HAL-HAL LAIN BERHUBUNGAN DENGAN
KHOTBAH EKSPOSITORI
1. Kepribadian Pengkhotbah
Walaupun pusat perhatian buku ini adalah mengenai teknis menyiapkan khotbah Ekspositori, kami merasa perlu menulis satu dua patah kata mengenai “kepribadian pengkhotbah.” Sebab khotbah yang terbaikpun dapat dirusakkan dan tak berkuasa bila disampaikan oleh seorang pengkhotbah yang bercela! Sebelum seorang dapat menjadi pengkhotbah/pemberita yang berhasil ia harus mengalami 3 pengalaman penting:
Pertama, ia harus mengalami “kelahiran baru.” Seseorang tidak dapat mengajar orang lain mengenai kelahiran baru (keselamatan) kecuali ia lebih dahulu mengalaminya! Kami ingat suatu peristiwa dahulu tatkala kami menanyakan seorang pendeta mengenai kelahiran baru, dan ia mengakui bahwa ia belum mengerti atau mengalami kelahiran baru, walaupun sudah beberapa tahun ia melayani sebagai pendeta! Sebetulnya kita tidak berhak berkhotbah jika kita belum mengalami kelahiran baru (II Korintus 4:13).
Kedua, kita harus mengalami kesucian pribadi. Kita tidak dapat memisahkan khotbah kita daripada kehidupan kita. Namun ada orang yang berusaha berbuat demikian. Suatu kali ada orang yang mengatakan: “Saudara-saudara dipersilakan mendengar kesaksian saya, tetapi sekali-kali jangan saudara melihat kelakuan saya!” Astaga! Sayang kalau saudara juga harus berbicara demikian.
Dosa-dosa yang sering menjatuhkan seorang pengkhotbah ialah kesombongan, iri hati, dan dusta (melebih-lebihkan). Nabi Yesaya mengatakan kepada setiap pengkhotbah, “Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengangkat perkakas rumah Tuhan!” (Yesaya 52:11). Pokoknya, di dalam jabatan melayani Firman Allah, lebih daripada segala jabatan lain, kelakuan si pekerja terpenting.
Ketiga, kita harus mengalami kuasa Roh Kudus. Jikalau kita ingin melihat hasil yang baik dari pelayanan kita, kita harus berdoa sehingga Roh Kudus menguasai pelayanan kita. Rasul Petrus hanya dapat berkhotbah dengan kuasa (Kisah Para Rasul 2) sesudah ia dipenuhi dengan Roh Kudus! Stefanus, seorang yang penuh dengan iman dan Roh Kudus, menyampaikan khotbah yang berkuasa (Kisah Para Rasul 7). Tuhan Yesus sendiri bahkan dibaptiss dengan air dan dipenuhi Roh Kudus sebelum ia memasuki pelayananNya.
Buku Homiletika ini diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah mengalami ketiga pengalaman di atas. Kalau saudara belum mengalaminya, kiranya sekarang juga saudara mencari Tuhan dan seorang lain yang dapat membimbing saudara.
2. Cara-cara Untuk Menambah Daya Meyakinkan Pada Khotbah
Bagaimana khotbah saudara dapat menjadi lebih kuat? Jika khotbah sudah disiapkan dengan seksama dan saudara sudah mengikuti langkah-langkah sebagaimana diuraikan dalam “Bagian II,” khotbah saudara sudah kuat. Tetapi di sini kami ingin memberi keterangan tambahan yang dapat menambah daya meyakinkan pada khotbah ini. Bagaimana cara-cara tersebut.
1) Pemakaian Firman Allah : Firman Allah adalah Kebenaran-Kekal dan terbaik untuk meyakinkan seseorang. Billy Graham, pengkhotbah terkenal itu, selala mengatakan, “The Bible says . . . .” atau “Alkitab berkata . . . .” Firman Allah adalah Firman dari Allah, kata-kata Allah, ucapan Allah, dan karena itu dapat meyakinkan mengenai semua pokok. Karena itu jangan mengganti “Alkitab berkata . . . .” dengan “menurut pandangan saya . . . .” Tetapi bila saudara mengutip Firman Allah jangan memakai kutipan yang panjang-panjang. Lebih baik kutipan yang berupa kalimat pendek, yaitu 10-15 kata. Kalau kutipan terlalu panjang, tidak akan dapat mengerti oleh pendengar atau paling sedikit kuasa kutipan akan berkurang.
2) Kelakuan Pengkhotbah: Kita tidak dapat memisahkan khotbah daripada kehidupan pribadi pengkhotbah. Sudah terang agak sukar untuk seorang timpang berkhotbah mengenai kesembuhan dan seorang penipu mengenai kejujuran! Tetapi khotbah mengenai kesucian yang disampaikan oleh orang suci pasti akan berhasil baik.
3) Kenyataan dan Statistik: Kutipan angka-angka yang dapat dipercayai dan statistik tersebut harus cocok dengan hal yang ingin saudara buktikan. Lihatlah contoh khotbah pertama yang berdasarkan pada Yohanes 1:29b. Di bawah pokok besar I, pokok kecil I, saudara dapat melihat: Ct. Pal. Mer. 90 ju. or., 2 ju. Mil. Senj., 130 perang. Artinya Palang Merah Internasional mengatakan bahwa pada abad ini 90 juta orang mati dalam 130 peperangan yang terjadi di 5 benua dan 2 juta milyar dollar USA dipergunakan untuk membeli senjata. Statistik ini dipergunakan untuk menekankan kejahatan manusia dan menunjukkan bahwa semua orang di dunia sudah berbuat dosa.
