Homiletika.info

Belajar Berkhotbah Secara Ekspositori

  • Beranda
  • KMK I
  • KMK II
  • KMK III
  • Bagaimana Berkhotbah
  • PESKE I
  • PESKE II
  • Hubungi Kami
  • Mebin+Online
Homiletika.info > Bagaimana Berkhotbah > Bagian-bagian Sebuah Khotbah

Bagian-bagian Sebuah Khotbah

BAGIAN-BAGIAN SEBUAH KHOTBAH

Ratusan buku telah dikarang mengenai Homiletika (Ilmu Berkhotbah) dan setiap buku mempunyai pandangan masing-masing tentang “bagian-bagian terpenting dari sebuah khotbah.”

Kami tidak bermaksud menentang buku-buku lain, tetapi juga kami tidak merasa mereka selalu betul. Maka kami ingin mengemukakan, menurut hemat kami, “bagian-bagian” yang kami rasa terpenting dalam sebuah khotbah. Perlu kita ingat juga bahwa “bagian-bagian” ini sering diberi nama yang berlainan. Kadang-kadang saudara akan membaca mengenai bagian-bagian yang sama dalam buku lain dengan nama lain.

Kami ingin agar saudara memusatkan perhatian pada 7 (tujuh) bagian saja dari sebuah khotbah, yaitu:

  1. Pendahuluan
  2. Tema
  3. Kalimat-kunci
  4. Tubuh-khotbah
  5. Kesimpulan
  6. Undangan Khotbah
  7. Tugas Pendengar
Sebelum kita menyelidiki tujuh bagian penting ini marilah memperhatikan bagan “Rumah Khotbah” berikut ini.
2 (1) 03

BAGIAN I: PENDAHULUAN

1.   Tujuan Pendahuluan

2 (2) 04

2 (3) 05

Mau tidak mau khotbah saudara harus mempunyai pendahuluan, yaitu semacam mukadimah khotbah. Mengapa khotbah membutuhkan pendahuluan? Mengapa tidak langsung mulai dengan khotbah saja?

Sebabnya, karena perhatian pendengar harus ditarik lebih dahulu. Mereka baru sibuk di rumah, repot bersiap untuk ke gereja, naik becak, sesampainya di gereja baru bercakap-cakap dengan beberapa kawan dan sesudah itu mulai duduk. Tetapi meskipun mereka sudah duduk dan  malahan menyanyi, serta mengikuti acara-acara lain, sering pikiran mereka jauh dari gereja. Jangan saudara berpikir bahwa mereka akan otomatis memperhatikan saudara. Tidak! Saudara harus berusaha dalam “pendahuluan” untuk menarik perhatian mereka lebih dahulu. Juga pendahuluan bertujuan membangkitkan minat mereka terhadap tema khotbah saudara. Mungkin Saudara akan berkhotbah mengenai bala kelaparan yang sedang melanda dunia, tetapi para hadirin tidak tertarik pada tema itu. Namun saudara yakin mereka harus memperhatikan musibah ini. Oleh karena itu saudara mulai berkhotbah dengan mengatakan bahwa menurut majalah TIME 10.000 orang setiap minggu mati karena kelaparan di dunia ini. Lalu saudara menambahkan bahwa itu berarti sebuah desa sebesar desa mereka lenyap setiap minggu akibat kelaparan. Maka para pendengar akan tertarik hatinya pada tema “tanggung jawab orang Kristen terhadap orang yang lapar.”

Juga pendahuluan menyatakan jurusan khotbah saudara. Memang khotbah saudara membicarakan masalah kelaparan, namun bagaimana saudara akan menguraikan kelaparan itu dan dari segi manakah? Di sini “pendahuluan” bertugas menjelaskan hal-hal ini.

2.   Sifat-sifat Pendahuluan Yang Baik

Bagaimana sifat-sifat pendahuluan khotbah saudara? Jangan lupa bahwa pendahuluan juga mempunyai ciri khas sendiri.

  1. Pendahuluan harus pendek. Jikalau misalnya khotbah akan membutuhkan waktu 30 menit, maka pendahuluan jangan memakan waktu lebih dari 3 menit. Kami suka membandingkan pendahuluan dengan serambi sebuah rumah. Serambi harus agak kecil. Pokoknya jangan sama atau lebih besar dari rumahnya. Dan serambi muka menunjukkan jalan ke dalam rumah. Jika serambi terlalu besar, rumah tidak dapat kelihatan atau paling sedikit serambi merusakkan keindahan rumah itu.
  2. Pendahuluan berhubungan erat dengan tema. Ini mesti dijaga betul-betul. Seperti di atas diuraikan mengenai masalah kelaparan. Jika saudara mempunyai tema “kelaparan” berhati-hatilah supaya keterangan-keterangan saudara di dalam pendahuluan berhubungan dengan tema saudara. Jika temanya mengenai “kelaparan,” jangan berbicara tentang “menghadiri kebaktian” di dalam pendahuluan saudara!
  3. Pendahuluan hanya boleh terdiri dari sebuah pikiran saja. Jikalau tidak, pendahuluan menjadi kabur, jangan khotbah tidak menentu, dan hadirin menjadi makin kabur. Jikalau tema khotbah saudara mengenai “kelaparan,” dan lantas saudara memasukkan buah-buah pikiran ke dalam pendahuluan mengenai kemiskinan dunia, korupsi, iklim yang buruk, dan sebagainya maka tugas/maksud pendahuluan akan rusak.

Demikianlah kita dapat melihat bagaimana sebuah pendahuluan penting dan berperanan dalam sebuah khotbah. Maka pendahuluan saudara perlu disiapkan dengan seksama: Beberapa pengkhotbah terkenal mengarang pendahuluannya dan menghafalkannya. Mereka sadar bahwa jika pendengar tidak mulai mendengarkan khotbahnya dari permulaan, ada kemungkinan besar mereka tidak akan mendengarkan khotbahnya sama sekali. Dan jangan salah paham dengan berpikir karena pendengar-pendengar duduk di dalam gereja maka mereka pasti mendengarkan saudara. Terlalu sering si pendengar langsung menjadi si pelamun ketika si pengkhotbah naik ke mimbar! Oleh karena itu jangan melalaikan pendahuluan. Siapkanlah pendahuluan saudara dengan teliti dan seksama!

3.   Isi Pendahuluan

Pada umumnya pendahuluan hanya boleh mempergunakan 10% waktu yang dipakai oleh seluruh khotbah. Demikianlah untuk khotbah yang semestinya menghabiskan 30 (tiga puluh) menit, pendahuluan tidak boleh lebih panjang dari 3 menit.

Dalam 3 menit ini saudara perlu memasukkan 1-2 menit keterangan yang sumbernya diuraikan dalam pokok 4 (empat) di bawah ini. Kemudian saudara perlu menyebut Tema khotbah saudara. Ketiga, Kalimat-Kunci harus disebut, dan biasanya diucapkan 2 atau 3 kali. Sesudah Kalimat-Kunci sudah jelas pada pendengar, satu kalimat peralihan perlu.

