KEBAIKAN HATI
PENDAHULUAN:
Dunia membutuhkan seni kebaikan
TEMA : Kebaikan hati & orang Kristen
KALKUN : Mari kita mengikuti 5 jejak pada jalan menjadi seniman/seniwati kebaikan hati
I. MENGARTIKAN KEBAIKAN HATI
- Asal kata “kebaikan hati”
- Kebaikan berguna yang berasal dari hati
- Kebaikan harus berasal dari hati/sikap baik
II. MEMPELAJARI KEBAIKAN HATI ALLAH
- Kebaikan Allah dinyatakan dalam keselamatan kita
- Kemurahan Allah bertujuan membawa kita bertobat
- Allah baik kepada yang jahat/tak berterimakasih
- Sebagai anak-anak Allah kita harus memiliki sifat Bapa
III. MENGETAHUI CONTOH-CONTOH KEBAIKAN HATI
- Boas baik hati pada Rut
- Orang Samaria murah hati
- Yesus ingat makanan untuk anak putri
- Penduduk menyalakan api untuk Paulus
IV. MENERIMA KEBAIKAN HATI
- Minta kepenuhan Roh Kudus
- Mengadakan studi pribadi mengenai kebaikan hati
- Mempraktekkan kebaikan hati
KESIMPULAN:
Asalnya nama Kristen ….. karena pengikut Kristus atau pelaku Chrestos
KEBAIKAN HATI
Beberapa hari yang lalu kami (saya dan isteri saya) mendapatkan bahwa anak kami yang bernama Dusty ternyata seorang seniman. Dia membawa kepada saya selembar kertas yang sudah ditulis-tulisnya. Agaknya dia membuat gambar. Tetapi saya tidak tahu gambar apa yang dilukisnya itu. Memang dia masih berusia tiga setengah tahun.
Tetapi saya melihat bahwa dia sudah punya bakat dalam bidang lukisan. Karena itu saya sebut dia “seniman”. Mengapa anak itu disebut seniman, padahal lukisannya sangat buruk? Meskipun lukisannya sangat buruk, tidak berarti dan tidak karuan, serta jauh dari sempurna, tetapi dia sudah mulai melukis. Dia punya bakat itu.
Ada sebuah pribahasa asing yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira begini bunyinya: “Begitu banyak dewa, ilmu, dan jalan yang berliku-liku; tetapi dunia yang bersedih ini membutuhkan …… seni kebaikan.” Nah, siapakah di antara saudara yang sudah menjadi seniman dan seniwati kebaikan? Siapa yang punya “bakat” bagi kebaikan hati? Meski belum sempurna, tetapi sedikitnya sudah mulai?
Kita bisa belajar “seni” kebaikan hati. Hari ini saya ingin mengajak saudara belajar seni kebaikan hati. Yaitu bagaimana menjadi seniman dan seniwati dari kebaikan hati. Marilah kita mengikuti 5 (lima) jejak pada jalan menjadi seniman dan seniwati kebaikan hati. Alangkah indahnya jikalau gereja-gereja penuh dengan seniman dan seniwati kebaikan hati ini. Lima jejak yang perlu diikuti yaitu:
Jejak pertama: Mengartikan kebaikan hati
Banyak orang mengira, bahwa kebaikan hati ialah berbuat apa saja yang diminta orang lain. Atau berbuat apa saja untuk orang lain. Misalnya, seorang anak menangis meminta sesuatu. Maka kita berpikir berikanlah apa saja yang diminta oleh anak itu. Atau jikalau datang seseorang meminta sesuatu, maka berikanlah saja. Serahkanlah saja kepadanya. Jikalau seseorang minta tolong apa saja, tolong saja! Ini pikiran kita tentang kebaikan hati, bukan?
Tetapi bukanlah demikian artinya kebaikan hati. Kebaikan hati berasal dari bahasa Yunai “Chrestos.” Istilah ini di dalam kitab Perjanjian Baru dipakai 14 x. sering diterjemahkan dengan kata “kemurahan, murah hati, baik hati, atau ramah.”
Jikalau kita menyelidiki arti kata “Chrestos” ini, kita melihat bahwa artinya juga adalah “berguna, berfaedah, bermanfaat,” jadi artinya “Chrestos” adalah satu perbuatan yang berguna, berfaedah dan bermanfaat. Ini artinya kebaikan hati.
