PENYAMPAIAN KHOTBAH
Sesudah kita bekerja keras menyiapkan khotbah dan berjuang mengisi bangku-bangku gereja, kita harus menjaga supaya khotbah kita didengar. Terlalu sering seorang duduk di bangku gereja sambil memikirkan jumlah gajinya, perkataan tetangganya atau pertandingan sepak bola yang akan ditontonnya. Apalagi kadang-kadang pendengar begitu capai sampai ia mengantuk dan tidur di bangku. Bagaimanakah pengkhotbah akan menangani persoalan ini?
Beberapa abad yang lalu di Amerika beberapa diakoni gereja diberi tugas untuk membangunkan orang-orang yang mengantuk. Mereka mempunyai tongkat panjang dan berjalan-jalan di antara hadirin. Kalau mereka melihat seorang tidur, mereka memukul kepalanya secara ringan dengan tongkat dan demikian membangunkannya. Kita tidak dapat memakai sistem itu sekarang tetapi kita dapat menahan pendengar kita dari tertidur! Bagaimana? Penyajian dan penyampaian yang baik akan menolong memaku perhatian jemaat kita.
Pada bagian akhir bab ini kami menaruh “Kunci Penilaian Penyampaian Khotbah.” Sekarang kami akan membahas satu per satu pokok-pokok dalam kunci penilaian tersebut.
1. Penampilan dan Sikap
1) Ramah, Hubungan Dengan Hadirin Baik, Relaks
Pendengar lebih mungkin mendengarkan seorang yang mereka sukai. Demikianlah pengkhotbah harus menampilkan sikap yang ramah. Demikianlah pengkhotbah harus menampilkan sikap yang ramah. Semua orang suka seorang yang ramah. Jangan jadi pelawak tetapi bersenyum. Seorang teman kami mengatakan bahwa “Senyum adalah senjata yang paling ampuh.” Dan satu pepatah Tionghoa berbunyi, “Dia yang tidak dapat bersenyum, lebih baik jangan membuka toko.” Demikian juga jangan naik mimbar jikalau saudara tidak dapat bersenyum. Jikalau pengkhotbah ramah, tidak tegang dan tidak bersikap keras dia akan mempunyai hubungan yang baik dengan pendengar dan mereka akan simpati pada dia dan khotbahnya.
2) Menunjukkan rendah hati, tidak berlagak
Satu hal yang dapat dilihat dari jauh oleh setiap orang adalah kesombongan dan tidak seorangpun suka mendengarkan orang yang sombong. Malahan kesombongan adalah satu sifat yang tidak dapat disembunyikan. Apalagi ini satu sifat yang tidak boleh berada pada hamba Allah yang menyampaikan Firman Allah (bukan hikmat si pengkhotbah) kepada umat Allah. Kalau saudara sombong atau cenderung sombong, jangan sama sekali naik mimbar.
3) Pakaian rapi, bersih, pantas
Saudara akan berdiri di muka pendengar kurang lebih setengah jam. Mereka tidak hanya akan mendengarkan saudara. Mereka juga akan memeriksa rambut, pakaian dan apa yang berada di kantong saudara. Saudara harus berusaha supaya tidak akan ada sesuatu pada diri saudara yang akan menarik perhatian dan dari khotbah saudara. Demikianlah sebelum naik ke mimbar kita perlu bertanya pada diri sendiri, “Apakah rambut saya sudah disisisr rapi? Bagaimana pakaian? Bersih? Necis? Ada yang sobek?”
4) Menguasai diri, keadaan, hadirin
Bagaimana reaksi saudara kalau karena sesuatu sebab satu contoh yang ingin saudara sampaikan, hilang dari pikiran saudara? Gugupkah saudara? Bagaimanakah saudara bertindak kalau bayi menangis pada waktu kesimpulan atau kalau pengemis masuk ke ruang kebaktian? Atau mungkin jemaat tertawa karena melihat kucing bermain di jendela. Apakah saudara cukup menguasai keadaan untuk menangani gangguan tersebut dan sekaligus menarik perhatian pendengar pada khotbah?
5) Berkhotbah dengan kesungguhan dan keyakinan
Pendengar-pendengar biasanya memaafkan banyak kelemahan seorang pengkhotbah tetapi mereka sukar memaafkan pengkhotbah yang tidak sungguh-sungguh dan kurang yakin akan khotbahnya. Ini tidak berarti pengkhotbah perlu berteriak-teriak karena ia berpikir suara keras membuktikan kesungguhannya. Dia dapat berkhotbah dengan suara lembut tetapi ia harus berkhotbah dengan sungguh-sungguh. Dan pengkhotbah sendiri akan tahu kapan ia tidak sungguh-sungguh dan kurang yakin. Daripada naik mimbar, lebih baik ia menghadapi Allah dalam doa kalau demikian keadaannya.