Kalimat-peralihan akan menghaluskan dan melancarkan pengkhotbah masuk dari pendahuluan ke dalam tubuh khotbah. Di bawah ini kami memberi contoh dua Kalimat-Kunci dengan kalimat-transisi (peralihan).

KK:     Dengan menjajagi lima aktivitas guru palsu kita akan terdorong menjaga diri dari

          menjadi guru-guru palsu.

Kalimat-Peralihan:

Marilah kita menyelidiki aktivitas-aktivitas guru palsu satu per satu. Aktivitas pertama       ialah . . . .

KK:     Kita harus mengerti bersama Barnabas tiga kebenaran penting mengenai seorang

           pemimpin kalau kita hendak menjadi pengikut yang baik.

Kalimat-Peralihan:

Sekarang kita akan merenungkan kebenaran pertama yang dimengerti Barnabas. Kebenaran  pertama ialah . . . .

2 (4) 06

4.   Sumber-sumber Bahan Untuk Pendahuluan

Sumber terbaik ialah nas (ayat-ayat yang akan diuraikan) dan konteks (ayat-ayat sebelum dan sesudah nas). Mungkin sebuah kata, idiom, kalimat, kenyataan, atau gambaran dari nas atau konteks itu dapat dipakai dalam pendahuluan. Dengan menyelidiki Kalimat-Kunci saudara dapat menemukan beberapa ide untuk pendahuluan. Bahan untuk pendahuluan juga dapat ditemukan dalam pengalaman hidup sehari-hari, kejadian istimewa, berita yang hangat, dan lukisan. Kadang-kadang memakai benda sebagai obyek lesson untuk menarik perhatian (lihatlah pokok “Alat Peraga” dalam bagian VI). Juga pendahuluan dapat dimulai dengan satu pertanyaan seperti ini misalnya, “Kalau saudara tahu bahwa saudara akan meninggal dunia dalam tempo 24 jam dari saat ini, apakah yang akan saudara kerjakan?”

2 (5) 07

5.   Beberapa Contoh Pendahuluan

            1)  “Jika kita menanyakan seseorang untuk menunjukkan kepada kita ayat mas keselamatan, biasanya mereka langsung akan menunjukkan Yohanes 3:16. Dan memang betul. Karena Yohanes 3:16 memuat inti Injil dalam satu ayat. Tetapi bagaimana kita akan menjawab kalau diminta menunjukkan ayat mas kemenangan? Mungkin kita akan berpikir panjang dan menjawab sukar. Namun ada satu ayat Alkitab yang betul-betul merupakan ayat mas kemenangan, yaitu Galatia 2:20. mari kita membaca ayat ini bersama-sama: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, teapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku.” Kami diperkenalkan kepada Yohanes 3:16 pada malam ketika kami selamat dan menerima Kristus. Satu bulan setelah keselamatan kami, kami memasuki Prairie Bible Institute di Canada. Di sana pada sebuah tiang di muka sekolah kami melihat tulisan Galatia 2:20 yang menjadi semboyan dan diukir pada lencana institut tersebut. Memang kita perlu sekali memperhatikan Yohanes 3:16, tetapi jangan lupa akan Galatia 2:20 ayat mas kemenangan.

Nah, surat Galatia ditulis oleh rasul Paulus, dan di dalam ayat mas kemenangan ini Paulus memasukkan 4 janji yang menjamin kemenangan rohani bagi setiap orang yang ingin memegangnya. Marilah kita menyelidiki janji-janji itu satu demi satu.”

           2)  “Beberapa waktu yang lalu kami ingin membeli emas ringgit yang sering dijual orang di pulau Madura, dan menjadi kegemaran rakyat di sana. Kebetulan kami menyebut hal ini kepada seorang teman kami, oom Don. Ia mengatakan bahwa kami harus hati-hati. Sebelum membelinya, harus mengujinya dahulu. Lalu ia mengeluarkan sekeping uang itu dan melemparkannya ke lantai semen di rumahnya. Keping uang itu berbunyi ‘kling,kling,kling.’ Dengarkanlah itu, katanya, bila bunyinya demikian saudara akan tahu bahwa emas itu bukan emas palsu. Pokoknya emas perlu diuji dahulu. Kemudian ia menunjukkan pinggir keping uang emas itu serta gambar yang diukir padanya. Bila gambar itu betul-betul jelas, saudara akan tahu bahwa uang ini tidak palsu.

Sayang ada banyak orang Kristen yang kelihatan seperti Kristen tulen, tetapi mereka sebenarnya palsu. Ada Kristen keturunan, Kristen cap, Kristen ikut-ikutan, Kristen Natal, Kristen Paskah, Kristen Pernikahan, Kristen Kematian, Kristen Bunglon, Kristen palsu! Tetapi bagaimana kita dapat mengetahui siapa yang palsu dan siapa yang tulen? Dalam nas kita (Efesus 2:1-10) Paulus menyebutkan 3 ujian yang akan meluluskan seseorang jika ia seorang Kristen tulen. Marilah kita melihat tiga ujian ini satu demi satu.

6.   Penilaian Contoh-contoh Pendahuluan

Bahan untuk pendahuluan di atas, yang pertama diambil dari Alkitab dan pengalaman sendiri. Yang kedua diambil dari sebuah pengalaman sendiri di Madura. Apakah keduanya menarik perhatian? Apakah membangkitkan minat terhadap tema? Tema khotbah yang pertama: “kemenangan rohani.” Tema khotbah kedua: “siapakah Kristen tulen?” Apakah kedua contoh pendahuluan di atas menyatakan jurusan khotbah? Yang pertama akan mengemukakan 4 janji yang menjamin kemenangan. Yang kedua akan menyebut 3 ujian yang akan dilulusi oleh seorang Kristen tulen. Apakah keduanya berhubungan erat dengan tema? Apakah terdiri dari satu pikiran saja? Apakah disiapkan dengan seksama? Baiklah saudara menyelidiki pendahuluan saudara dari segi-segi ini.

Ingatlah bahwa saudara harus mengikat pendengaran hadirin dari pendahuluan khotbah bila saudara ingin memenangkan hati mereka pada akhirnya. Siapkanlah pendahuluan saudara dengan seksama.

BAGIAN 2: TEMA

2 (6) 08

Tema adalah pokok dasar dari khotbah. Biasanya secara langsung tema tidak disebut, namun harus selalu ada. Tema terdapat dalam “pendahuluan” berada dalam “kalimat-kunci,” dan sewaktu-waktu muncul dengan terang dalam tubuh khotbah!

