buku-buku yang katanya dikarang oleh Herodotus. Bagaimana mereka bisa percaya? Sedangkan jarak antara naskah asli dan naskah salinan demikian jauh? Mungkin Herodotus itu tidak pernah ada? Mungkin juga ada yang ditulisnya tidak betul? Siapa tahu? Tetapi para ahli sejarah semua percaya.
Sekarang lihatlah, jarak antara naskah asli Alkitab dengan naskah aslinya dibuat ada yang hanya sekitar 30 tahun saja. Toh manusia tidak mau percaya akan isinya. Aneh sekali! Tetapi kepada Herodotus yang jaraknya 1350 tahun, manusia gampang percaya. Sungguh tak masuk akal!
Apa kesimpulan kita?
Sebenarnya ahli-ahli sejarah di dunia ini (yang berakal sehat) sama sekali tidak mencurigai kebenaran isi Alkitab. Sebab mereka mempunyai bukti-bukti nyata yang kuat sekali. Empat ribu naskah kuno salinan dari naskah asli Alkitab, yang baik jumlahnya lebih dari cukup untuk membuktikan kebenaran isi Alkitab, juga jaraknya antara pembuatan salinan-salinan kuno ini dengan aslinya, tidak begitu jauh waktunya.
Para ahli sejarahpun terpaksa harus mengatakan, bahwa isi Alkitab yang kita miliki sekarang ini benar, sebagaimana ditulis oleh naskah aslinya!
Saudara, dengan melihat bagaimana Allah sendiri memelihara Alkitab ini, bagaimana sejarah penulisan Alkitab, dan bagaimana naskah-naskah kuno membuktikan kebenaran Alkitab, kita semua tidak usah ragu-ragu lagi bahwa Alkitab, Firman Allah ini, memang benar isinya.
Amin