Maka, kalau kita ingin tahu kebaikan hati itu sebetulnya apa, ada dua bagian: kebaikan atau kemurahan yang berasal dari hati, dan berguna. Sumbernya adalah hati, dan perbuatannya bermanfaat buat orang lain. Kita tidak boleh memisahkan dua bagian ini. Perbuatan yang dijalankan untuk menolong orang lain itu harus berguna dan berasal dari hati. Ini baru kebaikan hati yang sejati.
Ambillah contoh seseorang yang memikirkan, merencanakan suatu pembunuhan, dan kemudian melakukan pembunuhan itu dengan sengaja tanpa ragu-ragu lagi. Kita sebut dia apa? Pembunuh. Tetapi seorang lain yang sedang menyetir mobil, kemudian oleh sesuatu sebab yang tidak disengaja ia menubruk orang lain sampai mati, tidak boleh disebut pembunuh (dalam arti yang sebenarnya). Pembunuh yang pertama akan dihukum berat, sebab ia memang seorang pembunuh. Tetapi “pembunuh” kedua mungkin hanya dijatuhi kukuman lebih ringan. Karena ia tidak sengaja menghabiskan nyawa orang lain. Ia tidak punya watak pembunuh.
Orang yang baik hati ialah orang yang mempunyai hati yang terdorong untuk menolong orang lain demi kebaikannya. Berarti kebaikan hati harus bersumber dari hati dan harus merupakan kebaikan yang berguna buat orang lain. Inilah arti dari istilah “kebaikan hati.”
Jadi, kalau ada orang mengerjakan sesuatu perbuatan baik tetapi hatinya sebetulnya benci atau tidak suka berbuat itu, maka itu namanya bukan kebaikan hati. Demikian pula bila seseorang hatinya ingin berbuat baik tetapi tidak melakukannya, belum dapat disebut kebaikan hati. Atau seseorang yang hatinya terdorong berbuat baik, tetapi yang diperbuatnya tidak berguna bagi orang lain, juga ini bukan kebaikan hati. Kebaikan hati itu berarti kebaikan yang nyata, berguna, dan berasal dari hati orang itu.
Jejak kedua: Mempelajari kebaikan Allah
Allah itu baik adanya. Kebaikan Allah terutama dinyatakan dalam keselamatan kita. Ketika Paulus menulis surat kepada Titus, seorang pekerja muda, ia berkata: “Nyata kemurahan Allah Juruselamat kita dan kasihNya kepada manusia.” Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik kita, tetapi karena kebaikan Allah semata-mata.
Di dalam suratnya kepada orang-orang Kristen di kota Roma, rasul Paulus menulis: “Tidakkah engkau tahu……. maksud kemurahan Allah ialah memimpin kamu kepada pertobatan?” Di sini jelas mengapa Allah murah hati. Allah ingin menyelamatkan kita. Kelihatan Allah baik kepada orang yang belum selamat, malahan Dia, dengan kebaikanNya itu, menuntun orang yang belum selamat kepada pertobatan, supaya ia diselamatkan.
Sampai kita bisa lihat bahwa kebaikan Allah di sini punya tujuan yang tertentu, yang berfaedah, dan tidak sia-sia, yaitu keselamatan kita. Malahan ada orang berkata bahwa lebih banyak orang diselamatkan dari kebaikan hati, dari pada dari khotbah-khotbah. Karena apa? Karena kebaikan hati atau kemurahan hati menyatakan kasih. Dan seseorang terdorong untuk bertobat bila ia melihat kebaikan semacam itu.
Mari kita terus melihat lebih jauh mengenai kebaikan Allah. Banyak orang merasa bahwa kita tidak usah berbaik hati kepada orang-orang yang tidak tahu berterimakasih. Bahkan kita tak usah berbuat baik kepada orang yang bermusuhan terhadap kita. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Allah itu baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih sekalipun! Jadi, terhadap orang-orang yang tidak berterimakasih sekalipun kita juga harus tetap berbuat baik.
Bagaimana terhadap orang jahat? Ya, Allah sendiri berbuat baik kepada orang jahat. Alkitab berkata bahwa Allah menurunkan hujan dan memberi cahaya matahari kepada orang baik atau jahat.