Pernahkah saudara melihat tali yang tebal yang dikuatkan oleh sebuah kabel besi kecil di dalamnya? Kabel besi di dalamnya tidak kelihatan, namun kabel itu adalah rahasia kekuatan tali. Demikian juga tema kadang-kadang tidak kelihatan tetapi selalu ada dan menjadi kekuatan khotbah.

Tetapi juga, sering tema itu disebut berulang-ulang kali. Pokoknya, apakah tema sering disebut atau jarang, para hadirin harus mengerti apa temanya. Kalau mereka tidak dapat memberi keterangan dengan cepat mengenai apa tema itu, khotbah saudara tidak cukup jelas.

Di bawah ini adalah contoh beberapa tema dengan kalimat kuncinya:

Tema                :           Bagaimana menghadiri kebaktian.

Kalkun              :           Dengan mempergunakan beberapa rahasia mereka, setiap

                                    kebaktian akan menguntungkan saudara.

Tema                :           Kita harus mengaku dosa kita kepada Allah

Kalkun              :           Mazmur ini memuat beberapa dorongan untuk pengakuan dosa

Tema                :           Pengharapan setiap hari

Kalkun              :           Doa Musa memuat 4 prinsip yang dapat menolong kita

                                    menghargai setiap “hari” kita

Tema                :           Corak-corak kerajaan Seribu tahun

Kalkun              :           Seorang yang mengamat-amati corak-corak kerajaan Seribu

                                    tahun akan dengan hati-hati berjalan dalam terang Tuhan

Lihatlah contoh khotbah dalam lampiran-lampiran di belakang buku ini untuk melihat di mana “tema” dicatat pada kertas catatan khotbah saudara. Ingat, tema cukup memakai 4-5 kata saja, tidak usah terlalu panjang.

“Tema” merupakan pokok seluruh khotbah. Sedangkan “kalimat-kunci” adalah sebuah kalimat yang menjelaskan apa yang akan saudara katakan mengenai “tema.” Demikianlah “tema” dan “kalimat-kunci” sangat berkaitan satu dengan yang lain. Mari kita berpindah ke bagian selanjutnya!

BAGIAN 3:  KALIMAT-KUNCI

2 (7) 09

Dalam buku-buku Homiletika ada banyak istilah untuk “kalimat-kunci.” Kadang-kadang si pengarang akan memakai istilah tema atau pokok dasar. Ada lain memakai istilah tujuan. Istilah yang kami pakai dalam buku ini ialah “kalimat-kunci,” atau dalam bahasa Inggeris “proposition.”

Supaya tidak terlalu panjang baiklah kita singkatkan saja “kalimat-kunci” ini menjadi “kalkun!” Pasal mengenai “kalkun” dalam buku ini, yaitu yang sedang kita bicarakan sekarang, adalah paling penting! Kalau saudara dapat menguasai bagian ini, saudara akan banyak maju dalam persiapan khotbah saudara.

Kalkun adalah khotbah disingkatkan menjadi sebuah kalimat! Kalau khotbah saudara disiapkan dengan betul, dengan gampang khotbah itu dapat disingkat menjadi “satu kalimat yang berbobot.” Oleh karena itu, ahli-ahli dalam bidang Homiletika mengatakan bahwa kalkun adalah jantung khotbah! Kalau jantungnya tak betul, orangnya pasti mati. Kalau kalkun dari khotbah saudara tidak betul, khotbahnya juga pasti mati dan tidak mungkin berhasil!

Ketika orang mendengarkan khotbah saudara, maka mereka, sadar atau tidak sadar, mencari sebuah kalimat-kunci dari khotbah saudara. Bila mereka mendapatkan kalimat itu, dengan mudah mereka akan dapat mengikuti khotbah saudara, dan dengan demikian mendapat lebih banyak pertolongan dari khotbah saudara.

Seorang pengkhotbah besar yang hidup beberapa tahun yang lalu mengatakan, “Inilah pekerjaan yang paling sukar, tetapi yang paling menghasilkan sebuah khotbah yang baik, yaitu persiapan kalimat-kunci.”

Jika saudara ingin menyampaikan khotbah yang berbobot dan berhasil, saudara harus menguasai rahasia-rahasia dalam bentuk sebuah kalimat-kunci.

Sekarang kami akan menuliskan di bawah ini beberapa contoh kalimat-kunci (kalkun):

  1. Dalam ayat ini Paulus memperlihatkan 4 janji yang menjamin kemenangan rohani kita.
  2. Dalam satu kalimat Yohanes menyingkatkan ketentuan-ketentuan yang harus kita terima jika kita ingin selamat.
  3. Kita akan bergairah memberi perpuluhan jika kita mempertimbangkan 3 dorongan perpuluhan nas ini.

Setiap kalimat-kunci yang berbobot memiliki beberapa sifat khusus. Bila kita akan membuat kalimat-kunci yang demikian, maka kita harus memperhatikan sifat-sifatnya satu demi satu:

1. Sifat kalkun pertama: Menyatakan Tujuan Khotbah

Ketika berkhotbah, kita tidak “jalan-jalan” saja! Sewaktu kami masih tinggal di Madura, sering kami bertemu dengan seorang teman yang kelihatannya berjalan-jalan saja. Kalau ditanya, “Mau ke mana, mas?” Ia menjawab, “Jalan-jalan saja.” Sayang sekali kalau seorang pengkhotbah berbicara demikian tentang khotbahnya!

2 (8) 10

Kalkun harus menyatakan ke mana tujuan khotbah saudara. Bila pendengar mendengarkan kalkun saudara diucapkan, otomatis mereka harus tahu ke mana khotbah saudara akan pergi. Lihatlah kalkun-kalkun contoh yang tercatat di atas. Tujuan kalkun pertama ialah kemenangan rohani, tujuan yang kedua supaya pendengar selamat, tujuan yang ketiga supaya pendengar memberi perpuluhan.

2. Sifat kalkun kedua:  Merupakan kalimat pendek

2 (9) 11

Jangan membiarkan kalkun saudara menjadi terlalu panjang! Biasanya jangan lebih panjang dari 13 kata. Mengapa? Karena makin panjang makin sukar diingat oleh pendengar. Juga, biasanya makin pendek makin berbobot; dan sebaliknya makin panjang makin kabur. Berapa panjangnya ketiga kalkun contoh di atas? Yang pertama: 12 kata; yang kedua: 14 kata; dan yang ketiga: 13 kata.

3.Sifat kalkun ketiga: Sangat jelas Bagi Pengkhotbah Dan Pendengar

2 (10) 12

Dr. J.H. Jowett, seorang pengkhotbah terkenal, mengatakan, “Sebuah khotbah tidak siap untuk dikhotbahkan sebelum kalimat-kuncinya dapat dinyatakan dalam sebuah kalimat yang sangat jelas.” Apakah kalkun-kalkun contoh tadi cukup jelas?