4) Pemakaian Gerbang Mata: Sebuah pepatah bahasa Inggeris mengatakan, “Seeing is believing,” yaitu bila melihat saya percaya. Demikianlah kita harus mengingat bahwa Allah memberi dua telinga dan juga dua mata pada pengikut kebaktian kita. Kita harus berusaha memanfaatkan kedua mata mereka sebaik-baiknya. Dunia ini sangat ahli dalam memanfaatkan mata untuk mempromosikan hasil-hasilnya. Di mana-mana di Indonesia kita dapat melihat gambar besar dari Sabun Rinso dengan satu baju yang masih kotor dan satu lain yang sudah bersih disertai tulisan: “Lebih putih dengan Rinso!”
Bagaimana memakai Gerbang Mata? Pakailah papan tulis (jika ada). Tulislah garis besar khotbah saudara pada papan itu. Buatlah gambar-gambar besar pada papan tulis atau kertas gambar untuk mengilustrasikan khotbah saudara.
Kami ingat seorang pengkhotbah yang ingin mengajarkan pentingnya orang Kristen menikah dengan orang Kristen juga. Ia membawa sebuah botol yang setengah penuh air. Waktu memberikan keterangannya, ia memasukkan air itu ke dalam sebuah botol lain yang berisi minyak setengahnya. Tetapi rupanya – walaupun diaduk-aduk – kedua zat itu (air dan minyak) tidak dapat menjadi satu. Demikian juga seorang percaya tidak mungkin menjadi satu dengan orang yang belum percaya. Jadi, seyogyanya seorang Kristen memilih teman hidup yang Kristen pula. Dan meskipun sekarang kami sudah lupa semua keterangan lain yang diberikan oleh pengkhotbah tadi, kami masih ingat contoh yang kami saksikan melalui Gerbang Mata kami!
5) Kesaksian: Kesaksian pribadi atau pengalaman sendiri akan sangat menguatkan khotbah. Juga kutipan dari surat kabar atau sesuatu yang saudara dengar di radio dapat dipakai. Suatu kali kami mendapat kutipan “Manusia makin lama makin baik” dari majalah intisari. Kutipan ini kami pakai untuk membuktikan betapa lainnya pandangan manusia dari pandangan Allah mengenai manusia. Kutipan dari orang penting dapat menolong pendengar menerima khotbah saudara. Suatu waktu Sekjen PBB Dag Hammarsjokold mengatakan kepada Billy Graham, “Dunia ini harus dilahirkan baru secara rohani kalau akan selamat.” Betapa kuat kutipan ini bila dihubungkan dengan Injil Yohanes pasal 3.
6) Jawaban Atas Persoalan/Kebenaran: Pengkhotbah harus mempelajari pendengar sehingga ia mengetahui persoalan-persoalan dalam pikiran pendengar. Dalam khotbah ia harus berusaha menjawab persoalan-persoalan ini sebaik mungkin. Dengan menjawab persoalan pendengar, pengkhotbah menolong pendengar menerima kebenaran khotbah.
7) Penyajian Khotbah Yang Kuat: Penyajian yang baik dapat menyelamatkan khotbah yang lemah, dan penyajian yang kurang dapat merusakkan khotbah yang baik. Maka saudara tidak membuang waktu bila saudara berusaha menguatkan penyajian khotbah saudara. Bacalah pasal mengenai penyajian dalam “Bagian VI” ini serta carilah buku-buku lain yang dapat menolong saudara dalam hal ini.
8) Roh Kudus: Kitab Suci diwahyukan melalui perantaraan Roh Suci. (II Petrus1:22), dan oleh karena itu hanya Roh Suci sendiri dapat menerapkan Firman Allah ini pada hati para pendengar. Yohanes 16:8 mengatakan bahwa Roh datang untuk menginsyafkan orang mengenai dosa, dan Dialah yang memanggil mereka datang kepada Yesus (Wahyu 22:17). Meskipun semua sudah beres dan disiapkan dengan seksama, kalau saudara tidak bersandar pada Roh Kudus dan kalau Ia tidak bekerja melalui saudara semuanya sia-sia belaka.
3. Cara mengumpulkan Contoh-contoh (Ilustrasi Khotbah)
Sebagai orang Kristen tentulah saudara sudah banyak mendengarkan khotbah-khotbah, mungkin dua atau tiga kali setiap minggu. Ada khotbah yang teramat membosankan dan ada yang sungguh menarik perhatian! Kadang-kadang saudara pulang dari kebaktian dan hanya dapat mengingat satu hal dari khotbah itu. Apakah yang saudara ingat itu? Biasanya sebuah ceritera kecil atau contoh khotbah yang disampaikan oleh si pengkhotbah. Mungkin ada banyak kebenaran dalam khotbah itu yang berfaedah dan dapat membantu perkembangan rohani saudara. Tetapi yang diingat cuma contohnya!
Pada umumnya, tetapi tidak selalu, khotbah yang menarik adalah khotbah yang padat dengan contoh-contoh. Jikalau contoh tidak ada, khotbah menjadi kurang memuaskan dan tidak menarik (menjemukan). Dari ini saja kita dapat melihat betapa pentingnya memakai contoh-contoh dalam khotbah kita!
Apakah maksudnya contoh-contoh khotbah? Banyak, tetapi yang terpenting, contoh bertujuan menerangi yang kurang jelas. Pengkhotbah mengemukakan sebuah kebenaran dari Alkitab, tetapi pendengar sukar mengerti kebenaran itu dan oleh sebab itu sebuah contoh diberikan yang membantu menerangkan kebenaran tersebut.
Dulu kami pernah mendengar contoh yang menolong kami mengerti dengan lebih jelas kepentingan mengakui dosa sebagai syarat pengampunan. Pengkhotbah mengatakan, kalau tangan kita kotor dan kita mencoba membersihkannya, tidak mungkin akan bersih. Kita boleh memakai sabun dan air hangat, tetapi kalau tangan kita terus ditutup, tangan tidak akan menjadi bersih. Syaratnya untuk membersihkan tangan kotor ialah membuka tangan lebih dahulu. Demikian juga kita harus membuka hati kita, yaitu mengaku dosa kita, apabila kita mau mengalami pengampunan dosa dan pembersihan dari Tuhan.