Kita sebagai anak-anak Allah, harus mengikuti teladan Allah, Bapa sorgawi kita ini. Kalau Allah baik hati kepada orang yang tidak tahu berterimakasih, ya kita juga seharusnya berbuat demikian. Kalau Allah baik hati kepada orang jahat, ya kita juga harus tetap baik hati kepada mereka juga. Tetapi jangan lupa artinya “kebaikan hati.” Ini bukan berarti mengabulkan semua permohonan orang jahat!
Jejak ketiga: Mementingkan kebaikan hati
Mungkin pasal yang terkenal di dalam Alkitab adalah I Korintus 13. Dalam pasal itu kita mendapat penjelasan panjang lebar tentang kasih. Pada ayat-ayat 4-7 dalam pasal itu, kita melihat beberapa sifat dari kasih.
Di antara sifat-sifat kasih itu ialah baik hati. Nah, kebaikan hati merupakan salah satu sifat atau unsur dari kasih. Dengan demikian ternyata kebaikan hati sangat penting. Seseorang yang tidak baik hati, kasihnya belum sempurna. Berarti ia belum memiliki kasih yang sejati, kasih ilahi, kasih Perjanjian Baru.
Saya baru mendengar suatu kesaksian dari seorang pendeta dari Amerika Serikat. Pelayanan pendeta ini ialah sebagai pembimbing orang. Ia mengatakan bahwa sejak dia menjadi seorang pendeta, sudah menikahkan 200 atau 300 pasangan secara resmi. Di antara ratusan pasangan itu, ada 20 atau 25 orang yang bercerai. Dan di antara 25 pasangan yang bercerai itu, ada 11 isteri yang sudah lari dan menikah dengan laki-laki lain. Nah, di antara isteri-isteri yang lari ini, kebanyakan menikah dengan suami yang bertanggung-jawab dan sudah mempunyai 4-5 anak. Tetapi toh isteri itu lari dan pergi dengan laki-laki lain. Pendeta ini menyelidiki kasus tersebut, dan menemukan sebabnya mengapa isteri-isteri itu meninggalkan suaminya, walau sang suami bertanggung-jawab. Ternyata suami yang ditinggalkannya itu tidak menunjukkan kebaikan hati atau kemurahan hati kepada isterinya!
Di sini makin jelas bagi kita bahwa unsur penting dari kasih adalah kebaikan hati. Dengan kebaikan hati, kita menyatakan kepada orang lain bahwa kita mencintai mereka.
Dalam kitab Efesus, kebaikan hati ini bukan hanya suatu unsur dalam kasih, melainkan lebih dari itu. Kita disuruh menunjukkan kebaikan hati. (Efesus 4:32). “Hendaklah kamu ramah………..” Istilah ramah di sini ialah kata Yunani “Chreston.” Sehingga kita bisa menterjemahkan ayat itu sebagai berikut: “Hendaklah kamu baik hati seorang akan yang lain………..” Ini merupakan sebuah perintah!
Mengapa kita disuruh menunjukkan kebaikan hati kepada orang lain? Barangkali begini. Pernah seorang ahli filsafat dari Jerman mengatakan: “Kebaikan hati dan kemurahan hati merupakan rantai mas yang mengikat masyarakat bersama-sama. Tanpa kebaikan hati, masyarakat itu akan rusak dan hancur.” Sebuah terjemahan dari kitab Amsal 16:24 mengatakan begini: “Kata-kata murah hati, seperti madu, enak dan sehat.”
Juga dalam Amsal 19:22 mengatakan: “Sifat yang dinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya………..” Banyak perempuan yang pusing dengan pakaiannya, ribut dengan model-model baru, sibuk dengan tata rambut. Juga banyak laki-laki yang terlalu memikirkan supaya dirinya cocok dengan zaman moderen, arlojinya, pakaiannya, sepatunya dan lain-lain. Dengan berbuat demikian perempuan itu merasa akan bertambah cantik, atau yang laki-laki tambah ganteng. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa kemurahan hati atau kebaikan hati itulah yang menjadikan seseorang cantik dan ganteng.
Jadi, mengapa kebaikan hati itu penting? Penting sebab merupakan unsur dasar dari kasih. Penting karena Allah menyuruh kita menunjukkan kasih – yaitu kebaikan hati itu. Penting karena merupakan rantai-rantai mas yang mengikat masyarakat menjadi satu. Penting karena kata baik hati itu enak dan sehat. Penting karena kebaikan hati menjadikan kita ganteng dan cantik.