4. Sifat kalkun keempat: Mengandung Semua Angan-angan, Pikiran khotbah

2 (11) 13

Ingat, kami mengatakan bahwa kalkun adalah khotbah disingkat menjadi sebuah kalimat saja. Kami tidak mengatakan bahwa semua detail khotbah harus ada dalam sebuah kalimat, melainkan semua angan-angan pokok dari khotbah harus dikandung dalam kalkun itu.

5. Sifat kalkun kelima: Menuntut Satu Keputusan Dari Pendengar

2 (12) 14

Sebuah khotbah yang tidak menuntut keputusan rohani tidak boleh disebut sebuah khotbah. Lebih baik disebut pidato saja! Jangan menujukan khotbah saudara kepad otak orang atau emosi orang. Kita boleh memakai otak atau emosi, tetapi tujuan kita adalah kehendak dari orang itu. Tujukanlah khotbah kepada kehendaknya supaya orang itu betul-betul bertindak! Ev. John Haggai, yang sering melayani di Indonesia, pernah mengatakan, “Setiap kali saya berkhotbah, tujuan saya adalah ketaatan/tindakan.”

Keputusan-keputusan apakah yang diharapkan dari kalkun pertama tadi? Kami ingin pendengar berpegang kepada janji-janji Allah supaya mengalami kemenangan rohani. Kalkun kedua? Kami ingin pendengar menerima beberapa ketentuan supaya Ia selamat. Kalkun ketiga? Kami ingin supaya pendengar mulai memberi perpuluhan.

6. Sifat kalkun keenam: Memuat Kata-kata Yang Berbobot

Kalau kita mau menghasilkan kalkun yang kuat, kita harus hati-hati memilih kata-kata yang kuat juga dan berbobot. Makin berbobot kata-kata dalam kalkun, makin kuat dan tajam kalkun tersebut. Mari kita lihat contoh berikut ini:

2 (13) 14

“Kita akan melihat empat persoalan yang menghalangi terang umat Allah bercahaya di hadapan orang.”

Pertama, lihatlah kata “melihat.” Ada beberapa kata yang dapat menggantikannya, misalnya: menyelidiki, memperhatikan, memandang. Nah, kata “menyelidiki” lebih berbobot daripada kata “melihat.”

Sekarang perhatikan kata “persoalan.” Sebetulnya banyak kata lain yang cocok juga, seperti: kesalahan, kelemahan, dosa, kekurangan. Dari antara semuanya ini kami paling senang memakai kata “dosa” untuk kalkun ini, karena di sini kata “dosa” adalah tepat, tajam, dan gampang dimengerti. Tetapi jangan lupa, di samping berbobot, kata-kunci juga harus cocok dengan pokok-pokok besar.

Akhirnya perhatikan kata “umat Allah.” Beberapa kata yang dapat menggantikannya ialah: Orang Kristen, murid Yesus, kita, umat Protestan. Tetapi yang paling tepat ialah kata “kita,” yaitu para pendengar khotbah karena khotbah ditujukan kepada mereka.

Marilah kita melihat kembali kalkun ini yang sudah diperbaiki dengan kata-kata berbobot, bunyinya menjadi:

“Kita akan menyelidiki empat dosa yang menghalangi terang kita bercahaya di hadapan orang.”

Bacalah dengan teliti dan pertimbangkanlah setiap kata dalam kalkun, pilih serta pakai kata yang paling berbobot!

7.   Sifat kalkun ketujuh: Menyatakan Sumber Khotbah

Ini tidak merupakan keharusan mutlak. Namun adanya satu dua kata dalam kalkun yang menjelaskan sumber khotbah dapat lebih menguatkan kalkun itu. Mari kita melihat beberapa contoh:

  1. Dalam satu kalimat Paulus memperlihatkan 4 janji yang menjamin kemenangan rohani.
  2. Yohanes 3:16 memuat tiga arti Natal yang harus kita indahkan kalau mau natal berfaedah bagi kita.
  3. Jawab Yesus pada Marta memuat 4 kebenaran yang dapat memimpin kita kepada kemenangan kekal.
  4. Nas kita mengandung 7 keunggulan Yesus Kristus yang menuntut penyembahan kita.

2 (14) 15Kadang-kadang memang tidak perlu menyebut sumber khotbah dalam kalkun kalau hal itu kurang cocok kedengarannya. Tetapi bila sumber itu disebut, umpamanya “Jawab Yesus” – para pendengar akan diingatkan bahwa saudara sedang menguraikan satu ucapan Tuhan Yesus dan bukan pandangan saudara sendiri.

8.   Sifat kalkun kedelapan: Memuat Sebuah Kata-Kunci

Untuk keterangan lengkap mengenai kata-kunci, lihatlah pasal atau bagian 3a dalam “Bagian IV” buku ini.

2 (15) 16

Dan lihatlah kembali kalkun-kalkun di atas. Kata kunci dalam kalkun pertama di atas adalah “4 janji,” dalam kalkun kedua adalah “ketentuan-ketentuan,” dan dalam kalkun ketiga adalah “3 dorongan.” Di bawah ini kami akan memuat beberapa kalimat-kunci lain yang bukan diambil dari Alkitab, tetapi dapat menolong saudara untuk mengerti bentuk-bentuk sebuah kalimat-kunci (kalkun):

  1. Dengan memperhatikan 3 hukum kesehatan, tubuh saudara dapat kuat terus.
  2. Dengan menaati 3 hukum dagang, saudara dapat menjadi kaya.
  3. Dengan mempergunakan 3 hukum belajar, kita dapat menerima nilai tinggi.
  4. Dengan memakai 3 cara modern menangkap ikan, kita akan memperoleh hasil yang memuaskan.

Perhatikan bahwa kata-kunci dari kalkun 1, 2, dan 3 di atas adalah “3 hukum,” sedangkan kalkun 4 adalah “3 cara.”

Di bawah ini kami akan memberi beberapa contoh kalkun beserta pokok-pokok besarnya sekali, supaya saudara dapat menjadi lebih jelas:

   I. Dalam ayat ini Yohanes memperlihatkan 4 janji yang menjamin kemenangan rohani

     kita ( Yohanes 11:25-26).

          1. Kematian menunggu setiap orang.

          2. Kristus Pengharapan setiap orang.

          3. Percaya kunci setiap orang.

          4. Hidup kekal tersedia bagi setiap orang.

  II. Dalam satu kalimat Yohanes menyingkatkan ketentuan-ketentuan yang harus kita

      terima jika kita ingin selamat (Yohanes 1:29).

          1. Saya telah berbuat dosa.

          2. Yesus adalah Anak Domba Allah.

          3. Yesus mengangkut dosa saya.

  III. Kita akan bergairah memberi perpuluhan jika kita mempertimbangkan 3 dorongan

      perpuluhan nas ini (Maleakhi 3:7-12).

