ALLAH TRITUNGGAL
PENDAHULUAN:
- Ayub 11:7
- I Kor 2:14
TEMA : Kepentingan menerima paham Tritunggal
KALKUN : Jika kita waspada kita pasti mendengar 3 suara yang menasihati kita untuk menerima paham Allah Tritunggal
I. ALKITAB MEMBUKTIKAN ADANYA TRITUNGGAL
- Tritunggal dalam PL
- Keilahian ketiga oknum
- Tritunggal dalam PB
II. SEJARAH MENYATAKAN ADANYA TRITUNGGAL
- Sejarah Tritunggal dari Alkitab
- Sejarah menyatakan adanya banyak dewa
- Sejarah menjelaskan tekanan pada keesaan Allah
III. ALAM MENYAKSIKAN ADANYA TRITUNGGAL
- Pencipta selalu menyatakan dirinya dalam ciptaanNya
- Allah menyatakan keesaan dan ketritunggalanNya dalam jagad raya
KESIMPULAN:
Jangan meremehkan ketiga suara ini – terimalah Tritunggal
ALLAH TRITUNGGAL
Sebuah ayat di Alkitab menjelaskan dengan sangat berkesan kepada saya. Ayat ini mengatakan, “Dapatkah engkau memahami hakekat Allah? Menyelami batas-batas kekuasaan yang Mahakuasa?”
Bagaimana kita memberi jawaban pada ini? Dapatkah kita memahami hakekat Allah? Tidak bisa, karena kita tahu bahwa Allah itu Maha Besar, Ia Maha Kuasa. Malahan Alkitab mengatakan bahwa orang duniawi yaitu orang yang belum mempunyai Roh Allah di dalam hatinya, tidak bisa mengerti mengenai Allah. Allah itu Akbar, Dia Maha Besar, Maha Kuasa, kita tidak dapat mengerti mengenai Allah sedalam-dalamnya.
Dan ini menjadi persoalan kita. Tetapi walaupun kita tidak bisa mengerti mengenai Allah, kita masih wajib percaya kepada Allah. Dan Alkitab mengemukakan pokok pikiran bahwa Allah itu Tritunggal adanya. Atau dengan istilah lain, Alkitab menyatakan bahwa Allah itu adalah Allah yang Esa tetapi beroknum tiga! Allah itu Mahaesa, Ia satu adanya, tetapi Ia beroknum tiga. Saya, dan Alkitab, tidak mengatakan Allah itu tiga adanya, tidak! Allah adalah tetap satu, cuma Ia mempunyai tiga oknum. Selama berabad-abad banyak orang mengatakan hal ini. Namun marilah kita lihat apa itu benar.
Tetapi saya sendiri merasa jikalau kita tidak tuli, jikalau kita bersedia mendengarkan suara Allah, sebenarnya ada banyak suara yang menasihati kita untuk menerima fakta Allah Tritunggal ini. Dan di dalam suara itu kita lihat bahwa kita tidak boleh menerima satu oknum saja, atau hanya Allah Bapa saja. Suara itu menasihati kita dengan terang, supaya kita menerima Allah Tritunggal! Marilah kita mendengarkan suara-suara yang menasihati kita untuk menerima Allah Tritunggal ini.
Suara pertama adalah Alkitab.
Alkitab inilah yang membuktikan adanya Trinitas. Jikalau tidak ada suara lain yang mengatakan bahwa Allah itu Tritunggal, jikalau Alkitab adalah satu-satunya suara yang menasihati kita untuk menerima Tritunggal, kita masih wajib menerima hal ini. Kita tidak perlu menolak karena Alkitab ini adalah Wahyu Allah yang datang kepada kita manusia.
Saya heran bahwa Allah sendiri memulai di dalam Alkitab, yaitu pada kitab Kejadian pasal 1 ayat 1-3, penjelasan mengenai Trinitas. Jikalau saya mengarang Alkitab, saya akan tunggu sampai buku itu selesai sebelum saya menjelaskan Tritunggal. Tetapi Allah memulai dengan ayat pertama sebab Ia menganggap perkara ini sangat penting.