Contoh-contoh juga memberi semacam istirahat (pause) pada hadirin. Orang-orang hanya bisa berkonsentrasi dalam suatu waktu singkat yang tertentu. Kalau kita memberi mereka bahan-bahan yang berat, akhirnya mereka akan melamun. Contoh adalah istirahat sejenak sebelum kita melanjutkan kepada kebenaran lain.
Dan juga, seperti yang dikatakan di atas ini, contoh lebih gampang diingat. Kalau hadirin dapat membawa pulang beberapa ceritera yang sederhana, mereka akan mengingatnya dan malahan menyampaikannya kepada orang-orang lain.
Ada banyak maksud lain dari contoh-contoh, tetapi kami merasa maksud-maksud yang disebut di atas ini adalah maksud terpenting dari sebuah contoh khotbah.
Sekarang, kalau saudara sudah berpengalaman berkhotbah selama beberapa tahun, tentunya saudara mengetahui bahwa agak sulit mencari contoh yang cocok, malahan sulit untuk mengumpulkan/mencari cukup banyak contoh. Oleh sebab itu di sini kami ingin mengutarakan 3 cara untuk mengumpulkan banyak contoh bagi khotbah saudara:
1) Cara pertama: Perpustakaan Contoh Dari Buku Bacaan. Sebagai pekerja Kristen saudara sudah membeli dan membaca banyak buku bacaan rohani. Dalam buku-buku tersebut ada banyak contoh yang dapat dipakai dalam khotbah. Tetapi persoalannya kita sering lupa akan contoh-contoh yang ada, atau paling sedikit kita lupa di mana contoh itu ada. Mungkin saudara hanya ingat judul buku di mana contoh itu terdapat, tetapi lupa halamannya. Dan karenanya contoh itu tidak dapat dipergunakan oleh saudara.
Untuk selalu mengingat di mana letak contoh-contoh yang kita temukan dalam buku bacaan itu, kami mengusulkan sistem berikut ini: Buatlah kartu-kartu sebesar 10 x 15 cm. Tulis pada pojok kiri atas dengan pensil pokok-pokok sebagai berikut satu pokok per kartu: Dosa, Darah, Kasih, Sukacita, Sorga, Neraka, Allah, dan seterusnya. Sekarang, setiap kali saudara menemukan sebuah contoh dalam buku bacaan itu, tandailah contoh itu dan tulislah di pinggir halaman pokok contoh itu dan sedikit keterangan mengenainya. Bila saudara selesai membaca buku itu akan ada sepuluh contoh yang ditandai – misalnya – maka ambillah kartu-kartu di atas dan satu demi satu catatlah sedikit keterangan pada kartu-kartu itu mengenai contoh yang baru dibaca serta judul bukunya dan halamannya sekali.
Misalnya saudara membaca buku berjudul “Penderitaan Bagi Kristus.” Lalu, pada halaman 82 ada contoh mengenai “dosa.” Tulislah kata “dosa” di pinggir halamannya dan di sebelahnya ditulis singkat “suara hati meyakinkan kita mengenai dosa sehingga kita mati.” Mengapa ditulis demikian? Sebab inilah intisari contoh itu. Kemudian, ambillah kartu yang bertulisan “dosa” di pojok atasnya sebelah kiri. Di bawah kata “dosa” itu saudara menulis: “Suara hati meyakinkan kita mengenai dosa sehingga kita mati,” Penderitaan Bagi Yesus, halaman 82.
Simpanlah kartu-kartu itu menurut abjad. Kalau saudara selalu mencatat contoh-contoh yang saudara dapat dari bacaan buku-buku milik pribadi, akhirnya kartu-kartu ini akan bertambah banyak dan saudara akan memiliki banyak contoh. Misalnya, mungkin tahun depan saudara akan berkhotbah mengenai “dosa,” dan membutuhkan sebuah contoh yang baik mengenai pokok itu. Ambillah kartu-kartu perpustakaan contoh tadi dan carilah kartu yang berjudul “dosa.” Di sana tertulis tempat contoh di atas dan mungkin tempat contoh-contoh lain mengenai dosa, yang sudah saudara kumpulkan.
2) Cara kedua: Perpustakaan Contoh Dari Majalah/Koran. Kita sering membaca atau mungkin pula berlangganan majalah yang baik dan surat kabar (koran). Dalam majalah-majalah itu sering kita membaca sebuah contoh atau lebih yang cocok dan bisa dipakai dalam khotbah. Atau di sana kita melihat sesuatu keterangan yang dapat menolong dalam persiapan khotbah lain kali. Kalau kami memiliki majalah biasanya kami merobek/menggunting contoh-contoh karangan-karangan yang menarik dari majalah tersebut. Dulu kami membeli 20 stofmap folio dan pada setiap stofmap kami mencatat pokok-pokok seperti pada kartu-kartu di atas yaitu: Dosa, Sorga, Neraka, Natal, Kematian, dan sebagainya. Guntingan karangan atau contoh-contoh dari majalah/koran itu kami masukkan atau kami simpan dalam stofmap sesuai dengan namanya masing-masing. Jadi, sebuah contoh mengenai “kematian,” dan seterusnya.
Akhirnya dengan banyak membaca dan menggunting contoh/karangan yang cocok, lama kelamaan stofmap kami menjadi penuh. Dan kalau datan waktunya untuk menyiapkan khotbah mengenai Natal misalnya, maka untuk contoh kami hanya mencarinya dalam stofmap yang bertuliskan “Natal.”
3) Cara ketiga: Perpustakaan Contoh Dari Buku Catatan Khotbah. Walaupun saudara adalah pekerja Kristen, pasti juga saudara masih akan mendengarkan banyak khotbah, ceramah, dan pelajaran Alkitab. Sering kita mendengarkan contoh yang baik dalam sebuah khotbah yang disampaikan oleh orang lain, tetapi tidak dapat mengingatnya. Untuk mengatasi soal ini saudaramembutuhkan sebuah Buku Catatan Khotbah!