           1. Hukum perpuluhan berasal dari Allah.

           2. Penahanan perpuluhan adalah dosa besar.

           3. Pemberian perpuluhan mendatangkan berkat

 

BAGIAN 3A: KATA-KUNCI

Pertama-tama saudara pasti bertanya, “apakah artinya kata kunci itu?” Dalam buku ini dan dalam sistem berkhotbah ini “kata-kunci” mempunyai satu arti saja, yaitu “kata benda yang jamak dan tidak terlalu luas.” Jadi, hanya kata benda yang boleh menjadi kata-kunci dalam khotbah kita! Kata sifat, kata kerja, kata depan, dan lain-lain tidak berlaku untuk “kata-kunci.” Beberapa kata benda yang sering dipakai untuk kata-kunci ialah: sebab, langkah, cara, hukum, janji, tahap.

2 (16) 17

Di samping terjadi dari kata benda, kata-kunci tersebut harus selalu bersifat “jamak” (plural). Misalnya kata “sebab” saja belum menjadi kata-kunci, melainkan harus jamak, yaitu: “sebab-sebab” atau “beberapa sebab.” Demikian pula dengan kata langkah-langkah,” “cara-cara,” “ hukum-hukum.”  “janji-janji,” dan sebagainya. Jadi, ingatlah bahwa kata-kunci harus selalu jamak!

Dan lagi, kata-kunci tidak boleh terlalu luas. Kata benda seperti “hal-hal,” barang-barang,” dan “pokok-pokok” tidak boleh dipakai sebagai kata-kunci, sebab artinya terlalu luas, yaitu kurang spesifik dan kurang tepat. Oleh karena itu kata-kata ini tidak boleh dipakai sebagai kata-kunci!

Di bawah ini adalah daftar dari beberapa ratus kata benda yang bisa dipakai sebagai kata-kunci dalam khotbah saudara. Daftar bagian atas adalah kata benda yang lebih sering dipakai, dan daftar bagian bawah adalah kata benda yang lebih jarang dipakai sebagai kata-kunci. Tetapi semuanya boleh dipakai sebagai kata-kunci.

Ajakan                                     ketentuan                               petunjuk

akibat                                      kewajiban                               prinsip

alasan                                     keharusan                               pesan

anugerah                                 karunia                                    pernyataan

amanat                                    kesalahan                               perlengkapan

arti                                          keputusan                               pertanyaan

berkat                                      kepastian                                permintaan

buah                                        kuasa                                     pelanggaran

bukti                                        kwalifikasi                               pekerjaan

bahaya                                     konsekwensi                           permohonan

cabang                                     kesempatan                            persetujuan

corak                                        ketetapan                               pemberitahuan

cara                                          keterangan                             peringatan

dimensi                                     kepentingan                            rahasia

dorongan                                   kepercayaan                           ramalan

dasar                                        kebajikan                                 rahmat

dosa                                         kekurangan                              sebab

faedah                                      keuntungan                              rancangan

faktor                                        langkah                                    sifat

fase                                          mutiara                                     suara

ganjaran                                    masalah                                   sujud

halangan                                   maksud                                    segi

hadiah                                       metode                                    syarat

hasil                                          nasihat                                    sikap

ikatan                                        nubuat                                     tangga

ibadat                                        pencobaan                               teguran

jaminan                                      peraturan                                 tingkat

jejak                                           pendorong                               tiang

janji                                            pedoman                                 tugas

jalan                                           peristiwa                                  tanda

kabar                                          perbuatan                                tuntutan

keperluan                                    perintah                                   ukuran

kenyataan                                   pukulan                                   ucapan

kelemahan                                  kelemahan                               unsur

kejadian                                      panggilan                                 usul

kebenaran                                   proses                                     undangan

 

Yang lebih jarang dipakai sebagai kata-kunci:

adat-istiadat                                kesembuhan                            pahala

anak-tangga                                koreksi                                    pikiran

angan                                         keinsyafan                               penolakan

aliran                                          keheranan                               penemuan

azas                                           kekayaan                                patokan

aspek                                         kelompok                                perasaan

alat                                            keadaan                                  pertentangan

arah                                           kesan                                      pengalaman

babak                                         kritik                                       pencapalan

bakat                                          kamar                                     perlindungan

bunyi                                          kerugian                                  pertimbangan

balasan                                      kalimat                                    pergantian

buah-bibir                                   keganjilan                                pengumuman

bisikan-hati                                kompromi                                 pribahasa

bidang                                       kealpaan                                  perbantahan

batu-pujian                                 kepuasan                                 penutupan

cadangan                                   kebutuhan                                pertukaran

contoh                                      kesaksian                                  pembatasan

desakan                                   kebiasaan                                  permakluman

dakwaan                                   keteledoran                               pendapatan

dendam                                    kesanggupan                             pengingkaran

dugaan                                     kekeliruan                                 perbandingan

dalih                                         kesangsian                               perkiraan

denda                                       kunjungan                                pengesahan

derma                                       latihan                                     pengharapan

daerah                                      lapangan                                  pengertian

derajat                                      lantaran                                   renungan

dinas                                        lamaran                                   ruangan

daya                                         motif                                       rencana

definisi                                     manfaat                                    rintangan

fasl                                          macam                                     resiko

golongan                                  niat                                          sasaran

gerekan                                    noda                                        semboyan

gejala                                       obat                                         serangan

hasrat                                       perbedaan                                sambunga

harga                                        pelajaran                                  saran

ingatan                                     perbaikan                                 sukses

ilham                                        penguatan                                seruan

istilah                                       pendirian                                   tafsiran

isyarat                                      perayaan                                  taksiran

jabatan                                     paksaan                                   tambahan

jasa                                          persamaan                               tawaran

jenis                                         pengiring                                  tuduhan

jurusan                                     permulaan                                tujuan

kesukaan                                  pilihan                                     tanggapan

kebaikan                                   perubahan                                tantangan

kekhilafan                                 perbedaan                                tanggungan

kegagalan                                 perkataan                                 teka-teki

kejahatan                                  pemakaian                               tindakan

kehilangan                                 paham                                    ungkapan

kelalaian                                   persoalan                                urutan

kwalitas                                    penolakan                               usaha

keberatan                                 perincian                                 warisan

kemajuan                                 pangkat                                   wahyu

keinginan                                 pandangan                               warta

kekuatan                                  priotas

Selain kata-kata yang tertera pada daftar di atas ini, tentu saja saudara dapat mencari kata-kata benda lain yang sekiranya bisa dipakai kata-kunci dalam khotbah saudara!

BAGIAN 4:   TUBUH KHOTBAH

2 (17) 18

Di antara semua bagian khotbah, tubuh khotbah akan memakan paling banyak waktu untuk menyampaikannya, 10% waktu untuk khotbah saudara dibutuhkan oleh “Pendahuluan,” dan10% lagi oleh “Kesimpulan.” Ini berarti bahwa biasanya 80% waktu dari khotbah saudara akan dimakan oleh tubuh khotbah. Dengan kata lain, kalau khotbah saudara panjangnya 30 menit, maka “Pendahuluan” akan makan waktu 3 menit, “Tubuh” akan makan waktu 24 menit, dan “Kesimpulan” 3 menit.