Pada sebuah surat, sebelum surat itu dibuka, kita bisa melihat siapakah pengirimnya. Si pengirim selalu memperkenalkan diri kepada kita sebelum kita membuka sampulnya dengan jalan menulis nama dan alamatnya di bagian luar sampul itu. Demikian juga Allah memperkenalkan diriNya kepada kita sebelum kita mulai membaca bukunya. Dan Dia memperkenalkan diriNya sebagai Allah Tritunggal dalam kitab Kejadian ayat 1, 2 dan 3 pada pasal pertama dari buku itu.
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Dalam bahasa aslinya, kata Allah di sini ialah Allah Bapa. Semua belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi semua. Dan kemudian apa? Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Ini adalah Allah Roh Kudus. Selanjutnya berfirmanlah Allah. Firman itu adalah Allah. Dan kita tahu dari ayat lain dalam Alkitab bahwa sejak dari permulaan Firman itu bersama-sama dengan Allah, sebab Ia adalah Allah. Firman di sini Allah Anak (Yesus Kristus). Jadi dalam tiga ayat ini kita bisa melihat Allah yang Esa adalah Allah yang beroknum tiga: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ini merupakan Tritunggal. Allah Maha Esa, yang beroknum tiga.
Dalam Alkitab kata Allah ini datang dari istilah “Elohim.” Elohim adalah satu istilah yang kita katakan dalam bahasa Indonesia: jamak, berarti lebih dari satu. Sehingga di sini kita bisa membuktikan bahwa pada mulanya Allah, Allah, Allah, menciptakan langit dan bumi. Dalam ayat pertama di Alkitab, ketika Allah memilih sebutan untuk diriNya, Ia memilih kata yang jamak, membuktikan dirinya Allah Tritunggal.
Pada ayat lain yang sangat kuat sekali terdapat pada kitab Ulangan terdapat istilah yang sama. Perjanjian Lama ini ditulis oleh orang Yahudi. Dan untuk mereka ada ayat terpenting dalam seluruh Perjanjian Lama. Kalau kita bertanya kepada mereka, ayat manakah yang terpenting bagi orang Yahudi? Ayat manakah yang merupakan ayat emas, ayat terutama bagi orang Yahudi? Mereka akan mengatakan: Ulangan pasal 6 ayat 4. Inilah ayat terpenting untuk mereka. Bunyi ayat itu sebagai berikut: “Dengarkanlah hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa.”
Dalam ayat ini kita dapat melihat istilah TUHAN dalam bahasa aslinya. TUHAN di sini datang dari istilah HUA atau dari istilah lain YEHOVAH atau YAHWEH. Jadi kita bisa membaca begini, “Dengarkanlah hai orang Israel, Yehovah itu Elohim, Yehovah itu Esa.” Sehingga di sini kita dapat mengatakan bahwa Yehovah itu Allah, Allah, Allah, kita. Yehovah itu Esa.
Jadi ayat ini sangat menerangkan mengenai Trinitas. Tuhan Maha Esa yang beroknum tiga. Ulangan pasal 6 ayat 4 ini diucapkan oleh Musa kepada bani Israel 2000 tahun sebelum Masehi. Dan kita percaya bahwa Allah Bapa, Allah Roh, dan Firman Allah ada di dalam Alkitab.
Dalam Roma pasal 1 ayat 7 tertulis: “Allah, Bapa kita.” Tetapi dalam ayat lain, ketika Yesus dilahirkan, malaikat berkata kepada Maria: “Engkau akan menamakan Dia Imanuel – yang berarti: Allah menyertai kita.” Di dalam Kisah Para Rasul pasal 5 diterangkan ketika Ananias dan Safira datang berbohong kepada Petrus, mereka dikatakan berbohong kepada Roh Kudus. Mereka menyatakan bahwa mereka menyumbang 100% dari hasil penjualan tanahnya, tetapi sebenarnya tidak. Dan Petrus mengatakan mengapa mereka berdusta kepada Roh Kudus. Lalu dua ayat lagi mengatakan, “Engkau mendustai Allah.” Barangsiapa berdusta kepada Roh Kudus artinya berdusta kepada Allah. Karena Allah itu Satu, sedangkan Roh Kudus adalah salah satu dari ketiga oknum Allah yang esa itu.