2. Gerak-gerik / Sikap Badan
Ahli psikologi Albert Mehrabian mengatakan bahwa hanya 7% pengaruh pidato ditentukan oleh pilihan kata-katanya. Tetapi 38% kekuatan pidato dikarenakan tekanan suara dan 55% karena air muka dan gerakan tangan. Demikianlah gerak-gerik dan sikap badan mempunyai peranan besar dalam penyampaian khotbah.
1) Gerak-gerik Bebas, Wajar, Luwes
Pengkhotbah tidak boleh menjadi pemain sandiwara tetapi sedapat mungkin ia harus mempergunakan tangan, lengan, mata dan kepala untuk menguatkan khotbahnya. Gerakkanlah tangan untuk menekankan sesuatu, misalnya kalau saudara menguraikan bahwa seseorang sedang marah, kepalkan tinju saudara. Selalu menjaga supaya gerak-gerik saudara bebas (jangan kaku), wajar (sesuai dengan isi khotbah) dan luwe.
2) Ada Cukup Variasi Dalam Gerak-Gerik
Umumnya semua pengkhotbah cenderung memakai sesuatu gerak-gerik terus-menerus – misalnya menunjukkan dengan jari telunjuk dan sebagainya. Mintalah seorang memperhatikan khotbah saudara dan memberitahu kalau saudara memakai salah satu gerak-gerik terlalu sering. Belajarlah untuk memakai bermacam-macam gerak-gerik. Variasi dalam hal ini akan sungguh menarik perhatian pada khotbah saudara.
3) Gerak-gerik Jangan Terlalu Banyak, Jangan Aneh
Mungkin kita memakai satu gerak-gerik yang merupakan kebiasaan kita, namun gerak-gerik itu kelihatan aneh. Kalau saudara berbuat demikian biasanya teman dekat akan memberitahu.
Juga, walaupun kurang banyak gerak-gerik tidak baik, terlalu banyak akan mengganggu perhatian pendengar. Dulu gerak-gerik yang kami pakai begitu banyak sampai seorang pendengar kami mengatakan bahwa gerak-gerik kami menjadikannya pusing.
4) Mata Memandang Kepada Para Pendengar
Jangan memandang ke kiri terus atau ke kanan terus, tetapi berusaha memandang pada semua orang yang mendengarkan khotbah saudara. Pengkhotbah yang baik akan meyakinkan tiap pendengar bahwa ia berbicara empat mata dengan mereka pribadi walaupun ia berkhotbah pada puluhan atau ratusan orang. Dia dapat berbuat demikian dengan memandang pada hadirin sambil berkhotbah. Dengan matanya ia dapat menegur dua orang yang berbisik, mengikat perhatian pelamun dan minta perhatian dari seorang yang memandang ke kiri dan kanan. Pandangan matanya harus menjadi rantai yang mengikat perhatian pendengar pada khotbah.
5) Mimik Cukup, Cocok, Pantas
Kita dapat mendramakan bagian-bagian dalam khotbah kita tanpa menjadi pemain sandiwara. Dengan memakai mimik, kita dapat mendramakan apa yang kita ceriterakan. Misalnya kalau dalam khotbah saudara menjelaskan bahwa murid-murid Yesus “pusing” atas sesuatu jawaban Tuhan Yesus, kiranya wajah saudara menyatakan rasa pusing, kebingungan! Mimik ada untuk setiap situasi dan setiap emosi. Belajar memakainya.
Saudara pasti pernah menyaksikan seorang pengkhotbah yang berdiri di mimbar tanpa bergerak sama sekali. Jelas, bukan, bahwa khotbah yang disampaikannya, menjadi jauh lebih menarik kalau ia memakai sedikit gerak-gerik. Perkembangkanlah kemampuan memakai gerak-gerik dalam khotbah saudara dan khotbah saudara akan menjadi makin menarik.
3. S u a r a
1) Kata-kata Diucapkan Dengan Jelas dan Seksama
Tiap perkataan pengkhotbah merupakan peluru kecil atau panah yang tajam. Tetapi jikalau perkataan kurang jelas pada telinga pendengar, perkataan itu menjadi panah tumpul.
Dalam percakapan empat mata perkataan kita lebih gampang dimengerti walaupun mungkin ucapan kurang jelas. Tetapi apabila kita berkhotbah di muka banyak orang, tiap kata harus diucapkan dengan jelas.
2) Variasi Dalam Kekuatan / Nada Suara
Pernahkah saudara mendengarkan pengkhotbah yang monoton (bunyi suaranya tak berubah)? Dari kalimat pertama sampai kalimat akhir kekuatan dan nada suaranya tetap sama. Pemakaian suara demikian pasti membosankan. Pengkhotbah yang baik kadang-kadang akan berbicara dengan suara keras, memakai nada biasa dan mungkin sewaktu-waktu berbisik dalam khotbahnya. Kerasnya suara akan naik turun selama ia berkhotbah.