Bagaimana isi dari tubuh khotbah? Secara singkat “tubuh khotbah” adalah penguraian kalimat-kunci! Dalam tubuh khotbah, kalkun diuraikan dalam bentuk pokok-pokok besar.

Dalam “Bagian III” dari buku ini saudara sudah diberitahu bagaimana mengumpulkan bahan-bahan (daging) untuk tubuh khotbah saudara. Langkah ke 12 dalam “Bagian III” itu menunjukkan bagaimana meletakkan bahan-bahan pada tubuh khotbah, yaitu mengenai pokok-pokok kecil dan seterusnya. Dalam “Bagian VI” terdapat keterangan yang berjudul, “Mengembangkan Garis-Besar Isi Khotbah” yang juga dapat menolong saudara. Untuk melihat bagaimana tampaknya “tubuh khotbah” itu bila selesai, periksalah tiga buah contoh lengkap ikhtisar khotbah di “Lampiran-lampiran” dari buku ini.

 

BAGIAN 5:   KESIMPULAN

 

1.   Definisi Kesimpulan

Secara singkat “kesimpulan khotbah” adalah kalimat-kunci terbalik. Misalnya, jika kalkun saudara berbunyi: “Jawab Yesus kepada Marta memuat 4 kebenaran yang akan memimpin kita kepada hidup yang kekal.” Maka dalam kesimpulan saudara akan bertanya begini: “Siapakah di sini yang ingin menerima 4 kebenaran ini? Siapa ingin mempunyai hidup yang kekal? Kalau saudara ingin mempunyai hidup yang kekal, terimalah, peganglah 4 kebenaran ini! Siapa yang ingin, silakan mengacungkan tangan!” dan seterusnya.

Jika kalkun saudara berbunyi: “Paulus mengingatkan kita akan 3 hadiah Allah yang pasti akan menimbulkan rasa terima kasih di hati kita.” Maka kesimpulan saudara akan begini: “Bukankah saudara sudah menerima hadiah-hadiah ini? Memang sudah! Oleh karena itu, bukan wajib saja, tetapi secara otomatis kita seharusnya berterima kasih kepada Allah karena hadiah-hadiah yang sudah kita terima ini. Mari, sekarang ini kita mengucapkan syukur kepada Allah karena hadiah-hadiahNya!”

Dari contoh-contoh ini saudara dapat melihat bahwa ada hubungan erat antara Kalkun dan Kesimpulan! Sekali lagi, boleh dikatakan bahwa “kesimpulan” adalah “kalkun” terbalik. Atau yang bisa dikatakan bahwa kesimpulan adalah kalkun dalam bentuk pertanyaan. Perhatikanlah kembali dua contoh di atas: “Siapakah ingin mempunyai hidup . . . ?” , “Bukankah saudara sudah terima . . . bukan wajib saja . . . ?”

Ingatlah selalu kepada “kalkun” bila saudara menyiapkan “kesimpulan!”

2. Tujuan Kesimpulan

2 (18) 19

Kesimpulan adalah sasaran khotbah. Acara pembukaan kebaktian serta semua isi khotbah memuncak pada kesimpulan khotbah ini. Semua yang lain merupakan persiapan ke arah saat ini, di mana pada saat kesimpulan khotbah ini disampaikan, saudara akan menuai atau berusaha menghasilan sesuatu dari khotbah saudara. Sehingga bisa dikatakan bila saudara gagal pada saat kesimpulan disampaikan, maka saudara gagal total.

Kesimpulan bertujuan menyimpulkan khotbah atau mengikatnya bersama. Intisari khotbah disiapkan dan disampaikan dalam kesimpulan. Karena kesimpulan bertujuan “menuai” kesimpulan juga memuat “undangan” khotbah dan “tugas pendengar.”

3. Sumber bahan untuk kesimpulan

Bagaimana bahan untuk kesimpulan? Sebetulnya ada beberapa cara untuk mengisi kesimpulan. Salah satu cara ialah mengulangi pokok-pokok besar dari khotbah saudara. Ulangi pokok-pokok itu satu per satu dengan memberi komentar singkat dan kemudian langsung penutup dengan berusaha memperoleh keputusan-keputusan!

Kadang-kadang khotbah dapat ditutup dengan mengutip perkataan orang yang terkenal, atau memakai kutipan yang sangat tajam dan cocok. Suatu kali kami menutup khotbah mengenai “kelahiran baru” dengan kutipan berikut ini: “Satu hari akan datang kelak bilamana orang yang tidak dilahirkan baru akan ingin agar mereka tidak dilahirkan sama sekali!”

Kita boleh mengisi kesimpulan dengan mengutip sebuah ayat dari Alkitab dari luar nas yang cocok. Misalnya dahulu kami berkhotbah mengenai natal dari Yohanes 3:16 dan mengakhirinya dengan mengutip “Syukurlah kepada Allah karena karuniaNya yang tak terkatakan itu!”

Jikalau saudara dapat mencari ceritera pendek atau contoh, itu juga dapat dipakai dalam kesimpulan. Dahulu kami berkhotbah mengenai kebangkitan. Dalam kesimpulan kami memakai ceritera ini: Beberapa tahun yang lalu seorang atheis di Rusia, yang juga menjadi pejabat pemerintah, mengadakan apel besar dalam sebuah dusun. Semua penduduk yang Kristen disuruh datang. Dalam apel itu, selama 1½ jam pejabat itu menjelek-jelekkan agama Kristen dan berusaha menghancurkan kepercayaan para petani yang hadir. Pendeta Kristen harus duduk di mimbar mendengarkan semua ejekan ini. Kemudian, setelah berbicara, ia berpaling kepada pendeta dan berkata: “Saudara diberi 5 menit untuk menjawab ceramah kami dan membuktikan keilahian agama Kristen!” Si pendeta maju ke muka menghadapi hadirin dan pejabat itu, lalu ia berkata kepada si pejabat: “Terima kasih, tetapi kami tidak membutuhkan 5 menit. Kami hanya membutuhkan 5 detik.” Kemudian langsung ia melihat ke arah para petani Kristen itu dan berseru: “Tuhan sudah bangkit!” dan, seperti menjadi kebiasaan di Rusia, para petani serentak dengan suara bagaikan guruh besar menjawab: “Sesungguhnya ia bangkit!”

Tetapi kalau saudara menutup dengan sebuah contoh, selalu berhati-hatilah, sebab sangat penting contoh itu cocok, Kalau contoh tidak cocok, khotbah saudara akan gagal dan jalan pikiran para hadirin akan dibelokkan dari tujuan khotbah.