Orang Kristen bila berdoa selalu menutup kebaktian dengan kata-kata demikian: “Dan kiranya berkat anugerah dari Allah Bapa, persekutuan Roh Kudus, dan kasih karunia dari Yesus Kristus menyertai kamu sekalian.”
Demikianlah ayat-ayat dari Kejadian pasal 1, Ulangan pasal 6, Roma pasal 1, Matius pasal 1, Kisah Para Rasul pasal 5, II Korintus pasal 13, dan banyak lagi ayat dalam Alkitab, semuanya membuktikan bahwa Allah itu Maha Esa yang beroknum tiga.
Inilah ajaran Alkitab. Dan jikalau saya menutup uraian ini sampai di sini, semua bisa mengatakan: Amin. Memang kita semua wajib percaya, sebab Alkitab sendiri yang menekankan bahwa Allah itu Maha Esa yang beroknum tiga.
Tetapi masih ada suara lain yang dapat kita dengarkan.
Suara kedua ialah sejarah.
Mari kita menyelidiki Allah Tritunggal dari segi sejarah. Sejarah yang kita pelajari di sekolah umum adalah sejarah dunia. Tetapi kita belum pernah menyelidiki sejarah Allah Tritunggal. Sekarang kita akan membicarakan sejarah.
Empat ribu tahun sebelum Masehi di dalam Kejadian pasal 1 ayat 1 kita lihat mengenai Trinitas. Bahwa Allah menciptakan langit dan bumi, bahwa Roh Kudus bergerak di permukaan laut, bahwa Allah berfirman. Elohim, Firman dan Roh Allah.
Seribu tahun sesudah itu kita ingat ada kejadian Babel. Di sana umat manusia memberontak terhadap Allah. Sesudah kejadian air bah, di mana manusia dibinasakan, manusia yang berkembang biak lagi ini membuat sebuah menara yang tinggi. Mereka berpandangan bila mereka membuat sebuah menara yang tinggi sampai ke awan, nanti mereka bisa bebas dari hukuman Allah sekali lagi. Demikianlah mereka bersekongkol membangun satu menara yang besar. Tetapi ketika mereka sedang membangunnya, kita tahu bahwa Allah Yang Mahaesa dan Mahatahu melihat dari sorga. Dan Allah berbicara – bukan kepada malaikat – kepada diriNya sendiri, Ia berkata: “Marilah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka………” Marilah “kita” turun, kataNya. Allah Bapa di sini berbicara dengan Allah Anak dan Allah Roh. Allah Roh berbicara dengan Allah Anak dan Allah Bapa. Allah Anak berbicara dengan Allah Bapa dan Allah Roh. Marilah “kita” kataNya, “turun dari sorga mengacaubalaukan bahasa mereka, supaya mereka menjadi saling tidak mengerti dan tidak bisa membangun menara Babel.” Dan selanjutnya kita tahu Allah Tritunggal turun dan mengacaubalaukan bahasa manusia itu sehingga mereka bercerai-berai. Itulah sebabnya ada bahasa Indonesia, Inggri, Belanda, Jepang, Cina, Afrika, dan lain-lain.
Lima ratus tahun kemudian, Musa berdiri di sebuah tanah datar, ini sebelum Israel masuk ke tanah perjanjian. Di sanalah ia mengucapkan ayat yang merupakan ayat emas untuk orang Yahudi, yaitu, “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa” (Ulangan 6:4). Dan ayat ini menjadi batu penjuru untuk kepercayaan orang Yahudi mulai saat itu.
Sekarang kita sudah melewati 4000 tahun sebelum Masehi, 3000 tahun sebelum Masehi, 2500 tahun sebelum Masehi, lalu sampailah kita kepada tahun 26 Masehi. Ini pada waktu Tuhan Yesus hidup di bumi dan berjalan-jalan di tanah Israel. Banyak di antara kita yang sudah mengetahui tentang baptisan Tuhan Yesus, di mana Yesus masuk ke dalam air. Ketika Ia masuk ke dalam air, kita melihat bahwa yang datang dari sorga seekor burung merpati yang melambangkan Roh Kudus. Dan kemudian ada suara dari sorga mengatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi.” 26 tahun sesudah Masehi, sekali lagi Allah menyatakan diriNya sebagai Allah Tritunggal. Yesus sebagai Allah Anak sedang berada di air, Roh Kudus sebagai burung merpati turun dari langit, dan Allah Bapa memperdengarkan suaraNya.