Belilah sebuah buku tebal yang berhalaman 200-300, dan berilah nomer pada setiap halaman mulai dengan halaman 1 sampai dengan halaman 200 atau 300. Tulis angka-angka itu di pojok kanan atas dari setiap halaman buku itu. Sekarang, setiap kali saudara mendengarkan khotbah, mulailah membuat catatan dengan teliti. Bila si pengkhotbah/penceramah itu mengutarakan sebuah contoh, catatlah semua seluk beluk contoh tadi.
Juga, kadang-kadang saudara meminjam buku bacaan dari orang lain. Mungkin dalam buku itu ada beberapa contoh yang baik, tetapi bukunya harus dikembalikan. Apa akal? Salinlah contoh itu ke dalam buku catatan khotbah saudara!
Sesudah beberapa bulan, selidikilah kembali semua isi catatan saudara, dan bila contoh-contoh yang dicatat itu masih dianggap baik, tulislah intisarinya dan halamannya pada kartu perpustakaan contoh saudara (seperti yang telahditerangkan di muka).
Apabila saudara memakai ketiga cara mengumpulkan contoh-contoh ini, kami yakin saudara akan kaya sekali akan bahan-bahan yang dapat dipakai untuk menerangkan kebenaran dalam khotbah saudara.
Perlu kami menutup pasal ini dengan satu dua patah kata mengenai pemakaian contoh-contoh. Pertama, jangan memakai sebuah contoh jikalau contoh itu tidak betul-betul cocok. Kadang-kadang seorang merasa contoh terlalu baik dan ia mengutarakan contoh itu dalam khotbahnya walaupun tak cocok. Ini keliru! Contoh hanya boleh dipakai kalau cocok.
Kedua, jangan mendirikan khotbah saudara di sekeliling contoh. Artinya, jangan mencari contoh dahulu, baru kemudian mencari nas yang cocok dengan contoh. Nas harus tetap menjadi tuan, sedang contoh pembantu saja.
Ketiga, jangan memakai terlalu banyak contoh. Pada umumnya 1-2 contoh dalam setiap pokok besar sudah cukup. Kita ditugaskan untuk memberitakan Firman Allah, bukan contoh-contoh. Contoh hanya bertugas sebagai jendela untuk menerangi kebenaran yang ada dalam khotbah.
4. Mengembangkan Garis Besar Isi Khotbah
Selama beberapa tahun kami berusaha mengajar bagaimana mengembangkan garis besar isi khotbah. Memang kami selalu mengembangkan garis besar khotbah tetapi tidak mengerti rahasia-rahasia sederhana yang kami pergunakan. Tetapi beberapa tahun yang lalu kami sempat mengajar pokok “Menyiapkan Khotbah” pada kelas ekstensi Seminari Theologia Injili Efrata. Waktu itu kami mempergunakan buku “Menyiapkan Khotbah” jilid II oleh Bapak A. Bambang Subagyo, dosen pada Seminari Theologia Baptis Indonesia di Semarang. Buku tersebut sangat menolong kami menguraikan pokok ini pada siswa-siswa kami dan oleh karena itu kami ingin mengutip dari buku itu untuk menjelaskan bagian ini.
Menurut Bapak Subagyo kita dapat mengembangkan garis besar dengan memakai:
Penjelasan : yaitu keterangan-keterangan yang berasal dari hasil penyelidikan teks
khotbah dan sumber-sumber lain
Pembuktian : yaitu memberi bukti atau alasan bahwa hal itu benar
Penerapan : menghubungkan sesuatu dengan hidup pendengar, menunjukkan
yang harus dilakukan pendengar berkenaan dengan hal tersebut dan
menggerakkan pendengar untuk melakukannya.
Pertama marilah kita menyelidiki bagaimana membuat PENJELASAN. Kita membuat penjelasan apabila kita: Menunjukkan yaitu membuat penegasan, membeberkan seluk beluk, membuat peralihan, membuat ringkasan atau kesimpulan atau memberi fakta; Membagikan yaitu membagi suatu pokok menjadi dua atau lebih pokok antara; Menggambarkan yaitu menceritakan rasa, bau, suara, tindakan, gerak atau proses dari sesuatu atau seseorang; Memberi Lukisan yang berarti menjadikan jelas atau tenang dengan jalan memberi gambaran atau contoh: Mengajukan tanya jawab yaitu satu pertanyaan kepada jemaat yang pengkhotbah jawab sendiri; Menyebut ayat silang ialah satu ayat dari Alkitab yang menolong menguraikan pokok yang perlu penjelasan; Mempersamakan, yaitu penjelasan yang berisi persamaan dari dua hal; Mempertentangkan, penjelasan yang berisi perbedaan dua hal.
Sekarang marilah kita menyelidiki bagaimana membuat PEMBUKTIAN. Kita membuat pembuktian apabila kita: Menggunakan kewibawaan yaitu mengutip pendapat ahli-ahli atau orang-orang yang disegani pendengar sebagai bukti; Menyampaikan kesaksian, maksudnya kesaksian dari diri sendiri maupun kesaksian orang lain; Menyebut contoh, yaitu cerita benar yang membuktikan pokok khotbah; Mengutip ayat-ayat, dengan jelas ayat-ayat yang menguatkan dan menyokong pokok khotbah.
Akhirnya kita dapat mengembangkan garis besar isi khotbah dengan memakai cara PENERAPAN. Kita memberi penerapan apabila kita:
- Menegaskan hubungan khotbah dengan pendengar.
- Menunjukkan keperluan pendengar menanggapi khotbah.
- Menunjukkan saat pendengar menanggapi khotbah.
- Menunjukkan cara pendengar biasa menanggapi khotbah.
- Mendorong pendengar untuk menanggapi khotbah.