4. Sifat-sifat Kesimpulan

Ada beberapa hal lain yang juga perlu saudara perhatikan dalam “kesimpulan.” Berusahalah selalu menuntut keputusan dalam kesimpulan. Saudara tidak dapat mengharapkan hasil jikalau tidak menuntut hasil.

Kesimpulan khotbah harus sama pendek dengan pendahuluan. Jangan memakai lebih dari sepuluh persen waktu khotbah saudara dalam kesimpulan. Akhirilah khotbah saudara pada nada positif, atau nada kemenangan. Jangan meninggalkan pendengar saudara dalam kegelapan dan kesusahan. Tunjukkanlah jalan keluar untuk semua jemaat.

Jadikanlah kesimpulan saudara bersifat pribadi . . . artinya jangan mengatakan, “Apakah di sini ada seorang yang mau bertobat?” tetapi menanyakan secara pribadi dari mimbar, “Siapakah di sini yang akan bertobat hari ini?”

Kesimpulannya perlu sederhana dan jelas dan disiapkan dengan seksama. Sebabnya begini, kalau khotbah saudara bagus dan kesimpulan lemah, semua usaha saudara terbuang.

Juga bila selesai berhentilah. Bila saudara sampai pada garis terakhir catatan saudara, berhenti saja! Jangan mengatakan, “Akhirnya” sebelum saudara sungguh akan berakhir. Istilah “akhirnya” hanya perlu dipakai satu kali dalam kesimpulan khotbah saudara!

Bersiaplah selalu untuk pimpinan Roh Kudus! Sewaktu-waktu Roh Allah akan memimpin saudara untuk menyimpang dari kesimpulan yang sudah saudara siapkan. Jangan terikat dengan catatan, melainkan selalu peka pada suara Roh. Meskipun demikian, pada umumnya kesimpulan yang kita persiapkan sebelumnya akan cukup memadai. Pokoknya bersiaplah baik-baik sebelum kebaktian dimulai, tetapi jangan menjadi terikat dengan kertas persiapan saudara.

5. Hal-hal untuk Dihindari dalam Kesimpulan

Jangan memasukkan humor dalam kesimpulan. Humor boleh dipakai dalam pendahuluan dan tubuh khotbah tetapi humor dalam kesimpulan dapat merusakkan suasana khotbah.

Jangan minta maaf dalam kesimpulan, artinya jangan berkata, “Kami sadar bahwa khotbah ini kurang baik namun . . . .” Ucapan macam ini dalam khotbah apalagi dalam kesimpulan khotbah sungguh melemahkan khotbah dan kesimpulan saudara.

Menjaga soal keseragaman dalam kesimpulan, artinya janganlah semua kesimpulan selalu sama. Kalau selalu seragam, akhirnya jemaat saudara akan menjadi bosan.

Akhirnya, jangan memasukkan bahan atau ide baru ke dalam kesimpulan saudara. Ide baru akan membingungkan para pendengar. Salah satu tujuan kesimpulan adalah menyimpulkan yang sudah dikatakan dalam tubuh khotbah. Demikian semua ide dan bahan baru hanya boleh dimasukkan dalam tubuh khotbah saja.

6. Penilaian Kesimpulan

Apakah pendengar saudara bertanya pada diri sendiri, “Apakah kami siap menjalankan kehendak Allah sebagaimana diuraikan dalam khotbah ini?” Semoga setiap kesimpulan akhirnya akan memaksa pendengar mengatakan “Ya” atau “Tidak” dalam hati kepada Firman Tuhan, dan betapa indahnya bila ia mengatakan, “Ya!”

BAGIAN 6:   UNDANGAN KHOTBAH

Undangan khotbah adalah puncak minggu, puncak kebaktian dan puncak khotbah buat pengkhotbah. Satu-satunya tujuan khotbah ialah perubahan hidup dan cara berpikir pendengar. Seluruh persiapannya, seluruh kebaktian dan khotbahnya bertujuan menghasilkan keputusan untuk berubah. Memang pengkhotbah sudah memakai emosi dan pikiran pendengar tetapi dia bertujuan menyerang “kehendak” pendengar dan dalam undangan khotbah ia akan menantang pendengar untuk menyerah pada Firman Allah. Dalam undangan pendengar akan diberi kesempatan memberi keputusannya mengenai tujuan khotbah. Apakah ia akan menerimanya atau menolaknya? Apakah ia akan menyerah atau mengeraskan hatinya? Hal itu akan dinyatakan dalam undangan khotbah.

Perhatikanlah skema di bawah ini untuk melihat peranan undangan khotbah berhubungan dengan sebuah kebaktian gereja.

2 (19) 20

Seluruh kebaktian dan khotbah diarahkan kepada undangan puncak khotbah.

Nah, sekarang kami ingin mempertimbangkan beberapa macam undangan yang dapat dipakai untuk membawa pendengar kita kepada keputusan dan perubahan hidup.

1.   Tantangan untuk Bertindak di Hati

Undangan macam ini dapat diterapkan dengan kalimat seperti berikutnya, “Kita semua sering bersungut-sungut. Marilah kita berjanji di hati pada Tuhan bahwa kita akan berhenti bersungut-sungut.” Pendengar juga dapat berdoa di hati (tanpa suara) atau memuji Tuhan karena sesuatu di hati. Pokoknya undangan ini sangat pribadi dan demikian keputusan pendengar tidak diketahui baik oleh hadirin maupun pengkhotbah.

2.   Panggilan untuk Mengadakan Pembicaraan Pribadi dengan Pengkhotbah

Dengan undangan ini kita tidak meminta pendengar menyatakan apapun di muka hadirin. Tetapi kita mengatakan bahwa, kalau ia menginginkan keterangan lebih lanjut, ia boleh memberitahu kepada kita (pengkhotbah) sesudah kebaktian. Atau mungkin kita mempunyai satu kamar khusus untuk kounseling di gereja dan dalam undangan kita menantang pendengar-pendengar yang memerlukan pembicaraan pribadi untuk pergi ke kamar khusus sesudah kebaktian selesai. Dengan cara yang sama kita boleh mengundang mereka untuk datang  ke kantor gereja, rumah kita atau menghubungi kita besok hari dan sebagainya. Pokoknya dalam undangan itu kita mempersilakan pendengar untuk datang pada kita untuk pembicaraan pribadi sebagai sambutan pada khotbah.

3.   Panggilan untuk Menyatakan Penyerahan (Respons) di Hadapan Umum dengan Cara Tertentu

Di bawah ini ada beberapa respons yang dapat dinyatakan oleh pendengar. Menurut hemat kami, pada umumnya, lebih baik meminta respons-respons ini sambil hadirin berada dalam suasana doa.