Pada tahun 56 Masehi Paulus mengarang surat II Korintus. Setelah selesai menulis isinya, ia mencatat pada akhir surat itu sebuah doa penutup. Di dalamnya ia berbicara mengenai kasih Allah dan anugerah Tuhan Yesus serta persekutuan Roh Kudus.
Kalau kita perhatikan terus, sekitar tahun 200 Masehi, ada seorang bernama Tertulian. Berarti masa ini jauh sesudah Yesus disalibkan. Tertulian ini seorang Afrika Utara, ia bukan orang Eropa. Ia menyelidiki Alkitab dan ia tahu pasti bahwa Allah itu Maha Esa yang beroknum tiga. Karena untuk mengatakan “Allah itu Maha Esa yang beroknum tiga” adalah terlalu panjang, maka ia menyingkat perkataan itu menjadi Allah Tritunggal (atau Trinitas) saja.
Dengan demikian lebih gampang bagi orang Kristen untuk menyebutnya. Jadi kata Tritunggal atau Trinitas ini hanyalah sebuah singkatan saja. Di zaman sekarang ini kita juga senang pada singkatan, bukan? Tidak biasa kita mengatakan “Sekolah Menengah Atas,” cukup kalau kita menyebut “SMA” saja. Ini memang lebih praktis. Pada waktu itu Tertulian juga menginginkan sebuah singkatan untuk “Allah Maha Esa yang beroknum tiga,” sebab perkataan ini terlalu panjang untuk diucapkan oleh setiap orang. Tetapi kata Tritunggal lebih singkat dan praktis. Jadi artinya Tritunggal ialah: tiga di dalam satu.
Dalam agama-agama dunia sebetulnya ada juga kepercayaan terhadap Tritunggal ini. Kita melihat bahwa pada permulaannya adalah Allah Maha Esa yang beroknum tiga. Boleh kita gambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi. Segitiga itu satu, tetapi mempunyai tiga sisi yang sama.
Tetapi kemudian apa yang datang? Manusia terlalu menekankan kejamakan Allah sehingga mereka mulai melupakan keesaanNya. Mereka salah, sebab mereka menekankan kejamakan Allah tanpa keesaanNya. Agama Yunani menekankan kejamakan Allah. Agama Hindu mempunyai dewa-dewa Brahma, Visnu, dan Syiwa, yang juga menekankan kejamakan Allah dan lupa keesaanNya. Buku-buku Budha di India juga menekankan kejamakan Allah dan lupa akan keesaan Allah. Sehingga sebetulnya semua agama ini sama ajarannya tentang Allah. Karena apa? Karena mereka mengambil kejamakan Allah dan lupa akan keesaan Allah.
Lalu orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yahudi melihat kejamakan Allah sangat ditekankan dalam agama-agama asing itu, di mana mereka memperbanyakkan dewa-dewanya dan membuang keesaan Allah. Akibatnya orang Yahudi membuang tekanan tentang kejamakan Allah dan mengambil keesaanNya saja! Sehingga mereka hanya menekankan keesaanNya saja dan jadi melupakan kejamakanNya. Sampai agama Islampun menekankan keesaan Allah dan melupakan kejamakan Allah. Juga Unitarian di Amerika menekankan keesaan Allah saja.
Demikianlah kita mempunyai dua kelompok. Di sebelah kanan kita mempunyai kelompok agama Yahudi dan agama Islam yang menekankan keesaan Allah, tetapi di sebelah kiri ada kelompok agama Yunani, Hindu, dan Budha yang menekankan kejamakan dewa-dewa. Tetapi pada permulaannya, Allah itu adalah Allah yang Maha Esa, yang beroknum tiga.