Nah, sekarang kami minta saudara memperhatikan KUNCI PENILAIAN ISI KHOTBAH pada “Bagian VI.7.” buku ini. Angka Romawi II. 6,7,8, berhubungan dengan isinya garis besar. Kami ingin mengatakan sepatah dua kata mengenai pokok-pokok ini.
Dalam II.6. Kita melihat bahwa isinya harus perlu. Sering termasuk dalam khotbah kita informasi, contoh, statistik dan lain-lainnya yang tidak perlu. Dan saudara harus bertanya, “Apakah isi khotbah kami menarik?” Ada informasi yang menarik dan ada yang membosankan. Kami harus membuang semua yang membosankan dari khotbah kita. Alkitabiah? Jangan heran! Seorang pengkhotbah dapat salah menafsir satu bagian Alkitab dan memasukkan tafsirannya itu ke dalam khotbahnya. Atau ia dapat menyelipkan ke dalam khotbah salah satu idenya yang sama sekali tak dapat dibenarkan oleh Alkitab. Apakah isinya logis yaitu sesuai dengan jalan fikiran. Jikalau sesuatu tidak masuk akal, seorang akan meremehkan khotbah saudara. Berbobot, yaitu fakta, kenyataan, informasi yang pantas dipertimbangkan.
Bagaimana dengan contoh-contoh? Dalam II.7. Pada KUNCI PENILAIAN ISI KHOTBAH kami bertanya apakah ada cukup banyak contoh dalam khotbah? Mungkin saudara bertanya, “Cukup berarti berapa?” Biasanya satu contoh per pokok besar serta satu dalam Pendahuluan dan satu lagi dalam Kesimpulan. Terperinci? Maksudnya? ya, apakah pengkhotbah menjelaskan tetek -bengek/seluk-beluk/detail-detail dalam contohnya. Artinya pakailah kata sifat dan menjelaskan hal-hal kecil berhubungan dengan contoh. Jikalau saudara menjelaskan dalam contoh mengenai satu rumah yang rusak memberitahu bahwa pintunya sudah lepas, jendelanya sudah hancur, catnya luntur, pohon mangga di halamannya sudah dimakan semut dan lain sebagainya. Dan bila saudara menilai contoh saudara, saudara harus bertanya, “Apakah contoh ini cocok dengan isi khotbah saya?” Kadang-kadang kami memasukkan contoh ke dalam khotbah karena menarik bukan karena cocok. Jangan berbuat demikian!
Apalagi yang dapat kita pergunakan untuk mengembangkan garis besar isi khotbah kita? Perhatikanlah II.8. pada KUNCI PENILAIAN ISI KHOTBAH. Saudara dapat mempergunakan ayat-ayat silang yang dikumpulkan saudara pada waktu saudara mengumpulkan informasi dari luar nas dan konteks (Lihatlah “Bagian III.4.”). Juga saudara dapat memakai kutipan dari orang-orang terkenal dan dihargai pendengar. Sewaktu-waktu pengkhotbah dapat mengajukan satu pertanyaan pada pendengar yang kemudian ia menjawab sendiri. Dan tak lupa memakai pepatah. “Ada gula ada semut” atau “Seperti gula dalam mulut” dengan jelas akan menolong pendengar ingat kebenaran yang saudara tekankan.
5. Alat Peraga
Alat peraga dalam buku homiletika? Masak cocok? Bukankah alat peraga dipakai dalam pelayanan Sekolah Minggu saja? Demikian perasaan banyak orang kalau soal alat peraga diperbincangkan dalam buku tentang ilmu berkhotbah.
Tetapi pemakaian alat peraga dengan betul dapat sungguh menguatkan kotbah kita dan menjadikannya menarik sekali. Beberapa tahun yang lalu kami mengikuti kongres Persekutuan Injili Indonesia di Jakarta dan waktu itu sempat mendengarkan khotbah dari Dr. P. Octavianus. Kami heran melihat di mimbar beberapa balon dan bunga. Dengan sungguh-sungguh kami mendengarkan beliau dan heran melihat ia memakai balon sebagai satu contoh dalam khotbahnya dan bunga sebagai contoh lain.
Nah, jikalau pengkhotbah seperti Dr. Octavianus merasa perlu dan bersedia mempergunakan alat peraga dalam khotbahnya apalagi kita.
Sebetulnya ada keuntungan lain di samping menarik perhatian pendengar kita. Menurut riset yang dikerjakan di Amerika Latin beberapa tahun yang lalu, ditentukan bahwa bahan buku yang disertai alat peraga dalam bentuk gambar jauh lebih gampang diingat oleh pembaca daripada buku yang berisi kata-kata saja. Itulah sebabnya kami memakai banyak skema dan gambar dalam buku ini. Menurut statistik, ingatan pelajar ditambah 50% apabila guru memakai gerbang mata. Anak-anak dunia mengerti kenyataan ini dan demikian dalam semua komunikasi, mereka berusaha sedapat mungkin mempergunakan gerbang mata.
Bagaimana dengan Tuhan Yesus? Dia melihat pokok anggur dan menyebut dirinya Pokok Anggur yang Benar. Ia memegang seorang anak kecil dan sekaligus menyuruh muridNya untuk menjadi seperti anak kecil. Semua perumpamaan penuh dengan kejadian sehari-hari yang pasti dapat dilihat pendengar-pendengarnya pada waktu Ia mengajar. Dan perlu diingat, pendramaan contoh dalam khotbah juga merupakan salah satu macam alat peraga.
Bagaimana alat peraga lain? Di bawah ini kami akan mengutip nomer III, 10-13 dari KUNCI PENILAIAN ISI KHOTBAH yang terdapat dalam “Bagian VI.7.”