Jejak keempat: Mengetahui contoh-contoh kebaikan hati
Kalau kita mengetahui beberapa contoh tentang kebaikan hati, ini dapat menolong kita menghargainya. Saya coba mengambil beberapa contoh dari Alkitab yang akan menolong kita melihat dan melakukan kebaikan hati.
Pertama ada cerita mengenai Rut dan Boas. Rut dari tanah Moab mengikuti mertuanya Naomi ke tanah Kanaan, Rut di sana berjalan di belakang para penuai padi di sawah dan mengumpulkan sisa-sisa padi yang ketinggalan. Kebetulan dia sampai di ladang seorang petani yang mampu, namanya Boas. Di ladang itulah Rut mengumpulkan berkas-berkas sisa tersebut. Tetapi Boas menunjukkan kebaikan hati. Apa yang diperbuatnya? Dia mendatangi penuai-penuai itu dan berkata: “Jangan menuai terlalu bersih. Tetapi biarkanlah sebagian supaya bisa dipungut oleh perempuan di belakang itu.” Dengan demikian Boas menunjukkan kebaikan hati kepada Rut.
Ada juga kasih mengenai seorang Samaria yang baik hati. Dia berjalan ke tanah Yerikho, dan di tengah jalan menjumpai seorang Yahudi yang baru habis dirampok, dipukuli, dan ditinggalkan di sana oleh penjahat-penjahat dalam keadaan tak berdaya. Apakah yang diperbuat oleh orang Samaria ini untuk menunjukkan kemurahan? Kita membaca bahwa ia mendekati orang yang jadi korban rampok itu dan mengobati luka-lukanya dengan minyak. Lalu orang Samaria ini membawa orang itu ke sebuah tempat penginapan. Lebih dari itu, ia meninggalkan uang ke tangan pemilik losmen untuk memelihara si korban sampai sembuh. Dan malahan dia mengatakan kalau uang itu kurang, akan dibayarnya besok. Saya paling senang membaca contoh ini. Perhatikanlah bahwa orang Samaria itu menolong orang Yahudi, seseorang yang biasanya membenci dia. Juga setelah orang Yahudi itu sadar dan sembuh kembali, tidak mengetahui siapakah sebenarnya yang sudah menolong dirinya. Jadi orang Samaria tersebut memberikan kebaikan tanpa diketahui oleh orang yang ditolongnya bahwa ia memberikan kebaikan itu.
Tuhan Yesus sendiri menunjukkan kebaikan hati ketika Ia menghidupkan seorang anak perempuan kecil yang sudah mati. Sesudah membangkitkan anak itu, Yesus bisa langsung pamit dan pergi. Namun Ia tidak berbuat itu, sebaliknya mengatakan: “Berilah dia makan!” Kenapa? Sebab Yesus melihat bahwa anak perempuan itu lapar, ia membutuhkan makanan pada waktu itu juga.
Contoh lagi. Bagaimana ketika kapal yang ditumpangi oleh rasul Paulus dan teman-temannya karam? Mereka semua berenang ke pantai. Dan di sana penduduk setempat menunjukkan kebaikan dengan cara menyediakan kayu dan membuat api untuk mereka. Supaya mereka bisa menghangatkan badannya. Walaupun ini bukan suatu kebaikan besar, namun ini suatu kebaikan hati, bukan?
Bagaimana dengan kita? Sering kalau ada tamu kita memberikan minuman teh atau lainnya. Ini bukan kebaikan hati kalau memberikannya disertai dengan rasa jengkel atau terpaksa. Atau karena itu suatu keharusan, demi menjaga kesopanan atau kebudayaan setempat. Itu tidak menyenangkan hati Allah Bapa.
Kalau kita mau memberikan kebaikan, harus didorong oleh kasih. Dengan demikian barulah kebaikan kita mempunyai nilai yang kekal.
Jejak kelima: Menerima kebaikan hati
Jejak ini adalah jejak paling penting. Kita harus belajar menerima kebaikan hati kalau kita ingin menjadi seniman dan seniwati kebaikan hati. Apa sebabnya? Karena di dalamnya diri manusia tidak dapat terus menerus menunjukkan kebaikan hati. Boleh dikatakan bahwa kebaikan hati itu bukan merupakan suatu talenta asli manusia. Atau, tidak merupakan sifat manusia. Bukan sifatnya yang wajar. Bukan sifatnya yang datang dari keturunan.