Bagaimana dengan orang Kristen? Kita melihat bahwa orang Kristen tidak ikut-ikutan ke kanan atau ke kiri. Orang Kristen percaya bahwa Allah itu Maha Esa, tetapi juga mereka percaya bahwa Allah yang Maha Esa adalah Allah yang beroknum tiga. Orang Kristen netral, ia berdiri di tengah-tengah dalam arus sejarah ini. Ia tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Ia memegang terus kenyataan bahwa Allah itu Maha Esa yang beroknum tiga.
Sampai sekarang kita melihat sejarah dari permulaan Allah dianggap Maha Esa yang beroknum tiga. Tetapi masih ada satu suara lain. Suara lain ini juga menyerukan bahwa Allah yang Maha Esa itu beroknum tiga. Marilah kita menyelidiki suara lain ini. Tetapi baiklah kita membaca sebuah ayat lain lebih dahulu.
“Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya (Allah), yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan….” (Roma 1:20). Suara apa ini?
Suara ketiga ialah alam semesta.
Alam semesta memberi suara, seperti halnya Alkitab dan sejarah, bahwa Allah itu Maha Esa yang beroknum tiga.
Saya mau tahu, siapakah yang sudah pernah melihat Allah? Belum ada orang yang pernah melihat Allah! Sebab Allah tidak dapat dilihat. Tetapi meskipun demikian kita bisa melihat hasil karya Allah melalui alam semesta ini. Kita bisa melihat bunga, kita melihat pohon pisang, kita melihat langit, kita melihat burung di udara, kita melihat bulan dan matahari. Kita bisa melihat hasil karyaNya, walaupun kita tidak bisa melihat Allah itu sendiri.
Hasil pekerjaan seseorang sering menyatakan banyak mengenai dia, misalnya kita masuk ke dalam sebuah kamar, di dalam kamar itu kita melihat satu lemari yang bersih sekali, kita melihat tegel-tegel yang mengkilap, kita melihat bunga di sana, kita melihat gambar seorang bapa, seorang ibu, dengan beberapa orang anaknya. Dan di tembok kita melihat empat gambar mengenai alam, gambar itu menunjukkan musim semi, lalu menggambarkan musim panas, kemudian musim gugur dan akhirnya musim dingin. Nah, jikalau seseorang lain masuk ke dalam kamar itu, kira-kira ia bisa tahu, siapakah yang tinggal di sana, bukan? Kira-kira siapa yang tinggal di rumah itu? Jikalau seorang Indonesia menghiasi rumah, ia tidak menghiasi rumahnya dengan gambar musim-musim itu. Karena di Indonesia hanya ada dua musim, bukan empat musim. Apalagi di kamar itu ada beberapa perhiasan dari gips yang bertuliskan kata-kata bahasa Inggris. Kita bisa berpikir, nah, ini pasti orang barat! Yah, kita bisa tahu, walaupun waktu itu semua penghuni rumah tersebut sedang pergi, sebab kita melihat “hasil karyanya.”
Demikian juga alam ini merupakan hasil karya Allah. Allah tidak kelihatan tetapi karyaNya bisa kelihatan dan dengan menyelidiki hasil karyaNya itu kita bisa menyelidiki beberapa hal mengenai Allah. Saya harap kita semua punya mata terbuka untuk melihat Allah melalui ciptaanNya. Tidak bisa? Marilah kita memperhatikan benar-benar sebentar dan melihat bagaimana Allah menyatakan diriNya di dalam karyaNya.
Kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini tumbuh banyak bunga, bunga itu bermacam-macam bentuknya, setiap bunga kita sebut satu kuntum bunga, bukan? Nah, sekuntum bunga mungkin terdiri dari tiga kelopak bunga, namun ini tidak berarti tiga bunga. Masih satu bunga dengan tiga kelopaknya. Di sini kita melihat Tritunggal yang masih esa, bukan?
Di dalam satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Sehingga dalam satu keluarga ada tiga oknum. Kita tidak mengatakan ada tiga keluarga, melainkan masih satu keluarga yang terdiri dari tiga oknum. Tritunggal tetapi masih esa.
Di dalam diri seorang manusia kita tahu ada tubuh, jiwa, dan roh. Tetapi kita tidak menyebutnya tiga orang, melainkan masih satu orang saja. Ini karya Allah yang menyatakan bahwa Allah itu adalah Tritunggal yang esa.