10. Pemakaian papan tulis: Dapat dibaca, logis, menolong.
11. Pemakaian papan tulis: Terus-menerus, secara maksimal.
12. Obyek lesson: Cocok dengan khotbah, menarik.
13. Peta, tabel, gambar: Cukup besar, praktis, cocok.
Dengan menyelidiki daftar di atas saudara dapat melihat bahwa papan tulis ada salah satu alat peraga yang dapat kita pakai. Papan tulis boleh kecil dan sederhana sampai persekutuan yang paling kecilpun dapat memiliki alat peraga macam ini. Pada papan tulis saudara dapat menulis garis besar khotbah saudara, membuat gambar yang menjelaskan sesuatu tentang khotbah, menulis pertanyaan yang mendorong pendengar memikirkan sesuatu berhubungan dengan khotbah dan membuat peta atau skema.
Beberapa tahun yang lala Ev. Stephen Tong berkhotbah pada ritrit GSPPI/WEC di Nongkojajar, Jawa Timur. Kami heran melihat dia memakai papan tulis terus menerus dalam khotbahnya. Kita juga dapat mempergunakan papan tulis demikian. Bila memakai papan tulis selalu hati-hati supaya tulisan dapat dibaca oleh para hadirin. Lebih baik memakai huruf cetak (balok). Dan menanyakan diri apakah yang ditulis pada papan tulis logis, dan menolong pendengar. Artinya jangan membuat garis-garis atau tulis kata-kata padanya yang tidak berhubungan dengan khotbah.
Papan tulis sebaiknya dipakai terus-menerus dalam khotbah saudara. Artinya jangan hanya memakainya untuk menulis garis besar khotbah pada permulaan khotbah tetapi berusaha memakainya di tengah khotbah juga.
Apa arti obyek lesson? Inilah satu pelajaran yang memakai benda untuk mengilustrasikan sesuatu dalam khotbah. Ingat, kami mengatakan bahwa Dr. Octavianus memakai bunga sebagai alat peraga dalam khotbahnya. Cara ia memakai bunga merupakan obyek lesson. Pada waktu khotbah ia memotong batang bunga dan menjelaskan bahwa kalau hubungan kita dengan Allah terpotong, kita juga akan mati (secara rohani) sama seperti bunga akan mati.
Peta, tabel dan gambar juga dapat dipakai. Semuanya boleh ditulis pada papan tulis atau kertas gambar besar dengan memakai beberapa warna. Selalu menjaga supaya alat peraga macam ini cukup besar. Kalau orang di belakang tak dapat melihat alat peraga saudara, lebih baik jangan memakainya sama sekali.
Akhirnya, kalau saudara mempunyai atau dapat memakai mesin stensil, coba menstensil garis besar khotbah saudara bersama dengan beberapa gambar kecil untuk mengilustrasikan khotbah saudara (Perhatikanlah contoh berikutnya yang didasarkan pada khotbah berjudul, “Orang Kristen yang benar”). Kami meninggalkan beberapa tempat perkataan kosong supaya pendengar tidak mengerti seluruh garis besar sebelum kami mulai. Sambil berkhotbah kami akan minta pendengar mengisi garis-garis kosong sambil kami menulis perkataan-perkataan pada papan tulis. Malahan semua yang distensil pada kertas juga boleh ditulis/digambar pas sama pada papan tulis.
Kami juga memakai sistem yang sama kalau kami menulis garis besar pada papan tulis, yaitu kami membiarkan beberapa titik-titik kosong dan kemudian mengisinya sambil berkhotbah. Sistem ini sungguh menolong pendengar-pendengar mengikuti khotbah.
Pengkhotbah yang berhasil akan meneliti kebutuhan sidangnya dan berusaha melayani kebutuhan tersebut dalam khotbahnya. Dia tidak memilih nas sembarangan tetapi ia memilih nas yang cocok dengan satu kekurangan atau persoalan yang digumuli jemaatnya. Pokoknya kita harus menggaruk di mana yang gatal. Khotbah tentang keselamatan tidak akan memenuhi kebutuhan seorang yang sudah selamat tetapi malas mengikuti persekutuan. Ia memerlukan khotbah tentang pertumbuhan rohani dan keperluan bersekutu.
Soalnya pendengar kita menghadapi beraneka macam persoalan . . . kita harus berkhotbah mengenai persoalan-persoalan itu. Dengan perkataan lain kita harus menggaruk di mana pendengar kita gatal. Jikala saudara berkhotbah demikian pendengar saudara akan sungguh berterima kasih. Mereka merindukan pertolongan Alkitabiah untuk menghadapi problem-problem mereka.
Di bawah ini kami mencatat beberapa pokok yang mungkin mencerminkan kebutuhan jemaat saudara:
- Rahasia memenangkan tetangga buat Tuhan.
- Cara melayani orang miskin supaya selamat.
- Bagaimana mendisiplin anak yang memberontak.
- Cara-cara menghilangkan kekuatiran.
- Langkah-langkah menguatkan persahabatan.
- Kunci-kunci memenangkan penghargaan anak-anak Sekolah Minggu.
- Mengapa Tuhan tidak menyembuhkan saya.
- Sebab-sebabnya doa tidak dibalas.
- Bagaimana menyelesaikan pertengkaran di rumah tangga.
10. Cara menguasai pikiran supaya tidak melamun pada waktu berdoa di gereja.
11. Bagaimana suami dapat menghibur isterinya.
Seorang pengkhotbah perlu mempelajari jemaatnya supaya ia mengerti keluhan dan pergumulan hatinya. Dengan berkunjung dan bersekutu dengan jemaat, lama-kelamaan ia akan mengerti apa yang dibutuhkan jemaatnya. Ingat seorang dokter tidak mengobati mata sehat pasiennya kalau kaki pasiennya yang luka. Janganlah kita terus-menerus berkhotbah tentang hal-hal yang tidak memusingkan jemaat dan melalaikan pelayanan pada luka-lukanya yang memerlukan Firman Allah.
7. Kunci Penilaian Isi Khotbah
————————————————————————————————————————
I. Pendahuluan (lima terbaik)
1. Memaku perhatian pendengar, menarik 1 2 3 4 5
2. KALKUN: Jelas, berbobot, menuntut keputusan, 1 2 3 4 5
kata kunci tepat.