3) Variasi Dalam Kecepatan / Tempo Suara
Pada umumnya lebih gampang tidur di kapal terbang atau kereta api daripada tidur di opelet atau bis kota. Kenapa? Karena ada variasi dalam kecepatan bis kota. Bis kota berhenti, berangkat, berhenti, jalan cepat dan kemudian pelan. Variasi kecepatan ini mengganggu seorang yang mengantuk mau tidur.
Demikian juga jikalau tidak ada variasi dalam tempo suaranya. Pengkhotbah akan menjadi ahli menidurkan jemaatnya. Tetapi untuk menahan pendengar dari tertidur dan terus menarik perhatiannya kadang-kadang berbicara cepat dan kemudian perlahan-lahan.
4) Nada Percakapan Dalam Suara
Hindarilah “suara pengkhotbah!” Maksudnya suara yang selalu berbicara “kepada”orang lain dan bukan “dengan” orang. Perlakukan hadirin seperti teman akrab atau tamu yang berkunjung pada rumah saudara. Bercakap-cakap dengan mereka. Kami tidak mengatakan bahwa kita tidak boleh memakai suara pemberita dan pewarta atau nabi. Memang itu baik juga. Tetapi coba memakai suara teman juga dan bercakap-cakap dengan para hadirin.
5) Suara Disesuaikan Dengan Besar / Kecil Ruang Kebaktian
Jikalau suara saudara biasanya lembut, dalam ruangan besar saudara harus memaksa diri untuk berbicara lebih keras. Betapa menyedihkan melihat seorang berkhotbah (atau malahan berdoa) dan orang yang duduk di belakang ruangan tidak dapat mendengar suaranya.
Sebaliknya, kalau suara saudara otomatis keras dan ruangan kebaktian kecil, kerasnya suara harus saudara kurangi. Kalau tidak saudara akan membisingkan pendengar dan semuanya akan pulang dengan kepala pusing.
Menurut pengalaman kami sebagai pengajar Ilmu Homiletika, kebiasaan suara adalah kebiasaan yang paling sukar diubah. Dalam hal-hal lain pengkhotbah dapat memperbaiki diri tetapi dalam memperbaiki pemakaian suara, ia sering kalah. Kami ingin memberi 2-3 usul yang mungkin menolong saudara.
Pertama, coba mengkhotbahkan khotbah saudara pada pita rekaman dan nanti menilai pemakaian suara berdasarkan “Kunci Penilaian Penyampaian Khotbah” yang terdapat dalam bab ini. Perhatikan kekurangan saudara dan merekam khotbah sekali lagi pada kaset (tape) dan seterusnya.
Kedua, jikalau tidak ada tape pada saudara, sampaikan khotbah saudara pada lemari, cermin atau pohon dengan berusaha mempergunakan petunjuk yang disebut di atas.
Ketiga, minta seorang teman yang jujur dan simpatik (isteri kalau saudara berkeluarga) untuk mendengarkan dan menilai pemakaian suara saudara berdasarkan “Kunci Penilaian Penyampaian Khotbah.”
4. Lain-lain Petunjuk
1) Sidang diberi Waktu Mencari Nas
Jikalau kita akan membaca nas sebelum berkhotbah, kita wajib menunggu sampai para hadirin mencari nasnya dalam Alkitab. Ucapkanlah alamat nas dengan jelas. Berilah nama buku sebelum atau sesudah nas untuk memudahkan jemaat mencarinya. Misalnya kalau saudara akan berkhotbah dari Kitab Ayub, mengatakan bahwa letaknya adalah pas sebelum Mazmur di Perjanjian Lama. Jikalau saudara mulai membaca sebelum semua pendengar mendapatnya, pembacaan saudara tidak diperhatikan, karena jemaat sibuk sedang mencarinya. Demikianlah mengucapkan berulang kali alamat nas, mulailah membaca. Sesudah membaca dua atau tiga ayat, menyebut nomer ayat, supaya yang lambat dapat mengikuti pembacaan juga.
Berdirilah tegak bila membaca dengan Alkitab di tangan kiri dan jari tangn kanan pas pada ayat yang dibaca. Sedapat mungkin memandang pada hadirin sambil membaca.
Dalam khotbah jikalau saudara hanya mau mengutip satu ayat tetapi tidak ingin pendengar mencari ayat tersebut, jangan memberi alamatnya. Kalau saudara memberi alamatnya, hadirin akan mulai mencarinya dan tidak akan memperhatikan saudara.