Dari tiga contoh di atas kita lihat bahwa sering di dalam keesaan tetap ada kejamakan.
Bagaimana dengan soal waktu sehari-hari? Di sini kita membuktikan juga adanya Tritunggal yang esa. Kita berbicara mengenai waktu kemarin, waktu sekarang, dan waktu yang akan datang. Tetapi tidak pernah ada tiga waktu dalam satu waktu. Yang ada ialah satu waktu dengan tiga dimensi waktu, bukan? Jadi waktu itu sendiri tetap esa (satu) walaupun mempunyai tiga dimensi: kemarin, sekarang, dan besok.
Lihatlah dunia ini. Mengapa Allah menciptakan dunia begini? Apakah ini kebetulan belaka? Tidak! Allah menciptakan dunia sedemikian rupa untuk membuktikan kepada kita bahwa Allah itu esa yang beroknum tiga. Mari kita lihat angkasa raya. Ada matahari, bulan, dan bintang. Matahari, bulan, dan bintang itu ada di angkasa yang satu. Kita tak pernah mengatakan ada tiga angkasa. Kapan ada orang berdoa: “Oh Tuhan, terimakasih atas tiga angkasa, yang Tuhan ciptakan buat kami.” Tidak! Tetapi ia akan berdoa: “Terimakasih atas matahari, bulan, dan bintang. Terimakasih atas satu angkasa raya yang Tuhan ciptakan.” Angkasa itu esa tetapi di dalamnya berisi lebih dari satu.
Sekarang kita pikirkan tentang ruang. Di sekolah kita sudah belajar ilmu ukur ruang. Kita tahu sebuah ruang terdiri dari panjang, lebar, dan tinggi. Tetapi masih satu ruang.
Begitu juga pohon. Ada banyak pohon. Tuhan menciptakan jutaan pohon di bumi. Setiap pohon membuktikan kepada kita bahwa Allah itu esa beroknum tiga. Sebuah pohon mempunyai daun, dahan, dan pokok batang. Tetapi kita tidak mengatakan ada tiga pohon di sana. Yang ada hanya sebuah pohon dengan tiga bagian.
Dalam ilmu kimia kita tahu bahwa ada sebuah persenyawaan yang disebut H2O. Persenyawaan ini bisa berupa uap, air atau es. Tetapi kita tidak mengatakan ada tiga persenyawaan. Masih tetap satu persenyawaan: H2O. Hanya persenyawaan ini menyatakan diri dengan tiga cara. Setiap kali kita minum air, kita mengatakan bahwa Allah itu Esa yang beroknum tiga. Setiap gelas air yang saya minum mengatakan kepada saya hal itu. Karena melalui air yang diciptakanNya juga Allah menyatakan diriNya sebagai Allah Esa yang beroknum tiga.
Kita kembali sebentar kepada bunga. Betapa banyaknya bunga. Dan betapa banyak orang yang senang kepada bunga. Bunga anggrek misalnya, sekarang sering dipakai untuk menghiasi pakaian, dipakai pada waktu orang mengadakan pesta pernikahan, dipakai dalam gereja sebagai perhiasan mimbar, dan sebagainya. Bunga itu juga menyatakan keesaan Allah dan juga ketritunggalanNya. Pada setiap bunga ada warna, bau, dan bentuk. Tetapi kita tidak akan mengatakan tiga bunga pada sekuntum bunga. Tetap satu bunga saja, walaupun ada tiga sifat pada satu bunga.
Mengenai sungai. Setiap kali kita berenang di sungai kita mengakui bahwa ada sumbernya, ada aliran arus sungai, dan ada muaranya. Tetapi saya tidak akan mengatakan ada tiga sungai Brantas, misalnya. Kita bilang hanya ada satu sungai Brantas.
Mengenai cuaca. Ada awan, ada angin, dan ada hujan. Tetapi tidak berarti ada tiga cuaca.
Di negara kita Indonesia ada semboyan “Bhinneka Tunggal Ika,” yang artinya “berbeda-beda namun satu jua.” Berarti di Indonesia ada banyak bagian, banyak suku, banyak kepercayaan, tetapi walaupun demikian hanya ada satu Indonesia Raya, bukan?