3. Dengan lancar memimpin pendengar ke dalam khotbah 1 2 3 4 5
II. Garis Besar/Isi Khotbah
1. Garis besar sederhana, pendek, logis, berasal dari nas 1 2 3 4 5
2. Kesatuan dalam susunan khotbah. 1 2 3 4 5
3. Isinya: Perlu, menarik, Alkitabiah, logis, berbobot 1 2 3 4 5
4. Contoh: Cukup, terperinci, cocok dengan isi khotbah 1 2 3 4 5
5. Kutipan: ayat-ayat silang, pertanyaan, 1 2 3 4 5
pepatah: cukup.
6. Catatan khotbah: lengkap, rapi, jelas. 1 2 3 4 5
III. Alat Peraga
10. Pemakaian papan tulis: Dapat dibaca, logis, menolong 1 2 3 4 5
11. Pemakaian papan tulis: Terus-menerus secara maksimal 1 2 3 4 5
12. Obyek lesson: cocok dengan khotbah, menarik 1 2 3 4 5
13. Peta, tabel, gambar: Cukup besar, praktis, cocok 1 2 3 4 5
IV. Kesimpulan
14. Disiapkan baik-baik, menuntut keputusan, undangan jelas 1 2 3 4 5
15. Tugas pendengar: Jelas, gampang dilaksanakan 1 2 3 4 5
16. Tugas pendengar: Kreatif, menguntungkan pelaksana 1 2 3 4 5
17. Ambil waktu yang cukup, tidak terburu-buru 1 2 3 4 5
V. Lain-lain
18. Khotbah menarik, memaku perhatian. 1 2 3 4 5
19. Pengkhotbah disiapkan baik-baik, yakin akan dirinya 1 2 3 4 5
20. Pengkhotbah penuh semangat, kuasa, yakin akan 1 2 3 4 5
kepentingan khotbahnya.
8. Bagaimana Mengadakan Kebaktian Yang Menarik
Sebuah kebaktian seperti sebuah kebun diukur baik atau tidaknya dari segi hasilnya. Jika kebaktian tidak berhasil, yaitu kalau tidak ada perubahan dalam hati para pendengar, atau jikalau mereka tidak makin mencintai Tuhan Yesus, maka kebaktian itu gagal!
Kebaktian saudara ada lebih lama dari khotbahnya. Jika kebaktian itu lamanya 1 ½ jam, khotbahnya akan memakai hanya ½ jam saja, sedang waktu lainnya dipakai untuk pembukaan dan menutup kebaktian. Sekarang kita mau membahas soal seluruh kebaktian, bukan soal khotbahnya saja. Kita mau melihat seluruh kebaktian saudara!
Ada syarat-syarat tertentu yang harus kita penuhi kalau kita mau mengadakan sebuah kebaktian yang berhasil. Marilah menyelidiki syarat-syarat ini satu per satu:
1) Tujuan/Sasaran Yang Jelas: Lihatlah tujuan-tujuan yang jelas dari kitab-kitab dalam Alkitab. Rasul Yohanes mengarang Injil Yohanes supaya “ . . . kamu oleh imanmu memperoleh hidup” (Yohanes 20:31). Rasul Yohanes mengarang suratnya yang pertama dengan tujuan “ . . . supaya jangan kamu berbuat dosa.” Paulus dalam II Korintus 5:20 minta dengan terang-terangan supaya orang-orang di Korintus didamaikan dengan Allah.
Jikalau pengarang sebuah buku harus mempunyai tujuan, dan pengkhotbah sendiri harus mempunyai tujuan, apalagi sebuah kebaktian! Tidak sukar menentukan tujuan kebaktian. Memang salah satu tujuannya ialah untuk menyembah Tuhan dan secara umum tujuan lainnya untuk menguatkan orang-orang saleh. Tetapi lebih tepat jika sasaran kebaktian menjadi sasaran khotbah, atau sasaran khotbah (pada minggu itu) dijadikan sasaran kebaktian. Misalnya, kalau minggu itu khotbahnya bertujuan mendorong orang-orang Kristen supaya mereka lebih giat dalam melakukan “waktu teduh,” maka seluruh kebaktian harus menekankan ini dan bertujuan supaya anggota mengadakan “waktu teduh.”
2) Orang Banyak Yang Lunak Hati: Pernahkah saudara memasak sop kelinci? Apakah langkah pertama dalam memasak sop ini? Di salah satu resep untuk memasak sop kelinci, langkah pertamanya ialah “menangkap kelinci!”
Ini juga merupakan langkah pertama dari mengadakan kebaktian yang baik, yaitu menangkap “kelinci,” atau dengan kata lain berusaha mengisi bangku-bangku di gereja dengan orang. Saudara tidak dapat mengadakan kebaktian yang baik kalau saudara terpaksa berkhotbah kepada bangku-bangku kosong! Makin banyak orang yang menghadiri kebaktian saudara, makin banyak yang akan mendengarkan khotbah, dan makin besar kemungkinan orang akan bertobat. Saudara harus berkunjung dan berdoa supaya banyak orang akan hadir di kebaktian.
Dan orang yang hadir harus dididik dan ditolong mendengar dengan baik. Alangkah indahnya berkhotbah kepada orang-orang yang rindu mendengarkan Firman Allah!
Berdoalah juga untuk mereka supaya mereka mempunyai kemauan untuk menaati apa yang diajarkan dan dikhotbahkan. Akhirnya, kesediaan untuk menaati Firman Allah akan menjadi kunci bagi kemajuan mereka.