  1. Mengangkat tangan.
  2. Berdiri
  3. Menanda-tangani kartu (Kartu yang menjelaskan sesuatu mengenai keputusannya).
  4. Berdoa dengan bersuara di tempat.
  5. Memberi pernyataan secara lisan di tempat.
  6. Maju ke depan.
  7. Tinggal sesudah kebaktian. (Mungkin sesudah kebaktian bubar, pendengar-pendengar yang berkeputusan menerima undangan khotbah, maju ke muka untuk pembicaraan khusus dan lain sebagainya.)

4.   Tantangan untuk Bertingkah-laku Secara Nyata Dalam Kehidupan Sehari-hari.

Dalam undangan macam ini pengkhotbah akan memberi satu tugas kepada para pendengar atau mungkin hanya kepada pendengar yang merespons secara khusus. Undangan ini akan dikawinkan dengan undangan-undangan lain yang tersebut di atas tetapi intinya adalah satu tugas yang akan mulai dijalankan oleh pendengar sesudah kebaktian selesai. Konsep ini dibahas di bawah pokok “Tugas Pendengar” dalam “Bagian IV.7.” dari buku ini.

Petunjuk yang penting dalam pemakaian undangan khotbah ialah variasi. Jangan selalu memakai undangan yang sama. Malahan kadang-kadang pengkhotbah dapat memakai dua macam undangan bersama-sama. Misalnya ia dapat meminta pendengar berdoa di hati dan juga menghubungi dia sesudah kebaktian kalau menginginkan penyuluhan khusus.

Tetapi selalu memberi undangan.. Selala memberi pendengar saudara kesempatan untuk menanggapi khotbah saudara. Dengan memberi undangan pengkhotbah memaksa pendengar untuk mengambil keputusan, yaitu ber-”kehendak.” Dan apabila ia berkendak menyerah pada tantangan khotbah ia akan diubah . . . dan perubahan hidup yang tetap adalah tujuan khotbah yang baik dan hasil khotbah yang berkenan di hati Allah.

BAGIAN 7:   TUGAS PENDENGAR

Sebelum kita membahas tugas pendengar, kami harus menjelaskan teori komunikasi sebagai fondasi konsep ini. Perhatikanlah gambar di bawah ini yang kami namakan “Kerucut Komunikasi.”

2 (20) 21

“Kerucut Komunikasi” dapat menolong kita melihat bagaimana pendengar kita belajar dengan akibatnya kita akan mengerti kepentingan “Tugas Pendengar.”

Sebagai contoh, misalnya kita mau mengajar sidang kita untuk memberitakan Injil. Kita dapat berkhotbah tentang ber P.I. (Lihat Bagian Suara dalam Kerucut Komunikasi). Untuk meningkatkan pengertian sidang mungkin kita akan membuat simbol dengan huruf “P.I.” dalamnya dan simbol ini akan kelihatan sambil kita berkhotbah atau mungkin kita akan melukiskan gambar seseorang yang ber-P.I. di papan tulis. Demikian kita memakai metode-metode berkomunikasi yang disebut dalam bagian “C” pada kerucut komunikasi.

Untuk memakai metode-metode dalam bagian “B”, kita akan memakai film yang bersuara tentang seorang yang bersaksi. Atau kita mungkin mengajak jemaat untuk menonton film T.V. Mengenai pokok yang sama. Juga kita dapat mengundang semua organisasi yang menguasai metode-metode ber-P.I. untuk mengadakan pameran P.I. di gedung gereja kita. Namun dengan usaha yang begitu, pendengar kita hanya akan ingat 25% dari apa yang mereka pelajari.

Demikian kita akan mengundang mereka mengikut satu kelompok P.I. dan menonton saja. Atau mungkin kita memberi pertunjukkan P.I. di muka jemaat mengenai bagaimana memenangkan jiwa. Jikalau bisa, kita dapat mengundang beberapa penginjil untuk mendramakan pengalaman-pengalaman ber-P.I. mereka. Tetapi lebih baik lagi kalau jemaat kita diundang keluar dengan team P.I. dan langsung di lapangan diberi kesempatan untuk bersaksi.

Namun puncaknya ialah bila jemaat, tanpa dorongan atau pertolongan dari kami, langsung ber-P.I. tanpa kami atau orang lain menyertai mereka. Dalam keadaan macam ini mereka akan maju paling cepat dalam pengertian dan malahan kemampuan ber-P.I.

Nah, dari contoh di atas saudara dapat melihat bahwa komunikasi kita paling berhasil apabila kita memberi pendengar kita sesuatu untuk dikerjakan, yaitu sesuatu tugas (Lihatlah pengalaman-pengalaman yang dialami diatur lebih dahulu pada kerucut komunikasi) yaitu “tugas pendengar’

Biasanya kita berkonsenstrasi pada persiapan isi khotbah dan penyampaian khotbah dan tidak memikirkan tugas pendengar, walaupun sebetulnya pendengar belajar paling cepat dengan menjalankan sesuatu tugas yang berhubungan dengan khotbah.

Tugas pendengar, dengan kata lain, adalah penerapan praktis khotbah dalam kehidupan sehari-hari pendengar kita.

Di bawah ini kami memberi beberapa contoh tugas pendengar:

  1. Khotbah : Dorongan memberi perpuluhan.
  2. Tugas pendengar : Siapkan perpuluhan dalam amplop dan memasukkannya dalam kolekte minggu depan.
  3. Khotbah : Kejujuran.
  4. Tugas pendengar : Pada minggu ini memberekan perkara dahulu di mana saudara tidak jujur.
  5. Khotbah : Menghormati orang tuamu.

Tugas pendengar : Secara lisan berterima kasih kepada orang tua atas semua bantuan mereka.

Kapankah tugas pendengar diberikan? Biasanya tugas pendengar diberikan kepada jemaat yang menerima undangan. Orang-orang ini boleh diberi tugas (tugas pendengar) di muka jemaat atau mereka boleh dikumpulkan secara khusus sesudah kebaktian selesai dan menerima tugasnya. Alangkah baiknya kalau tugas pendengar dapat ditulis pada selembar kertas untuk masing-masing orang yang menerima undangan.

Kadang-kadang saudara akan mau memberi tugas pendengar kepada setiap pendengar khotbah saudara dan itu juga baik. Sesudah undangan selesai, jelaskanlah tugas itu pada seluruh jemaat dengan jelas.

Akhirnya seringlah menanyakan jemaat-jemaat apakah mereka menjalankan tugas yang mereka terima berhubungan dengan khotbah dulu. Apalagi selalulah memberi mereka kesempatan memberi kesaksian di gereja mengenai ketaatan dan pengalaman mereka yang berhubungan dengan menjalankan tugas pendengar mereka.

Hak Cipta © 2013 - 2023 Ilmu Berkhotbah Ekspositori.
Ilmu Berkhotbah Ekspositori adalah bagian dari Mebin+Online
Hubungi Kami