Sampai sekarang ini kita bisa mendengar suara dari Allah. Allah menciptakan alam semesta. Bila kita memandang dan memperhatikan alam ini, kira-kira kita bisa melihat apa yang ingin dinyatakan oleh Allah kepada kita mengenai diriNya yang tak kelihatan itu. Kita bisa “melihat” Dia melalui karyaNya.
Demikianlah semuanya ada tiga suara yang bisa menunjukkan kepada kita bahwa Allah itu esa yang beroknum tiga. Suara melalui Alkitab, Firman Allah sendiri. Suara melalui sejarah. Dan terakhir suara melalui alam semesta.
Kesimpulan
Apakah bahaya jika kita menolak Tritunggal? Banyak orang datang kepada saya dan menyatakan tidak mau menerima fakta Tritunggal. Mereka berkata, “Tidak mungkin saya menerima Tritunggal! Saya sudah ambil keputusan!” Orang-orang itu menolak Roh Kudus adalah Allah. Mereka menolak Yesus Kristus adalah Allah. Mereka hanya percaya Allah itu Maha Esa saja. Demikianlah pendapat mereka.
Tetapi apakah bahayanya bila seseorang menolak Allah Tritunggal?
Alkitab mengatakan bahwa jikalau orang menolak Allah Bapa ia akan dihukum di neraka. Sebuah ayat dalam surat Wahyu mengatakan bahwa segala orang yang berzinah, yang main ilmu sihir, yang jahat, yang tidak beriman kepada Allah Bapa, yang berdusta dan sebagainya, akan dicampakkan ke dalam laut api yang menyala dengan belerang. Ini hukuman untuk orang yang menolak Allah Bapa.
Bagaimana dengan Allah Roh? Dulu ada beberapa orang datang kepada Yesus dan mereka menghujat Roh Kudus. Mereka mengatakan Roh Kudus itu bukan Allah. Mereka menganggap sebagai roh jahat, roh busuk, roh iblis. Dan apa yang Yesus katakan kepada mereka yang menolak Roh Kudus sebagai Allah itu? Tidak akan diampuni. Inilah yang dikatakan oleh Yesus. Mereka tidak akan diampuni. Jadi kalau orang menolak dan menghujat Roh Kudus, tidak ada ampun. Menolak boleh, menghujat boleh, tetapi tidak ada ampun! Untuk mengatakan bahwa kita tidak percaya kepada Roh Kudus, adalah sesuatu keadaan luar biasa dan gawat sekali.
Tetapi bagaimana kalau kita menolak Yesus Kristus sebagai Anak Allah? Sebuah ayat dalam Alkitab mengatakan bahwa jikalau menolak Yesus sebagai Allah Anak, orang itu tidak mempunyai Bapa. Artinya, orang itu menolak Allah. Menolak Yesus sebagai Allah berarti kita tidak mempunyai Allah. Alkitab sebaliknya mengatakan bahwa orang yang mempunyai (menerima) Anak Allah itu, ia mempunyai Allah. Boleh saja kita tidak percaya kepada Yesus, namun itu berarti kita tidak mempunyai Allah. Tidak mempunyai Allah berarti hanya mempunyai iblis dan neraka. Ayat lain dalam Alkitab berkata bahwa jikalau seseorang tidak percaya kepada Yesus, murka Allah sudah tinggal atas orang itu. Bila kita tidak percaya kepada Yesus sebagai Anak Allah, murka Allah sudah tinggal di atas kita.
Ada bahaya besar bila orang menolak Allah Tritunggal. Bahkan bahaya terlalu besar! Jangan sekali-kali menolaknya. Menolak Allah Bapa, masuk neraka. Menolak Roh Kudus, tidak ada ampun. Menolak Yesus Kristus, murka Allah tinggal di atasnya.
Saudara, janganlah menolak berkat ini. Oh, dengarkanlah suara yang memperingatkan bahayanya jikalau menolak. Sungguh besar bahaya bila menolak Allah Bapa, sungguh bahaya bila menolak Allah Anak, dan sungguh bahaya bila menolak Allah Roh Kudus! Sebab sesungguhnya Allah itu adalah Allah Maha Esa yang beroknum tiga!
Amin.