3) Pemimpin Pembukaan Yang Cakap: Mungkin saudara sendiri akan memimpin pembukaan dan juga berkhotbah. Tetapi jauh lebih baik kalau seorang lain diberi tugas ini. Mengapa? Pertama, saudara akan lebih segar bila datang waktunya untuk berkhotbah. Kedua, kalau saudara bisa bergantian dengan orang lain maka hadirin tidak akan dibosankan oleh satu suara. Ingat, bila saudara yang memimpin pembukaan dan juga berkhotbah, mereka akan mendengarkan suara saudara selama lebih dari 1 ½ jam terus menerus.
Tugas pembukaan sangat penting. Si pemimpin pembukaan inilah yang menyiapkan para hadirin untuk mendengarkan khotbah saudara. Melalui doa, nyanyian, nasihat, kesaksian dan sebagainya ia menyiapkan para hadirin. Ia “menyetel!” suasana sehingga seharusnya pada waktu ia turun dari mimbar dan saudara naik ke mimbar, semuanya sudah siap menerima khotbah!
Alangkah baiknya kalau pemimpin pembukaan ramah-tamah. Ia juga harus orang yang rohani dan dapat mendengarkan suara Roh Allah. Ia harus tahu mengisi “gap” atau “celah-celah” dalam kebaktian supaya perhatian hadirin terikat terus. Ia harus memilih nyanyian-nyanyian yang cocok dengan tujuan khotbah. Ia bisa meminta seorang lain (yang disiapkan sebelumnya) memberi “Firman Pendek” selama 3 menit mengenai pokok yang sesuai dengan yang akan dikhotbahkan, atau meminta satu dua kesaksian tertentu yang setujuan dengan isi khotbah. Ia harus menyiapkan semuanya dengan seksama supaya para hadirin betul-betul sudah siap menerima khotbah.
4) Fasilitas Yang Cocok: Biasanya kita harus menerima fasilitas seadanya. Tetapi dengan sedikit perhatian kita dapat memperbaiki atau mengatur fasilitas supaya lebih menolong kebaktian.
Misalnya, kadang-kadang kita dapat menjaga supaya temperatur tidak terlalu panas. Kalau terlalu panas, hadirin akan mudah mengantuk atau menjadi gelisah. Kadang-kadang dengan membuka satu dua jendela tambahan, suhu akan turun. Rev. Charles Spurgeon, seorang pengkhotbah Inggeris yang terkenal itu mengatakan, “Sesudah anugerah Allah, Seorang pengkhotbah yang berhasil membutuhkan hawa yang sejuk!” Ia begitu yakin mengenai ini sehingga suatu hari ia membongkar dan memecahkan banyak jendela dalam gerejanya supaya tidak dapat ditutup lagi. Jangan saudara berbuat demikian, tetapi ingatlah perlunya suhu yang tidak terlalu panas dalam tempat kebaktian.
Juga, perhatikan supaya lampu atau listrik cukup terang. Kalau terpaksa memakai lampu minyak (bila kebaktian diadakan di malam hari) lihatlah supaya ada lampu khusus untuk si pengkhotbah supaya ia selalu dapat membaca catatannya dan Alkitabnya dengan cukup jelas.
Usahakan supaya gangguan dari luar sesedikit mungkin. Jika banyak anak berdiri di pintu ruang kebaktian, hadirin pasti akan terganggu. Jangan ada orang-orang yang ngobrol atau bermain-main di belakang gereja atau di halaman tempat kebaktian selama saudara berkhotbah. Sediakanlah kursi secukupnya, jangan kurang dan jangan lebih. Usahakan supaya jumlah kursi yang ada kira-kira akan pas dengan jumlah hadirin yang datang.
Jangan supaya tidak ada banyak perkakas di panggung atau di dekat tempat di mana pengkhotbah berdiri. Jikalau ada gambar-gambar, bunga, dan lain-lain. Ini dapat menyimpangkan perhatian dari si pengkhotbah dan khotbahnya.
Perhatikanlah hal-hal kecil yang tampaknya remeh. Apakah buku nyanyian sudah dibagikan? Apakah papan tulis dibersihkan? Apakah pintu-pintu dan jendela-jendela sudah dibuka? Apakah kantong kolekte sudah ada? Apakah lampu-lampu sudah dinyalakan? Apakah bangku-bangku dan lantai sudah bersih? Apakah tidak ada sarang laba-laba di tembok? Setiap kali salah satu detail ini diurus pada waktu kebaktian berjalan, maka perhatian para pendengar terganggu! Jadi, usahakan dengan teliti sebelumnya semua perkara ini dibereskan, supaya perhatian pendengar tidak terganggu sewaktu kebaktian berlangsung.
5) Khotbah Yang Baik: Memang buku ini menekankan kepentingan mempunyai khotbah yang menarik. Sukar mengadakan kebaktian yang berhasil tanpa khotbah yang berbobot! Kami pernah membaca demikian, “Tidak ada batasnya pada berapa banyak orang yang dapat menjauhkan diri dari khotbah yang membosankan!” Sering sekali orang tidak mau ikur kebaktian karena khotah membosankan!
Mengapa sering khotbah membosankan? Biasanya karena kurang persiapan. Bila si pengkhotbah naik ke mimbar dengan khotbah yang kurang dipersiapkan, maka ia menyatakan kurang penghargaan baik kepada Firman Tuhan maupun kepada para pendengarnya. Tetapi kalau khotbah dalam gereja saudara selalu berbobot, orang akan datang dari jauh untuk duduk mendengarkannya.
6) Penyampaian Yang Menarik: Dalam “Bagian V” buku ini kami memberi banyak keterangan mengenai pokok yang sangat penting ini. Cukup di sini dikatakan bahwa penyampaian (penyajian) yang baik dapat menyelamatkan khotbah yang lemah sekali. Tetapi juga, penyampaian yang lemah dapat merusakkan khotbah yang baik.
Demikianlah beberapa syarat yang harus dipenuhi kalau kebaktian saudara ingin berhasil. Bila saudara memperhatikan syarat-syarat ini dan berusaha memenuhinya, mutu kebaktian gereja saudara akan meningkat dan juga khotbah saudara akan makin berhasil!