Kebaikan hati adalah sesuatu yang juga harus kita terima. Dari mana kita menerima kebaikan hati? Mungkin lebih baik kita mengatakan, kita mendapat kebaikan hati dari mana? Dari siapa? Dalam Galatia 5:22 dikatakan, “Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” Jadi, dari mana kita mendapat kebaikan hati? Ini merupakan buah Roh. Oleh karena itu hidup kita harus dipenuhi oleh Roh Kudus, sebab hanya Roh Kudus yang bisa menghasilkan buah kebaikan hati dan buah kemurahan. Malahan dalam Efesus 5:18 kita diperintahkan untuk penuh dengan Roh Kudus.
Caranya begini: Setiap kali berdoa kita harus minta supaya Roh Kudus menghasilkan suatu perbuatan kebaikan hati dalam hidup kita. Kalau suatu waktu kita berbuat sesuatu yang bukan kebaikan, atau bertentangan dengan kebaikan, nah itu adalah suatu dosa. Pada waktu itu kita harus datang segera kepada Allah dalam doa: ”Ya Tuhan, kami mengakui bahwa kami tidak menunjukkan kebaikan hati. Ampunilah dosa ini. Dan penuhilah kami kembali dengan Roh Kudus sehingga di dalam kami dapat dikerjakan kebaikan hati.”
Bukankah ini suatu jejak yang harus kita ambil? Menerima kebaikan hati berarti kita harus penuh dengan Roh Kudus terus menerus. Dan minta supaya Dia menghasilkan buah kebaikan hati itu melalui hidup kita.
Apakah ada cara lain menerima kebaikan hati? Saya percaya kita bisa berpikir mengenai ini. Begini, kebaikan hati itu bukan merupakan sifat asli saya: buah Roh belum nyata dalam hidup saya; oleh karena itu pada bulan ini saya akan memusatkan pikiran untuk mempelajari hal kebaikan hati! Saudara harus mengambil keputusan demikian, kalau mau menerima kebaikan hati.
Bagaimana sekarang caranya mengadakan study pribadi ini? Ada beberapa jalan. Yang pertama, saudara bisa menghafalkan beberapa ayat Alkitab, khusus mengenai kebaikan hati. Atau merekam khotbah ini dan mendengarkannya kembali di rumah saudara. Bisa juga saudara membeli buku-buku Kristen yang isinya mengenai kebaikan hati. Lalu baca dan pelajari isi buku itu. Atau saudara mulai membuat daftar dari perbuatan-perbuatan kebaikan hati yang bisa saudara lakukan. Atau saudara pergi kepada orang lain dan minta keterangan lebih banyak tentang kebaikan hati. Bisa juga saudara membaca Injil Lukas, dan setiap kali bertemu dengan perbuatan kebaikan hati di sana, misalnya yang dikerjakan Yesus, saudara dapat mencatatnya. Akhirnya, saudara dapat mempraktekkan kebaikan hati dalam hidup saudara sehari-hari.
Saya mau menutup ini dengan sebuah ceritera. Ada dongeng yang mengisahkan seorang putri yang wajahnya jelek, tetapi ia punya keahlian menghibur orang menjadi senang. Kalau ia berusaha mempercantik wajahnya, maka ia akan kehilangan keahliannya itu dan tak bisa lagi berbuat kebaikan hati kepada orang lain. Maka ia mengambil keputusan untuk terus dengan keahliannya menghibur orang lain, walaupun wajahnya jelek. Demikianlah bertahun-tahun ia terus banyak berbuat kebaikan hati itu. Pada suatu hari ia bercermin di muka kaca, dan wajah apakah yang tampak? Wajah yang cantik jelita! Wajah yang baru! Arti cerita ini ialah bila kita menunjukkan kebaikan hati, akibatnya kita menjadi cantik.
Kita disebut Kristen karena kita pengikut Kristus. Tetapi apakah juga kita disebut Kristen karena orang luar melihat kita menunjukkan kebaikan hati? Kiranya kita akan disebut Kristen sebab mengikuti Kristus, dan juga menunjukkan kebaikan.
Amin