2) Memimpin Pendengar Ke Dalam Nas
Di dalam khotbah saudara akan berusaha menguraikan satu nas dari Alkitab. Biasanya nas ini dibacakan sebelum khotbah dimulai. Tetapi selama khotbah berjalan saudara harus menolong pendengar melihat dari ayat apa dan dari kalimat mana saudara mendasarkan keterangan dan ajaran saudara. Saudara harus mendorong mereka untuk menggarisbawahi kata-kata penting, menandai ayat-ayat kunci atau hanya memperhatikan dengan teliti sambil saudara membacakan. Jikalau tidak, jemaat dapat mendengarkan khotbah tanpa melihat sumber dasar kebenaran yang saudara uraikan.
3) Contoh-contoh dan Ceritera-ceritera Didramakan
Kita dapat mengatakan atau menceriterakan sebuah ceritera. Tetapi contoh dan ceritera (yang berasal dari Alkitab atau kehidupan sehari-hari) yang didramakan akan jauh lebih berhasil. Sekali lagi kita tidak mau menjadi tukang sandiwara namun dengan mimik, gerak-gerik, mata dan suara kita akan dapat membuat drama kecil. Misalnya betapa gampang mendramakan pertemuan antara Yesus dan Zakheus. Seorang yang mungkin tidak suka mendengar khotbah akan senang mendengar ceritera Alkitab yang didramakan sekali ceritera itu menjadi sebagian dari khotbah.
4) Berhenti Sebentar Untuk Menekankan Sesuatu
Kadang-kadang dengan berhenti berbicara 2-3 detik sesudah satu kalimat berbobot atau kebenaran penting, para hadirin akan sungguh memperhatikan kebenaran itu. Jangan berbuat demikian terus-menerus tetapi beberapa kali dalam sebuah khotbah akan banyak menolong hadirin.
5) Berhenti Pada Waktunya
Kami sewaktu-waktu mendengar mengenai seorang yang dapat berkhotbah dengan menarik perhatian jemaat selama berjam-jam. Mungkin ada pengkhotbah seperti itu tetapi dia adalah pengecualian. Pada umumnya saudara tidak akan dapat menarik perhatian pendengar lebih dari 30 puluh menit. Namun demikian selalulah berhenti pada waktunya. Kalau saudara diberi 15 menit, jangan berkhotbah 20 menit. Kalau khotbah saudara disiapkan dengan seksama, saudara akan dapat berhenti pada waktunya.
Tulislah pada kartu kecil jam saudara harus berhenti dan taruhlah kertas itu di mimbar. Jikalau saudara tidak menyelesaikan khotbah pada waktunya, potonglah satu dua bagian dari khotbah dan berhenti saja. Dan jangan beritahu hadirin bahwa sebagian dari khotbah saudara belum disampaikan karena soal waktunya habis. Berhentilah sama seperti seluruh khotbah sudah disampaikan. Demikianlah saudara akan menunjukkan penghormatan pada jemaat dan akan diundang kembali untuk berkhotbah (kalau saudara adalah tamu di gereja itu). Pokoknya berhentilah pada waktunya.
5. Kunci Penilaian Penyampaian Khotbah
Angka :
———————————————————————————————————————–
I. Penampilan / Sikap
1. Ramah, hubungan dengan hadirin baik, relaks. 1 2 3 4 5
2. Menunjukkan rendah hati, tidak berlagak. 1 2 3 4 5
3. Pakaian rapi/bersih/pantas. 1 2 3 4 5
4. Menguasai diri/keadaan/hadirin 1 2 3 4 5
5. Berkhotbah dengan kesungguhan dan keyakinan 1 2 3 4 5
II. Gerak-gerik / Sikap Badan
6. Gerak-gerik bebas, wajar, luwes. 1 2 3 4 5
7. Ada cukup variasi dalam gerak-gerik. 1 2 3 4 5
8. Gerak-gerik tidak terlalu banyak, tidak aneh 1 2 3 4 5
9. Mata memandang kepada para pendengar 1 2 3 4 5
10. Mimik cukup, cocok, pantas 1 2 3 4 5
III. Suara
11. Kata-kata diucapkan dengan jelas dan seksama 1 2 3 4 5
12. Variasi dalam kekuatan/nada suara 1 2 3 4 5
13. Variasi dalam kecepatan/tempo suara 1 2 3 4 5
14. Nada percakapan dalam suara 1 2 3 4 5
15. Suara disesuaikan dengan besar/kecil ruang kebaktian 1 2 3 4 5
IV. Lain-lain
16. Sidang diberi waktu mencari nas 1 2 3 4 5
17. Memimpin pendengar ke dalam nas 1 2 3 4 5
18. Contoh-contoh dan ceritera-ceritera didramakan 1 2 3 4 5
19. Berhenti sebentar untuk menekankan sesuatu 1 2 3 4 5
20. Berhenti pada waktunya 1 2 3 4 5
V. Catatan / kesan / Penilaian Tambahan